Kamis, 14 Januari 2010
THIRST ( BAKJWI )
Kamis, 14 Januari 2010
Apa jadinya seorang Pendeta berubah menjadi vampire? Tak ada yang meragukan dedikasi Sang-hyeon (Kang-ho Song) sebagai Pendeta. Saking berdedikasinya, dia mengikhlaskan dirinya menjadi obyek eksperimen demi kemanusiaan. Namun dari niat mulia inilah hidup Sang-hyeon menjadi jungkir balik, dari sosok yang harusnya mengarahkan umat ke jalan yang benar justru amat membutuhkan darah segar buat bertahan hidup.
Di tengah kegundahannya, dia bertemu dengan Tae-ju (Ok-bin Kim) yang hidupnya tersia-siakan hingga tidak mempunyai keyakinan terhadap apa yang namanya agama. Hampir setiap hari Tae-ju mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari suami dan ibu mertuanya. Hal ini menimbulkan simpati pada diri Sang-hyeon dan tidak butuh waktu lama keduanya terlibat dalam hubungan terlarang dan berbahaya, mengingat Sang-hyeon adalah seorang pria penyuka darah.
Sejak persinggungannya dengan Tae-ju, perilaku Sang-hyeon benar-benar tidak mencerminkan perannya sebagai seorang Pendeta. Dia menjadi pencuri, pembohong dan diliputi kecemburuan hingga menjadi penzinah. Puncaknya, adalah ketika Sang-hyeon memutuskan mengakhiri hidup suami Tae-ju. Berubahlah Pendeta itu menjadi seorang Pendosa. Baru kemudian Sang-hyeon menemukan kebenaran kalau Tae-ju telah memodifikasi penderitaannya.
Dengan landasan iman yang kuat, meski mengalamai kegoyahan, rasa bersalah menyelimuti Sang-hyeon. Tae-ju hidupnya juga tidak lebih tenang karena senantiasa dihantui sosok suaminya. Sutradara Chan-wook Park menggambarkan “terror” rasa bersalah ini dengan baik, terutama adegan “threesome” yang bisa dirasa lucu. Selanjutnya, kisahnya tiba-tiba dibelokkan menjadi kisah perseteruan antara adam dan hawa tatkala karena keterpaksaan, Sang-hyeon menjadikan Tae-ju layaknya dirinya meski awalnya menolak dengan keras ketika Tae-ju memohon untuk ”ditulari”.
Perseteruan muncul karena Tae-ju yang makin buas dan membabi buta. Mungkin karena tidak mempunyai landasan iman yang kuat yang membuat Tae-ju bertransformasi menjadi iblis yang selalu haus darah. Berbeda dengan Sang-hyeon yang masih saja bergelut dengan dirinya sendiri, Tae-ju begitu menikmati perwujudan barunya. Tidak ingin jatuh lebih banyak korban, Sang-hyeon memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Kisahnya sedikit mengingatkan pada kisah Frankenstein.
Satu hal yang membuat Gilasinema malas menikmati film vampire, yakni selalu berlandaskan kisah cinta terlarang yang dibuat (sok) mendayu-dayu dan selalu terlihat (terlalu) berusaha meyakinkan penonton bahwa sah adanya cinta antara vampire dengan manusia. Sosok vampire selalu digambarkan elegan dan charming. Thirst sangat bisa dinikmati Gilasinema berkat penyajiannya yang sangat jauh berbeda dibandingkan kisah vampire kebanyakan. Memang masih menampilkan kisah cinta terlarang, namun apa yang tersaji dilayar terasa liar dan Chan-wook Park berhasil menghadirkan momen-momen tak terlupakan (adegan minum darah dengan selang sangat lucu dan orisinil). Apalagi dengan pertarungan peran dalam diri Sang-hyeon menjadikan Thirst unggul dibanding kisah vampire lainnya. Sutradara Chan-wook Park juga menghadirkan tampilan visual yang memikat. Paling suka dengan adegan kejar-kejaran antara Sang-hyeon dan Tae-ju diatas gedung.
Penampilan dua bintangnya juga bagus. Ok-bin Kim yang filmografinya belum begitu banyak, dalam Thirst berani melakonkan adegan-adegan panas dengan mulus. Perubahan karakternya dari penderita menjadi sosok buas juga bisa diinterpretasikan dengan baik. Gilasinema dikejutkan dengan penampilan Kang-ho Song di salah satu adegan. Kaget melihat aktor senior ini berani mempertontonkan ketelanjangan yang frontal. Secara keseluruhan, meski ceritanya mengambil plot novel Thérèse Raquin, Thirst merupakan tontonan segar yang apik meski lumayan banyak menampilkan adegan dewasa dan berdarah-darah. 4/5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
4/5
Tapi kok gak masuk 20 besar mas?
gak terlalu suka ya?
Sayang memang menyingkirkan filmm ini dari daftar Top 20. Nanti akan dijelaskan saat posting Top 20 Movies on the Last Decade. Dalam perspektif Gilasinema tentu saja :)
Salah satu pertimbangan kenapa Thirst tidak masuk karena belum bisa memahami film ini secara utuh dengan kata lain kesalahan ada pada tingkat interpretasi Gilasinema yang cetek hehehehe...
Posting Komentar