Rabu, 10 Maret 2010

PERSEMBAHAN TERBAIK NAYATO FIO NUALA

Rabu, 10 Maret 2010

Ini dia sosok paling controversial dalam dunia sinema Indonesia terkini. Entah dosa apa yang dia perbuat hingga ada kesan dia dibenci oleh banyak pihak. Di berbagai forum di dunia maya, dia seringkali dicemooh (kadang Gilasinema ikutan juga hehehe), bahkan sebuah majalah film nasional menempatkan namanya sebagai salah satu sutradara yang patut dibenci. Kalau ditelusuri semuanya bermula dari kemenangan Ekskul di FFI 2006, meski pada akhirnya kemenangan tersebut dicabut pada Juni 2007. Padahal, bukan salah Nayato lho film tersebut menang. Toh, Nayato menegaskan pada sebuah koran nasional kalau Ekskul bukanlah film penting. Nayato juga sering dikritik soal karya-karyanya yang monoton, berlebihan serta tidak memiliki kedalaman cerita. Namun, nyatanya film-filmnya disambut cukup baik oleh penonton, terutama oleh penonton belia. Nayato ibarat si anak terkutuk di dunia sinema Indonesia, tanpa ada alasan yang cukup jelas mengapa dia diposisikan seperti itu.


Film – film yang dia hasilkan dengan nama Nayato Fio Nuala rilisan tahun 2000 – 2009 yang kebetulan sudah Gilasinema tonton semua:
1.Putih Abu-abu dan Sepatu Kets (2009)
2.Virgin 2: Bukan Film Porno (2009)
3.Kuntilanak Kamar Mayat (2009)
4.Hantu Perawan Jeruk Purut (2008)
5.Kereta Hantu Manggarai (2008)
6.The Butterfly (2007/I)
7.Kangen (2007)
8.Cinta pertama (2006)
9.Ekskul (2006)
10.The Soul (2002)



Kalau dicermati, Nayato senantiasa memberi sentuhan khas dalam film-filmnya. Hal ini bisa dilihat sebagai kekuatan, namun juga sebagai kelemahan karena akan terasa menjemukan bagi beberapa penonton. Apalagi Nayato cenderung lebih menyukai kekuatan teknis dibandingkan kekuatan cerita. Hal ini diakuinya dalam sebuah wawancara di Kompas, dimana dia menanggap bagus tidaknya sebuah film itu terlihat dari gambar dan dia mengaku tidak menyukai The Godfather gara-gara cara bertuturnya. Dalam pengamatan Gilasinema ada beberapa hal menonjol dalam film-film Nayato (bisa kamu tambahkan kalau ada yang belum disebutkan), yakni :
1.Senang mengangkat kisah remaja perempuan dan kadang terkesan mengeksploitasi fisik pemain ceweknya yang masih belia dengan pemakaian kostum-kostum mini, misalnya celana pueendek dan tank top.
2.Selain pakaian mini, sering para tokohnya menggunakan penutup kepala berbahan rajut.
3.Adegan angin menerpa wajah dan rambut ala film Bolly.
4.Visualisasi hujan.
5.Duduk-duduk di padang ilalang
6.Sering menghadirkan poster film yang (tampaknya) merupakan film favoritnya seperti The Dreamers di Hantu Perawan Jeruk Purut, Amelie (Cinta Pertama) dan My Blueberry Nights (Virgin 2 : Bukan Film Porno). Jadi, kalau kamu suka The Dreamers dan Wong Kar Wai, berarti kamu sealiran dengan Nayato hehehehe....
7.Suka mengangkat soal hubungan sejenis (lesbi). Hal ini bisa ditemui di The Butterfly, Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets dan Virgin 2 : Bukan Film Porno.
8.Darah. Hampir semua karya Nayato, selalu ada yang berdarah.



Meski banyak dicemooh, tidak bisa dipungkiri Nayato mempunyai peran penting dalam dunia sinema Indonesia. Dia termasuk bagian dari I Sinema yang berkomitmen memajukan film nasional lho. Beberapa pemain muda berhasil tampil pertama kali di layar lebar gara-gara arahannya seperti Raffi Ahmad, Ramon T Yungka, Sheila Marcia, Bunga Citra Lestari, Arumi Bachin, Richard Kevin, Ben Joshua dan masih banyak lagi. Dari beberapa karyanya diatas, Gilasinema memilih 3 karya Nayato yang Gilasinema anggap sebagai karya terbaiknya.


EKSKUL
Diluar musiknya yang mencomot tanpa ijin karya orang (yang sialnya sangat berhasil membangun emosi filmnya), Ekskul sebenarnya mempunyai tema dan pesan yang cukup bagus. Nayato menyoroti tentang kekerasan disekolah. Film ini berangkat dari niat mulia Nayato lho yang merasa prihatin dengan maraknya kekerasan dikalangan remaja seperti tawuran. Ekskul awalnya akan diputar-putar disekolah sebagai alat kampanye anti kekerasan. Meski bintang-bintangnya bermain kurang bagus, editing film Ekskul ini cukup mantap hingga filmnya terasa dinamis. Selain menyoroti kekerasan di sekolah, film ini juga menyoroti kekerasan terhadap anak yang didapatnya dirumah.


CINTA PERTAMA
Visualisasi film ini sangaaaat indah (Kalau tidak salah, DOP film ini bukan Nayato yah?). Nayato tahu benar menghadirkan gambar-gambar yang memanjakan mata dan terkesan romantis meski kadang terlihat agak berlebihan. Dari segi cerita, Nayato sangat tertolong dengan naskah olahan Titien Wattimena, hingga tidak terlalu menganggu kenikmatan penonton. Dan jangan lupa, musik dalam film ini digarap sangat serius lho karena melibatkan Addie MS.


THE BUTTERFRLY
Yang membuat Gilasinema terkesan dengan film ini waktu itu adalah keberanian produsernya (Maxima) merilis banyak teaser pester di sebuah majalah film kondang dan teaser poster tersebut digarap cukup artistik. Filmnya sendiri juga sedap dipandang, apalagi kisahnya memungkinkan Nayato untuk menghadirkan keindahan alam, mengingat film ini agak-agak berbau road movie. Dalam wawancaranya dengan Kompas sebelum film ini rilis, Nayato menyiapkan The Butterfly sebagai masterpiecenya. Dan memang, film yang naskahnya juga ditulis oleh Titien Wattimena ini bisa disebut sebagai karya terbaiknya sejauh ini. The Butterfly selain unggul dalam visual dan musik olahan Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga karena penampilan ketiga bintangnya (Andhika Pratama, Debby Kristy dan Poppy Sovia) yang cukup prima. Suatu hal yang sulit ditemui di filmnya Nayato.


Kalau pas di lapangan, peranku tidak menonjol, aku tidak mau namaku dicantumin sebagai sutradara," begitu pernyataan Nayato dalam sebuah wawancara dengan Kompas. Sudah menjadi rahasia umum kalau Nayato seringkali menggunakan nama-nama lain seperti Koya Pagayo, Pingkan Utari, Ian Jacobs dan Ciska Doppert. Tapi bagi Gilasinema, kalau tidak mendengar sendiri pengakuan Nayato akan nama-nama yang katanya juga dirinya tersebut, Gilasinema juga tidak akan menempatkan film yang sutradaranya bukan tertulis Nayato sebagai filmnya Nayato. Toh kalaupun benar, berarti Nayato adalah sutradara paling produktif sepanjang sejarah perfilman Indonesia (atau malah dunia?) dan rasanya Pak Jaya Suprana patut mencatat namanya dalam MURI. Apalagi di tahun 2010 ini dia merilis 5 film dalam 2 bulan!

Kalau semua filmografinya digabung, akan terkumpul 30 judul lebih. Jadi, kalau dirata-rata, dari tahun 2000 s/d 2009 Nayato (beserta aliasnya) rata-rata membuat 3 film setiap tahunnya! Nama-nama (yang katanya) alias tadi kebanyakan menghasilkan film horor, dan menurut Gilasinema ada satu karya yang patut mendapatkan apresiasi lebih yakni Lewat Tengah Malam (Koya Pagayo). Dibandingkan film lain, Lewat Tengah Malam menghadirkan cerita yang cukup berbeda dan terasa lebih mengejutkan, baik dari segi penampakan hantu maupun endingnya.


”Ringan dan lucu”, begitu pandangan Arumi Bachin ketika ditanya oleh wartawar tabloid Bintang Indonesia soal Nayato. Sutradara yang belakangan senang bekerja sama dengan Joanna Alexandra dan Viva Westi ini masih saja sebuah misteri, tidak hanya bagi Gilasinema namun juga bagi banyak orang. Mencari fotonya di Google saja susahnya minta ampun. Salah seorang wartawar film nasional teman Gilasinema sampai puyeng untuk mendapatkan wawancara dengan Nayato dan sampai sekarang belum berhasil juga. Nayato menjadi sineas #1 yang sangat ingin Gilasinema temui dan ngobrol soal karya-karyanya. Masih berharap Nayato mendapatkan naskah yang bagus, karena dengan kekuatannya di segi teknis pasti akan menghasilkan tontonan yang memikat.


Koya Pagayo
1.Ada Hantu di Sekolah (2004)
2.Panggil Namaku Tiga Kali (2005)
3.12:00 am (film) (2005)
4.Hantu Jeruk Purut (2006)
5.Lewat Tengah Malam (2007)
6.Malam Jumat Kliwon (2007)
7.Hantu Ambulance (2008)

8.Hantu Jamu Gendong (2008)
9.Jeritan Kuntilanak (2009)

Pingkan Utari
1.Me vs High Heels (2005)

Chiska Doppert
1.Missing (2005)
2.Gotcha (2006)

Ian Jacobs
1. Pocong Jalan Blora (2009)
2. Pocong Kamar Sebelah (2009)
3. Kuntilanak Beranak (2009)
4. Merem Melek (2008)
5. Sarang Kuntilanak (2008)

*) yang dicetak tebal berarti sudah Gilasinema tonton

18 komentar:

Anonim mengatakan...

wah, rajin bener nih dengan karya2nya nayato. jangan2 fans berat nih. lol.

dari daftar ituyang pernah ditonton adalah Cinta Pertama. gambar indah, tapi ceritanya lambat kayak putri keraton. lol.

untung nontonnya di tv. kalo di bioskop sudah sy lempar pake batako.

gilasinema mengatakan...

@awya : Tontonlah semua filmnya yang pake nama Nayato. Rasanya, sesama pecinta The Dreamers dan Wong Kar Wai dirimu bakal terpikat dan jatuh cinta sama film-filmnya Nayato LOL

Anonim mengatakan...

haha, iya baru inget kalo Nayato penggemar The Dreamers. Tp dia penggemar Wong Kar Wai juga? ya elah. beneran dia pengggemar WKW? beneran? *lebay*

jadi malu diriku punya kekaguman sama dengan sutradara ini.

Anonim mengatakan...

wong kar wai yg bikin my bluberry night? aduh lambat alurnya jadi bikin bosen, saya nonton krn faktor rachel wheizs hehehe

btw setuju kalau ekskul masuk salah satu karya terbaiknya, ya di luar kontroversinya. yg di bawah itu foto sampean mas yg lg liatin poster wah lucu hehe :P

ajirenji mengatakan...

kayaknya gw cuman pernah nonton Ekskul. Mungkin memang karya terbaiknya...but not good enough, terlalu l3B4y.

gw malah suka dulu Nayato bikin sinetron Janji Hati--Dian Nitami, Ari Wibowo, Adjie Massaid, Vicky Burki, yg adapatasi novelnya Mira W--dengan nama Yato Fionuala, karena beda dari sinetron lain...mungkin dia harus tetap berkecimpung di sinetron...=.=

Dimas Daniel mengatakan...

agree with Om Gilasinema.. 3 film pilihan om = 3 film favorit saya. Tapi yang butterfly dituker sama Kangen. Sempet terpukau setengah mati dengan tampilan visual nayato, sampe *hampir* ngefans. Tapi setelah film Kangen, jadi biasa aja. hohoho.

gilasinema mengatakan...

@awya : aku ngeliatnya dari Virgin 2 yang nuansa/pewarnaannya mirip dengan My Blueberry Nights. Itu hanya tebakanku saja kok *sok tau*

@ekajazzlover : banyak orang menilai sebelum liat sendiri filmnya. Ho o, itu foto saya dan sebenarnya masih ada beberapa pose bodoh lainnya bersama Rahma Azhari LOL

@ajirenji : aku dulu juga suka dengan sinetron yang dia garap yang rasanya tidak bisa ditandingi sinetron jaman sekarang.

@dimas : Kangen?! itu film sangat membosankan bagiku :P

Anonim mengatakan...

gue juga suka dengan Cinta Pertama & The Butterfly, sinematografinya ciamik ;)

ajirenji mengatakan...

tambahm gw tau dia harus ngapain supaya karyanya nggak dihina-dina terus: try celluloid...*mulai sok tau*

gilasinema mengatakan...

@ajirenji : usul membangun kan pertanda sayang ;)

WewW mengatakan...

Hihi.. Tambahin lagi dong poinnya:
- Biasanya filmnya itu ngangkat tema Urban Legend. Tapi seringnya judul ga sesuai ama cerita.. wekeke..

Anonim mengatakan...

nayato koya pagayo sapa lagi je namanya????hahahhahahaa....
meski ekskul banyak menuai kotroversi, entah kenapa saya menikmati filmnya dan memutarnya berulang-ulang,padahal bukan pengalaman pribadi saya lho (catat) qiqiiqiqiqiqiqii...tapi yang khas dari si nayato ialah tata pencahayaaan filmnya yang agak remang2 sok sepia ya gitulah kayak ruangan yang dapet sinar matahari cuma seipritttt......sampai sekarang saya cuma suka ekskul....yang judul lain gag ngerti senengnya ditabok pake bakiak si..hahhahahhahahahahhahaahaha
dan kenapa dy jadi sok aneh2 gitu kalo film genre drama dy pake nama nayato kalo horor pake pagayo kalo komedi apaan ya om??jiakakkakakak

gilasinema mengatakan...

@weww : makasih tambahannya. Aku juga mau nambahin, biasanya di poster ada tulisan "based on a true story"

@delupher : Ian Jacobs pernah bikin Merfem Melek yang hasilnya komedi gak lucu :P

cinematic mengatakan...

apa hub antara suka wkw n the dreamers berarti sama aja dgn suka ntn n terpikat dgn karya nayato? itu sangat dangkal sekali kesimpulannya. WKW is a good one.saya suka bbrp film WKW dan TIDAK PERNAH ntn satupun dr film nayato. krn dari pemilihan judul n sinopsinya aja udh keliatan tidak menarik

gilasinema mengatakan...

@cinematic : waduh...maaf kalau ada yg tersinggung, saya yang terlalu sombong, merasa banyak orang bisa memahami selera humor saya. Terima kasih sudah diingatkan.

Blog GW mengatakan...

terlalu banyak film bokep, sama kayak rizal mantovani awalnya dia menggarap film Jailangkung gw rasa itu film terbaiknya, tapi beberapa tahun belakang dia malah membuat film Bokep... Ekskul dan Cinta Pertama mungkin bagus termasuk Janji Hati tapi lama kelamaan gw ngerasa dia terlalu membuat film yang dapat merusak citra bangsa Indonesia, makannya gw lebih memilih film barat ketimbang film-film Nayato

abu ubaidi mengatakan...

yooo fileme nayato iku soyo sue soyo elek ,,,ra mendidik blas

Anonim mengatakan...

wah, jangan mbandingin nayato sama wongkarwai dong. beda jauuuh banget, sampai ribuan tahun cahaya. hehehe. saya adalah penggemar wongkarwai tapi nggak banget untuk nayato. saya salut sih sama produktifitas dia, tapi saya pikir produktivitas yang mubazir. daripada dia buang2 duit bikin film sampah, mending duitnya ia kumpulin dan bikin satu aja film yang qualified.

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket