Kamis, 20 Mei 2010

WISH : KENAKALAN ITU SEBUAH PROSES

Kamis, 20 Mei 2010

Menyaksikan Wish arahan Lee Seong-han sedikit mengingatkan saya pada Mean Girls-nya Lindsay Lohan. Seperti halnya karakter yang diperankan oleh Lindsay Lohan, Jjang-gu seakan memasuki sebuah dunia asing ketika memasuki SMA khusus cowok. Untung bagi Jjang-gu, ternyata ada wajah yang dia kenal hingga tidak menjadi obyek arogansi senior. Yang namanya sekolah khusus cowok, tidak seru kalau tidak ada gank yang berkuasa di sekolah. Mereka biasanya menerapkan aturan yang wajib dipatuhi oleh semua, terutama mereka para siswa baru.


Jjang-gu digambarkan tidak terlalu berminat masuk gank tersebut. Namun, secara perlahan dan seakan merupakan sebuah proses alamiah, Jjang-gu bergabung dengan gank tersebut. Dalam prosesnya, Jjang-gu terlibat dengan berbagai masalah yang membuatnya mendapat peringatan dan hukuman dari sekolah. Bahkan, Jjang-gu sempat mendekam dalam tahanan. Sebenarnya Jjang-gu bukanlah berasal dari keluarga berantakan seperti umumnya penggambaran anak nakal di film remaja bermasalah. Jjang-gu mempunyai ayah yang cenderung diam melihat berbagai aksinya serta ibu yang sangat perhatian.
Lalu kenapa Jjang-gu bisa terlibat dengan berbagai masalah? Selain lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan sangatlah berpengaruh dalam membentuk pribadi anak, apalagi di usia yang masih muda dan labil. Lingkup pergaulan itu bisa sangat menyenangkan, namun bisa juga amat menekan. Masuknya Jjang-gu dalam gank bisa jadi merupakan sebuah bentuk adaptasi demi bisa bertahan dan eksis. Perilaku Jjang-gu bukan lagi merupakan perilaku individu tapi lebih pada perilaku kelompok yang mendewakan solidaritas. Masih ingat dengan film Virgin?


Masuknya Jjang-gu ke dalam gank bisa juga disebabkan minimnya sarana aktualisasi diri. Dalam Wish, tidak terlihat kegiatan Jjang-gu di luar sekolah yang bersifat positif. Bahkan, Jjang-gu dengan ekspresi datarnya terlihat tidak mempunyai minat apapun. Selain itu, meski tidak digambarkan dengan gamblang, saya merasakan kefrustasian Jjang-gu akibat tidak bisa menjadi anak yang tidak menyusahkan orang tuanya seperti kakak-kakaknya. Rasa frustasi seperti ini kadang bisa mendorong seorang remaja nekat menerjunkan diri ke dalam masalah. Sutradara Lee Seong-han tidak lantas memberi label buruk terhadap para remaja yang bergabung dalam sebuah gank. Lee Seong-han lebih melihat hal tersebut sebagai sebuah proses yang lazim dilalui oleh para remaja. Meninggalnya ayah Jjang-gu tidak membuat Jjang-gu menarik diri dari pergaulan, hanya saja dia menyikapinya dengan lebih bertanggung jawab.


Bagi banyak penonton, Wish akan terasa sangat membosankan. Proses Lee Seong-han menjadi anak gank disajikan dengan sangat halus, dan dihiasi humor yang sulit memancing senyum. Saya sendiri merasa aneh dengan hampir tidak adanya adegan kekerasan, mengingat tema gank senantiasa identik dengan bentrok fisik. Mungkin ada pesan anti kekerasan yang ingin disampaikan oleh Lee Seong-han. Entahlah. Namun, Wish ini bisa jadi sebuah tontonan yang bisa menginspirasi para remaja (cowok) agar lebih bijaksana dalam bertindak. Dan seperti kebanyakan film Korea, diselipkan adegan yang cukup mampu membangkitkan rasa haru yang untungnya tidak berlebihan. 3,5/5

2 komentar:

Movietard mengatakan...

Wohooo! another Mean Girls? kebetulan saya fangirl Mean Girls, akan dicari om pilemnya

gilasinema mengatakan...

Jangan mengharap filmnya selincah Mean Girls lho karena ini lebih menyoroti pergaulan anak cowok :)

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket