Rabu, 16 Desember 2009
SHRINK
Rabu, 16 Desember 2009
Happiness is a word for a feeling. Feelings are rarely understood; in a moment they are quickly forgotten and misremembered.
Lama juga ya tidak melihat aksi Kevin Spacey yang merupakan salah satu aktor favorit Gilasinema. Terakhir melihat aksinya di film 21. Itupun dengan kemunculan yang terbatas. Kini dia kembali tampil lewat Shrink yang diarahkan Jonas Pate yang sebelumnya kerap mengarahkan seri TV semacam Chuck, Friday Night Lights dan Battlestar Galactica.
Dalam Shrink, Kevin Spacey berperan sebagai Henry Carter, seorang psikiater yang melayani para pekerja Holly. Klien Henry terdiri dari berbagai macam orang. Ada Kate Amberson (Saffron Burrows) aktris yang tidak muda lagi yang dihadapkan pada konflik rumah tangga, Patrick (Dallas Roberts) pemimpin agen layaknya Ari Gold yang senantiasa gelisah dan paranoia, Shamus (Jack Huston) aktor asal Irlandia yang suka nyandu dan mabuk dan aktor yang merasa dirinya mengalami kecanduan seksual (diperankan Robin Williams) Ada juga Jeremy (Mark Webber) yang merasa karirnya sebagai penulis sedang buntu.
Di luar para pekerja film tadi, Henry harus menghadapi gadis remaja yang sedang bermasalah, Jemmma (Keke Palmer). Gadis ini cenderung menarik diri sejak ibunya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sebagai seorang psikiatris, Henry sebenarnya bukanlah seorang psikiatris yang baik. Dirinya juga sedang merasa labil dengan banyak menghisap marijuana akibat keputusan istrinya untuk bunuh diri. Jemma dan Henry mengalami nasib yang sama dan dihinggapi pertanyaan yang sama akan motif orang yang mereka sayangi melakukan bunuh diri.
Arah cerita kemudian sudah bisa ditebak. Pada akhirnya sebagian besar karakter diatas tadi dipertemukan untuk saling menyembuhkan. Masalah yang muncul pada dasarnya disebabkan oleh perasaan hampa dan kebingungan memaknai hidup. Apalagi mereka hidup di tengah dunia gemerlap yang banyak menebarkan kepalsuan. Tipisnya rasa saling percaya menyebabkan keterasingan sosial yang kalau tidak kuat menanggungnya bisa membuat kita melarikan diri. Bunuh diri merupakan salah satu bentuk pelarian dari rasa keterasingan sosial tadi, apalagi di tengah masyarakat dengan kontrol sosial yang lemah.
Namun bunuh diri juga bisa terjadi di masyarakat dengan kontrol sosial yang terlalu kuat, karena sangat mengagungkan peran dan status. Kegagalan seseorang dalam menjalani peran dan status yang dilekatkan padanya, bisa membangkitkan tekanan pada seseorang tersebut yang mungkin bisa membuatnya melampiaskan pada jalan yang kurang tepat. Lewat Shrink, beberapa tokohnya bisa melalui tekanan yang ada karena mereka mau membuka diri. Hal ini tidak akan berjalan baik kalau pihak lain tidak memberikan respon yang semestinya. Tidak mudah bagi mereka untuk membuka diri demi menuju kebahagiaan tanpa dukungan pihak lain, karena ”The first step toward happiness is always the hardest.” Mungkin bisa dimulai dengan saling berbicara dan mendengarkan. Dan tentu saja mereka membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka.
Dengan pesan yang lumayan bagus, naskah buatan Thomas Moffett sedikit mengingatkan pada Good Will Hunting, terutama hubungan antara Jemma dan Henry yang bisa dibilang mirip dengan hubungan Matt Damon dengan Robin Williams. Sayangnya, konflik yang dihadirkan dalam Shrink ini kurang meyakinkan dan endingnya terasa dipaksakan. Dari segi acting, Shrink juga tidak menawarkan sesuatu yang spesial, meski juga tidak buruk. Kevin Spacey kembali membuat pengulangan dengan Karakter sinis layaknya peran dia dalam American Beauty. Paling pantes dia kalau untuk peran seperti ini. Saffron Burrows seperti biasa terlihat cantik, namun sayangnya karakternya tidak diberi konflik yang lebih tajam. Keke Palmer yang melejit lewat Akeelah and the Bee ternyata sudah gedhe dan Dallas Roberts hampir bisa meniru Jeremy Piven.
Cerita nanggung dengan penampilan para pemain yang standar? Hmmm....kayaknya lebih pantes dibuat seri TV saja. Shrink menurut Gilasinema lebih menarik kalau disikapi sebagai sebuah pilot seri TV, karena membuka banyak cabang cerita menarik dan tidak perlu tergesa-gesa mengakhiri cerita. Motif bunuh diri bisa dijadikan misteri yang bakal mengikat penonton layaknya usaha Simon Baker memburu Red John di The Mentalist. 2,5/5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar