Kamis, 02 April 2009
FASHION
Kamis, 02 April 2009
Meski ditentang keras oleh ayahnya, Meghna (Priyanka Chopra) bertekad menjadi seorang supermodel. Berbekal tekad kuat dan optimisme tinggi, Meghna yang berasal dari kota kecil menuju Mumbai untuk meraih impiannya. Ternyata bermodal cantik saja tidak cukup, karena dibutuhkan kerja keras tanpa henti untuk menjadi seorang supermodel. Dan kadang kerja keras serta disiplin tinggi pun tidak cukup menjadi senjata, karena pada akhirnya dibutuhkan sebuah mental kuat serta, yang paling penting, bagaimana menjalin sebuah relasi di tengah persaingan yang amat ketat.
Dibantu oleh teman-temannya, setapak demi setapak Meghna mulai menuju puncak tertinggi. Apalagi ketika dirinya dekat dengan Abhijit (Arbaaz Khan) pria beristri yang dikisahkan mempunyai pengaruh besar di dunia fashion. Yang namanya roda, kadang diatas kadang dibawah. Begitupun dengan Meghna. Meski Abhijit mempunyai peran besar dalam mengangkat karir Meghna, Abhijit juga lah yang menghancurkan karier Meghna. Belum lagi sikap Meghna yang disilaukan oleh gemerlapnya popularitas yang membuatnya mulai dijauhi teman-temannya. Termasuk Maanav (Arjan Bajwa) yang sempat menjadi kekasihnya.
Disisi lain kita diajak untuk melihat perjalanan dari Shonali (Kangana Ranaut) yang dengan segala attitude buruknya berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. Shonali sebelumnya merupakan supermodel laris. Sayang dia terjerumus dalam lingkungan yang kurang tepat. Keberadaan kekasihnya yang suka main tangan diperparah dengan ketergantungannya akan obat terlarang.
Meghna yang sebelumnya dipandang sebelah mata oleh Shonali, mengalami nasib yang tidak jauh beda karena dalam kejatuhannya mulai tergantung alcohol. Ditengah keterpurukannya, Shonali memutuskan untuk pulang kembali ke rumah meski mendapatkan sambutan dingin dari ayahnya. Melihat nasib Shonali yang tragis, Meghna berusaha bangkit, bahkan berusaha membantu kebangkitan Shonali. Berhasilkah usaha Meghna, yang dalam usahanya untuk bangkit, melakukan sebuah hal yang bisa mengubur ambisi besarnya?
Membaca review diatas pasti terbersit kesan sebuah cerita yang amat sangat klise. Tidak bisa dipungkiri, apa yang ditawarkan dalam Fashion garapan Madhur Bhandarkar ini sudah banyak dihadirkan di banyak film (atau sinetron?). Seorang anak manusia yang berusaha mengejar obsesinya (di dunia gemerlap), dan berusaha keras mewujudkannya hingga sukses dan mengalami kejatuhan karena silau dengan kesuksesannya tersebut. Kemudian, kita diajak untuk melihat usahanya untuk bangkit kembali. Klise.
Lalu apa yang kita dapatkan setelah menonton film Fashion ini. Yah paling tidak, sejenak kita luangkan waktu untuk melihat karya asli anak India setelah sebelumnya terserang demam akibat gigitan si Anjing Kumuh. Toh, intinya juga sama, bagaimana anak manusia mencoba meraih impiannya dan mencoba bertahan di tengah segala rintangan yang menghampiri. Meski sangat India, Fashion tidak bisa disamakan dengan film India lainnya. Apa yang dihadirkan memang kental unsure dramanya, namun oleh Madhur Bhandarkar, Fashion disajikan dengan lebih bersahaja (untuk ukuran Bolly tentu saja).
Dan tampaknya Madhur Bhandarkar demen mengangkat dunia gemerlap dalam karyanya. Sebelumnya dia sukses menelorkan Page 3 yang nyinyir, yang menyoroti dunia selebritas yang penuh kemunafikan. Secara keseluruhan, Page 3 menurut Gilasinema lebih unggul dibandingkan dengan Fashion ini. Page 3 selain lebih nyinyir juga terasa lebih jujur. Apalagi jajaran pemainnya yang kurang dikenal, yang membuat Page 3 jauh lebih terasa nyata.
Namun tidak bisa dipungkiri, Fashion menyuguhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan film Bolly lainnya. Dalam film ini tidak ada satupun adegan tari-tarian. Lagunya tetap dihadirkan, namun sebagai pengiring ketika peragaan busana berlangsung. Fashion makin asyik dinikmati berkat penggambaran suasana back stage yang lumayan detail. Belum lagi keseriusan para kru dalam menyajikan sebuah fashion show yang megah. Tidak mengherankan, mengingat Fashion didukung beberapa produk dan orang-orang beken dari dunia fashion di Mumbai sana. Selain itu, Fashion juga sedikit memberikan porsi terhadap sosok gay yang gamang sebagai sub plotnya.
Di Bolly sana, ketika dirilis di bulan Oktober 2008, Fashion mendapatkan respon yang amat positif dari para kritisi, bahkan ada yang memberinya 3,5 dari skala 5. Perolehan box office-nya pun sangat memuaskan. Priyanka Chopra dipuji mampu menampilkan acting terbaik dalam film ini, meski menurut Gilasinema peran Meghna akan lebih nendang kalau diperankan oleh aktris baru yang lebuh terlihat lugu dan natural. Lewat Fashion, Priyanka Chopra (dan Dostana) mampu menyamakan posisinya dengan aktris papan atas seperti Aishwarya Ray atau Kareena Kapoor. Namun sambutan paling meriah diarahkan kepada debutan Kangana Ranaut yang dinilai berhasil menghidupkan karakter Shonali yang dinilai cukup berat karena digambarkan frustasi dan gila. Wajahnya juga terlihat lebih fotogenic. Kedua aktris ini berhasil bersinar di ajang Filmfare Award (Oscar-nya Bollywood).
Bagi penggemar film Bolly, Fashion sayang sekali dilewatkan. Apalagi buat pecinta fashion, pasti lumayan puas dengan desain baju yang dihadirkan. Buat yang kurang suka, kalau ada waktu luang, bolehlah dipilih sebagai tontonan alternative. Lumayan lah menikmati wajah dan tubuh mulus pemerannya. 2,5/5
Catatan : Di ajang Filmfare Award 2009, AR Rahman kembali berjaya dengan 2 piala, Best Background Score (Jodhaa Akbar-film terbaik nih) dan Best Music Director (Jaane Tu…Ya Jaane Na)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Saya termasuk penggemar film-film Bollywood juga. Fashion sih udah liat trailernya. Film-film Bolly yang recent susah carinya. Lumayan saya punya beberapa fave, cobain deh: Dil Se, Lagaan, Dil Chahta Hai, Swades : We, the People, ThakShak, Manorama: Six Feet Under & Black ... soalnya film-film yang saya sebutin tadi nyaman untuk ditonton dan tidak norak seperti film India kebanyakan
Makasih infonya. Kalo film-filmnya AAmir Khan selalu wajib tonton. Sayang belum dapet Ghajini.
Penasaran dengan Three Idiot juga yang bakal rilis
Posting Komentar