Hank (Ethan Hawke) adalah seorang duda yang dipusingkan dengan masalah keuangan karena masalah perceraiannya. Setiap bulan dia harus memberikan tunjangan financial kepada anaknya. Sudah tiga bulan dia tidak bisa menunaikan kewajibannya ini, sehingga dipandang sebelah mata oleh mantan istri dan anaknya. Di sisi lain ada kakak Hank, Andy (Phillip Seymor Hoffman) yang digambarkan punya pekerjaan mapan, rumah bagus dan istri yang sexy Gina (Marisa Tomei).
Namun dbalik gambaran kesempurnaan tadi, ternyata Andy mempunyai permasalahan yang sama dengan Hank, bahkan lebih gawat. Kondisi keuangannya morat – marit demi membahagiakan istrinya dan juga karena jaratan narkoba. Kondisi ini diperparah dengan korupsi yang dia lakukan. Menghadapi kondisi serba terjepit ini, Hank mengusulkan sebuah ide gila, yakni merampok.
Lebih gila lagi ketika Hank tahu siapa yang menjadi sasaran perampokan: toko perhiasan milik ayah mereka, Charles (Albert Finney). Tentu saja pada awalnya hank menolak ide gila tersebut. Namun dengan kondisi yang makin tidak menentu, akhirnya dia setuju untuk ikut dalam aksi kakaknya tersebut. Apa mau dikata, aksi yang harusnya berhasil itu, pada akhirnya kacau dan membuat 2 orang menjadi korban, salah satunya ibu mereka. Selanjutnya kita diajak untuk melihat apa yang menimpa pada tokoh – tokoh yang ada pada film ini.
Sudah lama sekali Sydney Lumet tidak merilis hasil karyanya. Filmnya yang satu ini tidak berbeda jauh dengan karya – karyanya sebelumnya semacam Serpico dan Dog Day Afternoon yang menelanjangi sisi gelap manusia. Karya Sydney Lumet selalu sangat berharga untuk disaksikan, karena dia selalu berbekal naskah yang matang, rapat dan menohok serta masih enak untuk dinikmati. Jadi tidak perlu ditanyakan kualitas dari karya beliau.
Begitupun dengan film yang satu ini. Berbekal naskah tulisan Kelly Masterson, Sydney Lumet mampu menghadirkan tontonan yang berkualitas dan stylish. Film dituturkan secara non linear, bolak – balik antara sebelum, saat dan setelah perampokan dari beberapa perspektif para tokoh yang ada. Bukan gaya bercerita yang baru, namun tetap memikat. Pada bagian awal, kita sekan – akan diajak untuk menikmati sajian komedik, namun makin ke belakang, apa yang tersaji di layar makin lama makin brutal dan gila. Entah setan apa yang merasuk pada diri para tokoh dalam film ini. Puncaknya adalah pembunuhan di sebuah rumah sakit di penghujung film. TRAGIS!!!
Film yang judulnya diangkat dari kata – kata orang Irlandia ketika melakukan toast ini mencoba mengajak kita untuk melihat apa yang akan terjadi ketika cobaan datang menghimpit manusia yang lemah. Betapa bebrapa manusia mampu melakukan hal – hal gila dan kejam yang mungkin bagi sebagian orang akan sangat sulit untuk diterima. Pada kondisi ini, seringkali setanlah yang memenangkan pertarungan.
Dengan cerita yang lumayan berat ini, untungnya dapat enak dinikmati berkat penampilan para pemainnya yang prima. Sulit untuk mencari yang terbaik, bahkan para pendukungnya sekalipun. Phillip Seymour Hoffman mampu menampilkan sosok anak lelaki pertama yang mempunyai kuasa atas anaknya dan selalu berusaha tampil sempurna. Sosoknya terkesan kuat, namun dibalik itu tersimpan kelemahan yang berbahaya. Ethan Hawke tampil sebagai adik dengan kepribadian yang tidak meyakinkan. Kedua actor tersebut, meskipun wajahnya tidak mirip mampu meyakinkan penonton bahwa mereka bersaudara berkat interaksi yang kuat. Perhatikan adegan ketika mereka berdua di kantor Hank. Terlihat siapa yang kuat, dan siapa yang lemah.
Albert Finney juga tampil meyakinkan sebagai sosok keras yang sebenarnya mencintai keluarganya tapi seringkali menggunakan cara yang salah. Akting menawan dia tunjukkan di akhir film, ketika dia akhirnya memusnahkan iblis dari dunia ini. Kehadiran Marisa Tomei yang hamper telanjang dada di setiap kemunculannya menjadi penting terhadap karakter yang diperankan oleh Phillip Seymor Hoffman. Dari berbagai karakter ini terlihat betapa penulis cerita paham benar akan seluk belum kejiwaan manusia.
Pada dasarnya, film Before the Devils Knows You’re Dead ini adalah sebuah film keluarga dengan segala permasalahannya. Namun film menjadi istimewa berkat ditampilkan secara brutal, sehingga menghadirkan tontonan yang menghentak. 4/5
0 komentar:
Posting Komentar