Jumat, 07 Mei 2010
A PROPHET ( UN PROPHETE )
Jumat, 07 Mei 2010
Belum genap berusia 2 dekade, Malik El Djebena (Tahar Rahim) dihadapkan pada kenyataan harus hidup di dalam penjara selama 6 tahun. Di dalam lingkungan yang cenderung membentuk kelompok agar bisa bertahan hidup, Malik dengan polosnya cenderung menyendiri. Kehidupannya dalam penjara mengalami perubahan saat seorang pimpinan mafia keturunan Korsika, César Luciani (Niels Arestrup) memanfaatkan dirinya yang merupakan keturunan Arab untuk melakukan sebuah misi kejam. Sebagai imbalan, Malik akan mendapatkan perlindungan selama di penjara. Rasa aman di dalam penjara merupakan sesuatu yang mahal, mengingat sipir penjara kalah berkuasa dengan para criminal besar yang memiliki banyak uang.
Meski dihinggapi rasa bersalah, Malik terpaksa melaksanakan misi tersebut yang diawali dengan pelatihan yang akan membuat mulut penonton berdesir. Eksekusi dari misi tersebut juga terlihat mengejutkan. Setelahnya, Malik menjadi semacam antek dari Luciani. Kesempatan besar datang ketika orang-orang yang berada di sekitar Luciani memperoleh kebebasan. Kesempatan demi kesempatan bagus menghampiri Malik yang untungnya bisa dia manfaatkan dengan bagus. Pada berkembangannya Malik justru mempunyai kemampuan lebih dibandingkan Luciani terutama dalam merangkul mafia dari berbagai ras.
Dalam agama, seorang nabi itu adalah seorang yang dipilih oleh Tuhan untuk menyebarkan ajaran kebaikan dan menyatukan semua umat untuk selalu dalam jalan Tuhan. Konsep penyatuan inilah yang mungkin dipakai dasar Jacques Audiard dalam pemilihan judul A Prophet. Namun, Bagi Gilasinema, Malik lebih tepat disebut sebagai seorang entrepreneur ketimbang seorang nabi. Tapi gak lucu kali ya kalau film ini dikasih judul ENTREPRENEUR atau WIRAUSAHAWAN. Kenapa Malik itu seorang wirausahawan? Karena tanpa dia sadari dia telah menerapkan prinsip-prinsip seorang wirausahawan. Beberapa Ciri-ciri seorang wirausahawan yang unggul adalah mampu memanfaatkan setiap kesempatan serta mampu berimprovisasi setiap kali ada masalah.Langkah-langkah Malik terencana dengan baik, memiliki kemampuan negosiasi yang prima, mampu membaca situasi serta selalu mau belajar demi meningkatkan kemampuan. Dan yang paling penting, karena Malik berusaha di lahan yang sangat berbahaya, dia harus berani mengambil resiko apapun. Dengan menerapkan prinsip-prinsip diatas, tidak mengherankan kalau Malik mampu menuai “kesuksesan”. Kalau diibaratkan, dia memulainya sebagai pekerja magang dan dalam perkembangannya mampu mempunyai usaha sendiri.
A Prophet sebenarnya mempunyai pola cerita layaknya kisah from zero to hero. Ada naik turunnya, sebelum akhirnya dia keluar sebagai pemenang. Kisah Malik dalam A Prophet di satu sisi, tidak jauh berbeda dengan kisah Nur (Acha Septriasa) di Menebus Impian. Namun karena Malik berkecimpung di dunia hitam, sensasi yang dihadirkan terasa lebih kasar, keras dan liar serta mengejutkan. Kisah dalam A Prophet juga membuktikan kebenaran dari petuah bijak jangan campurkan apel segar dengan apel busuk karena pencampuran tersebut akan berdampak buruk pada apel yang masih segar tadi. Lihat saja perubahan yang terjadi pada Malik gara-gara masuk penjara, meski perubahan tersebut sebenarnya merupakan bentuk proses beradaptasi demi bertahan di lingkungan baru.
Lewat proses adaptasi inilah kita disuguhi sebuah perkembangan karakter yang menarik dan dipresentasikan oleh Tahar Rahim dengan luar biasa apik, mengingat filmografinya masihlah minim. Ketika pertama kali masuk penjara, dia mampu menampilkan wajah muda naif untuk kemudian secara perlahan berubah menjadi makin keras dan cerdas. Tidak munculnya ”hantu” korban pertamanya merupakan wujud dari transformasi kekejaman dalam diri Malik. Tak ada lagi rasa bersalah ketika dia harus mencabut nyawa orang lain. Peran Niels Arestrup sebagai César Luciani juga tidak bisa dianggap remeh. Niels Arestrup mampu menampilkan sosok gembong mafia yang disegani. Meski sudah dimakan usia, masih terlihat aura penguasa, dan bahkan masih bisa menghadirkan kekejaman. Melihat aksi Niels Arestrup, Gilasinema membayangkan, apa jadinya ya kalau karakter César Luciani ini bertemu dengan karakter yang diperankan Jack Nicholson dalam The Departed.
Gambaran kondisi penjara di A Prophet ternyata tidak jauh berbeda dengan penjara di Indonesia. Seorang kriminal besar ternyata lebih berpengaruh dibandingkan dengan para pengelola penjara, bahkan mereka juga punya kuasa terhadap mereka-mereka yang mempunyai kedudukan di luar penjara. Berkat dana yang melimpah dan para pengikut yang loyal nan kejam, seorang kriminal bisa mengendalikan semuanya dari dalam penjara. Yang membedakan dengan penjara di Indonesia, kondisi penjara yang dihadirkan di A Prophet terlihat lebih bersih dan fasilitasnya terlihat lebih komplet. Lewat A Prophet, kita juga bisa meyaksikan wajah lain dari orang keturunan Arab. Rasanya baru kali ini Gilasinema menyaksikan film produksi non-negara Arab yang menampilkan orang Arab sebagai seorang mafia. Jagoan lagi. Dalam kebanyakan film (Holly), orang Arab seringkali digambarkan kalau tidak sebagai teroris ya sebagai sosok yang taat beragama serta cenderung kaku dan picik.
Jacques Audiard, lewat A Prophet berhasil menyajikan sebuah sajian yang mengasyikkan. Tidak terlalu ringan, namun juga tidaklah terlalu memberatkan pikiran. Irama cerita berjalan cukup cepat, hingga durasi 2 jam lebih tidaklah terasa melelahkan. Sangat sayang untuk dilewatkan dan jadilah saksi aksi menawan dari Tahar Rahim yang wajahnya kadang mirip Antonio Banderas, kadang mirip Reza Rahadian. A Prophet merupakan salah satu film terbaik yang menggunakan setting penjara. 4/5
SANG NABI JUGA ADA DI :
KRITIK PENONTON
YUSAHRIZAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
Saya akan cari film ini!!hihi..dvd nya udh bagus kan ya?
Udah bagus kayaknya.Selamat berburu :)
Kayaknya keren nih...
udah nonton and i like it so much!
Posting Komentar