Jumat, 02 Januari 2009

SELAYANG PANDANG FILM INDONESIA DI TAHUN 2008 (PART 1)

Jumat, 02 Januari 2009



Tidak bisa dipungkiri, tahun 2008 merupakan tahun yang bagus bagi perkembangan film Indonesia. Jumlahnya meningkat pesat, meski tidak didukung dengan kualitas yang memadai, namun paling tidak membuktikan film Indonesia mempunyai potensi untuk berkembang ke arah lebih baik. Konsekuansinya, bagi pecinta film Holly di beberapa daerah mungkin dibuat sebal karena film yang mereka tunggu harus kalah antre dengan film Indonesia. Konsekuensi lain, film Indonesia kesannya saling sodok karena tidak diimbangi dengan perkembangan layar untuk memutarnya. Belum tayang tiga hari, satu judul film harus rela diganti dengan judul lain yang dinilai berpotensi mengeruk banyak uang.
Tahun 2008 disemarakkan dengan hadirnya banyak film bermuatan komedi dan seks. Hasilnya kebanyakan tidak lucu dan tidak saru. WAGU! Hanya menawarkan kelucuan yang dangkal dan menyakiti logika. padahal beberapa judul berpotensi menghasilakn komedi yang cerdas dan seksi. Para setan yang suka membunuh juga masih setia menyambangi bioskop meski tidak semeriah tahun sebelumnya. Mungkin para setan capek, hingga perlu beristirahat, atau mungkin mereka sedang ngambek karena di film setan bukannya makin seram, malah makin menggelikan.
Dari sekian banyak film yang diputar di bioskop, kalau boleh jujur sebenarnya hanya segelintir judul saja yang layak tayang di layar lebar, baik dari segi cerita maupun dari segi penggarapan teknis. Banyak film yang diputar masih berstandar sinetron. Tapi kok ya masih banyak yang melihatnya di bioskop. Sungguh sebuah pemborosan yang bodoh. Buat apa mengeluarkan uang minimal Rp. 15.000,00 kalau di TV saja sudah menyediakan. Atau kalau penonton Indonesia cerdas, tunggu saja 3 bulan kemudian ketika VCD dari film bersangkutan akan dirilis. Itu kalau para produser tidak menempuh cara ala Rudi Sudjarwo yang tidak akan merilis VCD/DVD atau memutar di TV film Sebelah Mata yang tetap tidak mampu menarik minat penonton untuk ke bioskop.
Banyak film Indonesia yang menipu hanya menjual sensasi, karena setelah melihatnya, tidak ada apa-apa di dalamnya. Yang ada hanya rasa jengkel. Jangan salahkan produser dengan kondisi ini, karena PENONTONLAH YANG BERSALAH. Film busuk ada karena ada yang menonton. BODOH!!! Dan sekali lagi kelemahan film Indo ada pada scenario yang dangkal serta pemilihan pemain yang terkesan tanpa kasting ketat. Tapi paling fatal memang SKENARIO! SKENARIO! SKENARIO!
Maxima yang pada tahun 2007 mulai mengancam dengan strategi dagang yang lain dari pada yang lain, di tahun 2008 makin berkibar dengan Dewi Perssiknya. Ada satu PH yang lumayan menarik perhatian, yakni Investasi Film Indonesia (IFI) yang di tahun 2007 menghasilkan Coklat Stroberi. Di tahun 2008, IFI merilis Radit&Jani, Coblos Cinta serta 3 Doa 3 Cinta. Jadi buat penonton Indonesia perlu memperhatikan PH yang merilis film. Kalau dari IFI jangan sampai melwatkannya. Tapi kalau film produk KK Dheraj dan Mitra Pictures, sangat dianjurkan untuk dilewatkan.
Berikut beberapa judul yang sempat Gilasinema tonton. Kebanyakan ditonton setelah VCD nya dirilis. Lebih irit buuuu……!



1.MEREKA BILANG, SAYA MONYET!
Menghadirkan twist ending yang memikat. Bolehlah disebut sebagai salah satu ending terbaik sepanjang sejarah perfilman Indonesia. Sebuah film yang penuh dengan olok-olok dan kemarahan, dan menjanjikan karya selanjutnya yang bakal lebih berkualitas. Berandai-andai, hasil akhir dari film ini kalau saja didukung dana yang cukup.

2.PEREMPUAN PUNYA CERITA
Nia Dinata makin sibuk membuat film yang berisi kumpulan cerita. Kadang terkesan curang, namun dimaafkan karena hasil akhirnya yang sangat layak tonton. Cerita Jogja meninggalkan kesan dengan cara bertutur yang lugas apa adanya. Rachel Maryam mencuri perhatian dengan olah aktingnya sebagai sosok berkebutuhan khusus.

3.KAWIN KONTRAK
Tak pelak sisi terbaik dari film ini adalah Wiwid Gunawan dan Lukman Sardi. Dengan tema yang amat sangat menarik digali, sayangnya tidak didukung dengan scenario yang mantap, dan pada beberapa bagian jatuh ke arah slapstick. Untungnya film masih enak dinikmati berkat gaya bertutur yang lincah serta setting yang tidak membosankan.

4.OTOMATIS ROMANTIS
Meski bosan dengan gaya guyonan Tukul dan Tora Sudiro, entah mengapa film ini tetap mampu menawarkan kelucuan. Filmnya sendiri sih secara keseluruhan tampil layaknya sinetron, terutama dari segi cerita yang amat sangat biasa.

5.RADIT DAN JANI
Upi yang selalu mencoba menyajikan dialog dan gambar yang apa adanya, justru menjadi kekuatan di tengah film Indonesia lainnya yang kadang terlalu muluk-muluk dan banyak maunya.

6.RAHASIA BINTANG
Film yang terlalu banyak maunya. Thriller psikologis, horror, roman hingga misteri. Jadinya ya gado-gado tapi dengan bumbu yang gak jelas rasanya. Keterlibatan aktor sekaliber Tio Pakusadewo sangat disayangkan. Untung ada Restu Sinaga yang lumayan sukses jadi psycho.

7.HANTU JEMPATAN ANCOL
Horor standar. Cowok hidung belang yang membunuh selingkuhannya yang kemudian menjadi setan? Hampir semua film horror garis ceritanya seperti itu. Nia Ramadhani sekali lagi membuktikan masih harus banyak belajar acting. Teriak saja jelek banget. Moment terbaik adalah ketika muncul Kiki Fatmala dengan dialog “Kenapa takut…aku kan Kiki Fatmala. Hihihihihihih……….!”

8.XTRA LARGE (XL)
Pengen liat kamera yang ikut nimbrung di layar? Nonton saja adegan di film ini yakni ketika istri teman Jamie Aditya digotong ke kamar setelah mencoba bunuh diri. Monty Tiwa mengulangi hasil yang kasar dan mentah seperti halnya Maaf, Saya Menghamili Istri Anda yang tidak karuan secara teknis. Tapi yang ini sudah lebih halus ding.

9.LOVE
Dilema juga memasukkan film ini sebagai produk Indo, mengingat sutradaranya yang dari Malay. Secara keseluruhan film ini sangat enak dinikmati mulai dari segi cerita, musik sampai acting para pemainnya, terutama chemistry yang kuat antara Sophan Sophian dan Widyawati.

10.SUSAHNYA JADI PERAWAN
Ya susah kalau penampilannya seperti itu. Dan rasanya judulnya kurang tepat deh. Harusnya SUSAHNYA JADI ARTES TANPA SENSASI. Gaya bertutur yang berbeda untuk ukuran film Indo dan penampilan Restu Sinaga yang cerewet dan menyebalkan cukup mengangkat film ini. Film ini juga menjadi film Indo pertama (tolong dibenarkan kalau salah) yang menampilkan poster filmnya di dalam sebuah adegan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket