Senin, 15 Desember 2008

LES CHANSONS D’AMOUR (LOVE SONGS)

Senin, 15 Desember 2008


Tiga orang manusia tinggal bersama dalam sebuah apartemen. Mereka adalah Ismael (Louis Garrel), Julie (Ludivine Sagnier) dan Alice (Clotilde Hesme). Pengertian tinggal bersama disini diartikan dengan tinggal dalam satu kamar. Tiga nyawa dalam satu ranjang. Heran? Ketiganya memang terlibat dalam sebuah hubungan yang bagi kebanyakan orang dikatakan tidak biasa atau ganjil. Mereka adalah pasangan kekasih, (meski aneh menggunakan kata “pasangan” karena melibatkan tiga orang).
Tidak diperlihatkan rasa cemburu diantara mereka. Dilayar digambarkan betapa hangatnya hubungan mereka, meski kadang terkesan lucu juga ya bisa membina hubungan seperti itu. Di ranjang dengan ukuran terbatas, mereka bisa mendiskusikan banyak hal dan juga bisa melakukan aktivitas seksual secara bebas. Bisa cowok-cewek, cewek-cewek atau cewek-cowok-cewek. Dalam sebuah adegan terlihat ketika Julie dan Alice sedang bercumbu, dengan santainya Ismael membaca buku!
Meski sedikit mendapatkan tantangan dari keluarga Julie, namun Ismael bisa diterima dengan sangat baik ditengah keluarga Julie. Semuanya berubah ketika Julie secara mendadak meninggal dunia. Meski terpukul, semua yang ditinggalkan harus tetap menjalani hidup. Dari semuanya, Ismael yang terlihat paling merasa kehilangan. Disetiap tempat dan waktu bayangan Julie selalu hadir. Tidak ada yang bisa menghibur Ismael bahkan Alice sekalipun.
Hidup Ismael makin rumit ketika dia harus pindah ke tempat seorang pemuda adik dari teman Alice. Pemuda tersebut bernama Erwann (Grégoire Leprince-Ringuet), Karena ternyata Erwann ini menaruh hati dengan Ismael dan secara intens menggodanya. Dengan cerdas, Erwann sedikit memanfaatkan rapuhnya jiwa Ismael. Tentu saja Ismael yang masih dalam masa berkabung bingung ditempatkan situasi ini mengingat tidak bisa dipungkiri kehadiran Erwann mampu membawa nuansa tersendiri, belum lagi dengan keterikatannya dengan keluarga almarhum Julie.
Pernahkah mendapati sebuah kejadian dimana ketika diputar sebuah lagu, ada yang komentar “Ini kan lagu kita”. Memang tidak bisa dipungkiri hampir semua orang mempunyai semacam lagu soundtrack dalam kisah cinta mereka. Bisa merupakan lagu kenangan dengan pasangan yang saling kasmaran, ataupun lagu yang dianggap mewakili perasaan insan yang sedang patah hati, kesepian, kangen ataupun ketika sedang marah dengan pasangan. Lagu yang sebenarnya bukan ciptaan sendiri itu tiba-tiba menjadi sebuah hak milik ketika dianggap mewakili perasaan pendengarnya, meski ada juga lagu yang merupakan curahan hati pencipta lagu asli.
Love Songs hadir dengan pendekatan yang berbeda, bahkan bisa dibilang unik. Di luar garis cerita yang juga terkesan ajaib bagi penikmat film disini, film ini memilih bentuk musical dalam bertutur. Bukan jenis film musical dimana tokoh-tokohnya bernyanyi dengan tata koreografi yang matang. Disini para tokohnya bersenandung dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Baik dalam masa kasmaran, patah hati kehilangan, kangen atau bahkan untuk menggoda orang yang dicintai. Dalam sebuah kisah cinta, setiap peristiwa mempunyai sebuah lagu pengiring. Karena dibawakan dengan gaya bersenandung, agak sedikit aneh dikuping, namun terkesan lebih jujur, apa adanya dan sedikit gombal, serta terasa norak pada beberapa bagian.
Love Songs mungkin akan terasa sulit diterima oleh penonton konvensional, apalagi dengan akhir cerita yang dipilih. Namun bagi mereka yang berjiwa bebas dan easy going sebagaimana tokoh – tokoh yang terlibat dalam kisah cinta di film ini, Love Songs mampu membawa kesegaran tersendiri. Sutradara Christophe Honoré seakan ingin berpesan, apapun yang terjadi, nikmati saja dan tidak perlu banyak pertimbangan. Just let it flow. sebuah film alternative yang sayang untuk dilewatkan. 3,5/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket