Kamis, 05 November 2009
GRACE
Kamis, 05 November 2009
She's special. She needs... special food.
Kenapa surga berada di bawah telapak kaki ibu? Karena kasih sayang ibu (yang normal) itu sepanjang jaman. Mulai dari masa mengandung hingga akhir hayatnya, ibu (yang baik) senantiasa memberi kasih sayangnya yang besar kepada anak (-anaknya). Tak terkira besarnya pengorbanan yang telah dilakukan agar anaknya mendapatkan kehidupan yang layak, dan lebih baik tentunya. Intinya, ibu menyikapi anaknya sebagai harga yang tak ternilai. Anaknya adalah anak yang (paling) spesial.
Namun ketika mendapati anaknya diluar pengharapan, apakah yang akan dilakukan oleh seorang ibu? Tetap melimpahkan kasih sayang dan pengorbanan atau justru menyingkirkan anaknya tersebut? Lewat Grace arahan Paul Solet, kita diperkenalkan kepada Madeline (Jordan Ladd) yang tengah menanti anak pertamanya setelah sekian tahun berusaha, bahkan pernah mengalami kehilangan janin yang dia kandung.
Vivian (Gabrielle Rose), sang ibu mertua, merekomendasikan dokter yang dia percaya untuk menangani proses kelahiran nantinya. Namun, Madeline lebih memilih Patricia (Samantha Ferris), sahabat lamanya yang ternyata jpernah saling terjalin hubungan khusus antara keduanya. Memasuki minggu ke – 31, kehamilan Madeline mengalami masalah. Madeline ngotot untuk pergi ketempat Patricia. Sebuah pilihan yang merenggut Michael (Stephen Park), suaminya, akibat kecelakaan di tengah perjalanan menuju tempat Patricia.
Melalui proses yang menyakitkan sekaligus membuat ngeri, bayi berhasil dikeluarkan, namun ternyata dinyatakan sudah tidak bernyawa. Entah karena mukjizat atau karena doa seorang ibu yang dahsyat, bayi tersebut tiba-tiba menunjukkan tanda kehidupan. Bayi tersebut diberi nama Grace.Selanjutnya, kita disuguhi gambar demi gambar yang mengesankan betapa Madeline sangat menyayangi Grace. Perhatikan suasana rumah yang sangat steril.
Namun keanehan demi keanehan mulai muncul. Dimulai dengan banyaknya lalat yang menghampiri Grace. Selanjutnya Grace mempunyai aroma yang tidak mengenakkan. Puncaknya adalah ketika rasa lapar Grace hanya bisa dipuaskan setelah dia mendapat suplai darah dari ibunya! Demi kehidupan anaknya, Madeline pasrah memberikan darahnya. Tentu saja hal ini menyebabkan kondisi tubuhnya menurun drastis. Apalagi nafsu makan Grace yang makin besar setiap hari.
Disisi lain kita diperlihatkan kesedihan seorang ibu yang kehilangan anak semata wayangnya. Vivian yang berseberangan dengan Madeline merasa tidak rela kehilangan Michael anaknya. Apalagi sejak kelahiran cucunya, dia belum sekalipun melihat wajah cucunya tersebut. Hal ini membuat dia merasa ada yang tidak beres. Kedatangannya ke rumah Madeline bertepatan ketika menantunya tersebut menyiapkan ”asupan” untuk Grace.
Menyaksikan Grace mengingatkan kita pada salah satu horor terbaik sepanjang masa, Rosemary’s Baby. Bedanya, dalam Rosemary’s Baby kita diajak untuk melihat proses sebelum kelahiran bayi ”ajaib”, dalam Grace kita disuguhi keanehan bayi paska dilahirkan. Namun, benang merahnya sama. Seaneh-anehnya anak yang mereka lahirkan, baik Rosemary maupun Madeline tetap menyayangi dan rela berkorban demi anaknya.
Tanpa kehadiran musik jedar-jedor, Paul Solet berhasil menghadirkan suasana horor lewat adegan-adegan sunyi. Tayangan penyembelihan hewan di televisi cukup berhasil membangun suasana yang bikin merinding.Bahkan, ada kengerian tersendiri yang hadir di adegan dinner. Minimnya back sound justru menghadirkan suasana horo yang kuat. Grace secara visual juga mampu tampil beda dengan penataan artistik yang ciamik. Perhatikan detail furniture dari rumah Madeline yang mungkin belum pernah ditampilkan dalam film horor sebelumnya.
Grace bukannya tampil tanpa kelemahan. Beberapa sebab akibat terasa kurang tuntas digarap dan beberapa detail adegan juga kurang meyakinkan, seperti tidak adanya ceceran darah di lantai yang sebelumnya dilalui tubuh terluka yang diseret. Namun berkat kepiawaian Paul Solet mengatur irama/tone film ini, kelemahan tadi segera dapat diacuhkan.
Salut terhadap pemilihan Jordan Ladd sebagai pemeran utama. Perempuan yang sebelumnya hanya dikenal lewat keseksian tubuhnya ini mampu membawakan peran Madeline dengan baik. Lihat saja ekspresinya ketika ”menyusui” Grace. Campuran antara terluka, sakit, pengorbanan dan kasih sayang bisa dia pancarkan dengan baik. Keseksian tubuhnya dimanfaatkan Paul Solet untuk memperkuat cerita serta karakternya, terutama bagian atas tubuhnya. Pada beberapa adegan, penonton akan dimanjakan dengan aksi nakal sang kameramen, tanpa terlihat vulgar.
Gabrielle Rose sebagai Vivian menampilkan kejutan dalam sebuah adegan yang kuat demi menggambarkan naluri seorang perempuan sebagai ibu. Pemakaian judul Grace sangat cerdas karena kata Grace sendiri biasanya dikaitkan dengan doa syukur atas berkah (makanan) yang diberikan Tuhan.
Meski menampilkan kengerian yang berdarah-darah, terutama proses kelahiran Grace yang membuat ngeri, Gilasinema menangkap maksud mulia dari Paul Solet. Terlihat sekali sineas muda ini begitu memuja sosok bernama IBU. Dalam Grace, sosok ibu digambarkan mampu melakukan apa saja demi kehidupan sang buah hati, bahkan untuk hal yang paling aneh sekalipun. Grace merupakan bentuk penghargaan Paul Solet terhadap para ibu, yang dikuatkan dengan tulisan di penghujung credit title : FOR MOM.
Ada satu adegan yang mungkin dimaksudkan untuk menyindir para ibu yang tidak menyusui anaknya, yakni ketika Grace diberi darah binatang. Dampaknya, Grace malah kejang-kejang. ASI diamini banyak pihak lebih ok dibanding susu formula (baca : sapi). Dalam Grace, darah ibu lebih ”menyehatkan” dibanding darah binatang.. ”She's teething” 3,25/5
Perhatian : Film ini tidak direkomendasikan bagi para perempuan yang ngeri dengan proses melahirkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
menarik,..
critanya unik.gw baru denger crita kya gini
Iya, ceritanya unik. Kenapa sebelumnya belum pernah ada yang ngangkat cerita kayak gini (mohon dikoreksi kalu saya salah). Padahal, katanya ASI itu kalo didiamkan bisa berubah warna kayak darah.
ktnya iy.....yg q denger klo dipaparin sinar matahari.....
btw.....bentuk pemujaan (kpd ibu) yg aneh.....serem, jd bikin penasaran....
Wah, jadi inget waktu saya masih kecil nih. Untung sebagai anak saya dulu enggak cerwet amat soal susu. Berbagai macam susu, berbagai macam merk semuanya diminum. Kalau enggak bisa beli susu bubuk, susu kental manispun tak apa. kalau tak ada susu kental manis, susu kedelai pun tak apa. Malah kalau adik kecil atau keponakan enggak bisa menghabiskan susunya, berarti giliran saya yang menghabiskan hehehe, terus kalau masih ada bubur tim atau biskuit bayi yang tersisa, berarti itu adalah bonus. Hemmm, berlawanan sekali ya sama si Grace yang milih-milih minuman, sampai milih darah lagi! Kalau suka semua merk susu, namanya 'kan unik juga hahaha ...
Posting Komentar