Sabtu, 13 Desember 2008
MALAM ANUGERAH FFI 2008
Sabtu, 13 Desember 2008
ST 12? Kening berkerut ketika menyaksikan band yang satu ini membuka acara malam anugerah FFI 2008. Bingung mencari keterkaitan antara FFI 2008 dengan ST 12 mengingat lagu-lagu ST 12 tidak ikut serta dalam satupun film Indonesia yang dirilis di tahun 2008 (mohon dibenarkan kalau salah). Umumnya sebuah movie award, musik/lagu yang dihadirkan di panggung umumnya berasal dari musik/lagu yang mengisi sebuah film. Kehadiran ST 12 sedikit menimbulkan kekhawatiran akan bagaimana acara selanjutnya.
Gita Gutawa tampil selanjutnya dengan suara melengking yang terengah-engah dan keseleo, dan diteruskan dengan aksi The Changcuters. Baru kemudian pembawa acara, Andika Pratama dan Cathy Sharon mulai membuka acara yang untungnya tidak menampilkan pidato menjemukan dari pejabat yang hadir. Setelah pembukaan kita disuguhi adegan red carpet yang ditampilkan melompat-lompat dan tanpa rasa karenba editing yang kasar. Garing pol dan wagu. Pemandu acara mewawancari Menteri yang Selalu tersenyum karena selalu berwisata. Bapak menteri ini menjawab dengan gaya seorang pembawa acara membuka saebuah acara. Kemudian dilanjutkan dengan Gubernur Jabar yang dengan yakin menyebutkan film Loetoeng Kasarung sebagai film produk nasional pertama karena diproduksi pada tahun 26 (maksudnya tahun 1926 kan pak). Dede Yusuf hadir dengan komentar yang bak politisi melakukan kampanye.
Akhirnya piala mulai dibagi-bagi. Pada babak pertama, piala dibagikan untuk pemenang Film Cerita Pendek Terbaik dan Film Dokumenter Terbaik. Tidak ada winner speech pada babak ini, seakan-akan mereka yang menang tidak punya rasa terima kasih. Doel Sumbang hadir bersama Tata Dewi Dewi menyanyikan Kalau Bulan Bisa Ngomong. Kamera mulai menyoroti para mereka yang hadir. Mulai dari Ozzy Syahputra, Marini Zumarnis hingga ….Ari Tulang!? Tidak tampak dilayar mereka yang selama ini setia hadir di layar bioskop semacam Luna Maya, Tora Sudiro, Dian Sastrowardoyo, dan lain-lain. Yang banyak adalah wajah – wajah asing, dan ibu – ibu berkerudung.
Pada babak kedua dibagikan 3 piala, yakni tata Musik (Zeke Khaseli /Fiksi), Tata Suara (Satrio Budiono / May) dan Penyuntingan (Yoga Krispatama - Claudia/Jasmine). Sekali lagi tak ada winner speech. Dan sedikit membuat miris, pemenang Tata Suara hadir di panggung dengan penampilan sangat kasual, seperti orang jalan-jalan di mall. Setelahnya sekali lagi, The Changcuters menyanyikan satu buah lagu.
Babak ketiga dibagi lagi tiga piala lagi yakni untuk kategori Tata Artistik (Budi Riyanto / Under the Tree), Tata Sinematografi (Ical Tanjung / May) dan Skenario Asli (Joko Anwar & Mouly Surya / Fiksi). Para pemenang lagi-lagi tidak diberikan kesempatan untuk memberikan sekedar ucapan terima kasih.
Setelah penampilan Gita Gutawa, dimulailah pembagian piala di babak keempat. Pada babak ini, piala diberikan untuk pemenang kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Aryani Kriegenburg Willems / Under the Tree), Pemeran Pendukung Pria (Yoga Pratama / 3 Doa 3 Cinta) dan Pemeran Utama Wanita (Fahrani / Radit & Jani). Pada babak ini, FFI 2008 mulai memberikan kejutan demi kejutan. Dimulai dengan kemenangan Aryani, Yoga Pratama yang entah darimana tiba-tiba tampil mengejutkan sampai Fahrani yang berhasil memupus prediksi banyak orang. Pada babak ini para peraih piala mulai diberi kesempatan untuk memberikan pidato kemenangan mereka. Pada babak ini hadir momen terbaik sepanjang acara berlangsung yakni ketika Aryani menyampaikan pidatonya dengan amat sangat ekspresif, hingga terasa emosional. Sayang sekali Fahrani tidak bisa hadir langsung untuk menerima piala.
Setelah penampilan ST 12 yang sekali lagi terasa aneh, Babak Kelima hadir tetap dengan beberapa kejutan dan akhir yang terasa konyol. Vino G. Sebastian secara mengejutkan menyingkirkan Aming, Mouly Surya berhasil menjegal kompetitornya yang lebih dijagokan semacam Garin Nugroho dan Viva Westi untuk membawa pulang Sutradara Terbaik. Sayang sekali dia mengidap masalah kesulitan bicara hingga menyia-nyiakan podium yang telah disediakan. Paling tidak untuk sekedar berkata “bayi ternyata memang membawa rejeki tersendiri”.Kejutan terbesar tentu saja adalah kemenangan film Fiksi sebagai Film Terbaik.
Disinilah momen terkonyol hadir. Untuk sebuah acara puncak, rasa-rasanya pemilihan Agus Kuncoro dan Tamara Blezinki (dengan dandanan yang aneh dan tidak cantik) rasanya kurang tepat. Kurang pamor gitu. Belum lagi dengan repotnya para penari membawa piala. Terus terang tidak bisa menahan tawa ketika pemenang film terbaik berjalan menghampiri piala. Sebagai pemenang harusnya, pialalah yang menghampiri pemenang. Jadi membayangkan "tingkah" wartawan yang berusaha mendapatkan foto mereka. Tertawa makin keras ketika pemenang membawa serta rombongan yang diantaranya terlihat berjalan sambil mengunyah sesuatu (kacang kaleee…), padahal didepan mereka ada Pak menteri Yang Selalu tersenyum Karena Selalu Berwisata. Sekali lagi Mouly Surya enggan mengeluarkan suara.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa catatan yang lumayan menganggu. Pemilihan artis pengisi yang hendaknya disesuaikan dengan acara. Mungkin kalau ada Kategori Lagu Terbaik, acara akan berjalan lebih utuh dengan tampilnya para nominator. Konsep panggung yang agak janggal yang menempatkan pembaca nominasi sekaligus pemberi piala setingkat lebih tinggi daripada posisi yang menerima piala. Tidak enak dilihatnya. Karena terlihat jomplang dan kesan yang menang posisinya lebih rendah.
Paling parah adalah tidak adanya winner speech dari kategori teknis. Sungguh malang nasib mereka yang bekerja dibelakang layar, padahal tanpa kehadiran mereka, sebuah film tidak akan utuh. Dan yang pasti mereka tentu adalah insan yang tahu dan ingin mengucapkan terima kasih terhadap orang-orang yang dianggap berjasa bagi mereka. Dan momen ini sebenarnya sangat penting untuk menghadirkan sebuah dramatisasi acara sehingga sebuah acara itu mempunyai sebuah emosi dan lebih memikat dilihat.
Acara makin garing dengan minimnya bintang – bintang yang ada. Tidak terlihat kesan wah untuk sebuah acara yang bisa dibilang sebagai puncak pesta orang-orang film. Masak, untuk baca nominasi panitia sampai harus minta bantuan beberapa nama yang sebenarnya sih kurang begitu penting. Bukan WNI lagi. Belum lagi kehadiran para Miss Celebrity. Secara penampilan, mereka yang hadir juga kurang begitu mencerminkan sebuah pesta. Bahkan menerima piala dengan memakai kaos! Jangan dibandingkan dengan Academy Award deh. Jauh pisan. Panitia perlu mengatur lagi soal pidato kemenangan, kehadiran bintang dan penampilan mereka kalau perlu juga diatur.
Secara singkat Malam Anugrah FFI 2008 dapat disimpulkan sebagai berikut, Awal yang aneh, penuh kejutan namun tidak meriah dan diakhiri dengan konyol”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
tengkyu atas laporannya. maklum gak punya tipi.
wah, gimana nih FFI. makin lama kok makin gak jelas aja. ini acara anugerah buat perfilman atau bukan sih. benar2 aneh. jangan2 tahun depan lebih aneh lagi.
cuma kalau dilihat positifnya, paling gak film yang menang gak seaneh yang dulu, film ekskul!
Wah, g ga nton tapi dari ceritanya udah bisa g banyangin pasti ancur dan konyol banget acara FFI. Kalo dulu FFI kayanya masih OK ya?
Yah, mudah2an ke sana tambah bagus deh. Laskar Pelangi aja gak ikut daftar FFI ini, apa karena bukan levelnya kali? G sih setuju ya LP ga ikutan itu :)
Ahahaha.. baru kali ini ada orang ngeriviu acara malam penghargaan ampe akar2nya, ampe borok2nya. Nice observation, anyway.. :)
Posting Komentar