Selasa, 12 Januari 2010
SUGAR
Selasa, 12 Januari 2010
Segalanya tampak akan sempurna bagi Miguel "Sugar" Santos (Algenis Perez Soto) kedepannya. Dengan kehebatannya sebagai pelempar dalam olahraga baseball, dia bermimpi bisa bermain di liga di USA. Kalau mimpinya ini bisa terwujud, dia bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya di Dominika. Menjadi yang terbaik di kandang tidaklah cukup, apalagi dunia per – baseball – an Dominica yang kurang bersinar dibandingkan di negeri Paman Sam.
Kesempatan mewujudkan mimpi datang ketika bakatnya terendus oleh pencari bakat dari USA. Maka terbanglah Sugar menuju USA yang merupakan negeri asing baginya. Ditengah keterbatasan bahasa Inggris yang dikuasainya, Sugar berusaha menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Agak sedikit mudah, karena ternyata banyak juga orang-orang yang sebangsa dengannya yang menggunakan bahasa yang sama.
Meski sempat kurang bisa memperlihatkan performa terbaiknya, Sugar pada akhirnya mampu memberikan kontribusi penting bagi timnya. Hal ini sedikit membangkitkan sentiment terhadap dirinya dari anggota tim yang lain hingga dirinya merasa dikucilkan, apalagi posisinya sebagai warga pendatang. Awan kelabu membayangi Sugar ketika cedera menderanya. Kondisi ini mengharuskan Sugar menjalani perawatan dan pemulihan dan hanya bisa meratap ketika datang pemain baru menggantikan posisinya. Dikuasai keangkuhan, Sugar melakukan kebodohan yang membuat jalan hidupnya langsung berubah total.
Meski banyak menyajikan adegan di lapangan baseball, Sugar rasanya kurang tepat kalau disebut sebagai sport movie. Film ini lebih mengedepankan kisah perjuangan hidup kaum pendatang di negeri yang benar-benar asing. Sugar boleh sombong di tanah kelahirannya, namun dia bukanlah apa-apa ketika berada USA. He’s nobody. Dan tidak seperti sport movie kebanyakan, diakhir film Sugar tetap menjadi nobody, bukannya somebody.
Lewat Sugar juga kita bisa tahu mengapa di USA sana banyak sekali kaum pendatang illegal, khususnya dari Amerika Latin. Apa yang digambarkan dalam film ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyaknya cara yang ditempuh oleh mereka yang ingin mencicipi mimpi hidup di USA. Tidak mudah memang, karena selain keberuntungan, kita harus membekali diri kita dengan skill dan keteguhan mental serta kemampuan kita dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dan agar kita tidak terpuruk semakin dalam, ada baiknya mengakui dan menerima dengan lapang dada ketika kegagalan yang diterima. Toh, masih ada jalan lain buat kita bertahan hidup. Itulah yang pada akhirnya dilakukan oleh Sugar. Buat yang pernah merantau pasti tahu bagaimana beratnya awal-awal menjalani hidup di lingkungan baru. Tidak hanya beradaptasi dengan tata laku yang baru, bahkan dalam soal makananpun. lidah kita dituntut untuk menyesuaikan diri.
Meski ceritanya berpotensi menuju ke arah dramatis dan memancing air mata (sport movie biasanya selalu sukses memancing Gilasinema untuk terharu), untungnya naskah buatan Anna Boden dan Ryan Fleck sangatlah bersahaja dan terlihat sekali keduanya melakukan riset yang cukup. Semuanya mengalir apa adanya dan tidak dilebih-lebihkan. Jangan dibandingkan dengan cerita perantauan ala sinema Indonesia yang tokoh utamanya menderita sampai akhir. Meski Sugar menemui kegagalan meraih mimpinya, dia tetap digambarkan bertahan. Bisa diartikan sebagai sebuah kepasarahan, namun juga merupakan wujud strategi bertahan hidup.
Kalau boleh kasih saran untuk sosok-sosok layaknya Sugar, mending jadi atlet perantauan di Indonesia saja. Gajinya cukup gedhe dan pastinya banyak cewek berkecukupan yang bersedia merengkuhnya. Kalau beruntung, bisa macarin artis, dan ikutan tenar. Kan asyik tuh, biarpun cedera dijamin tak bakal nganggur. Yah, paling tidak tampil di berita-berita gosip. Lumayan kan?Prestasi tuh! 4,25/5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar