Minggu, 02 Mei 2010

A SINGLE MAN

Minggu, 02 Mei 2010

"For the first time in my life I can't see my future. Everyday goes by in a haze, but today I have decided will be different."

Orang jatuh cinta dan orang putus cinta itu kadang bisa jadi orang paling egois sedunia. Kalau sedang jatuh cinta saja, dunia seakan milik berdua. Kemana-mana berdua dan kalau cerita, seputar dia dan pasangannya melulu. Nah, kalau putus cinta, seakan ada tuntutan tidak tertulis kalau dia paling pantas mendapatkan perhatian penuh, Merasa paling menderita sedunia. Makanya, mereka merasa ratapan mereka pantas didengar dan dimaklumi. Jatuh cinta dan putus cinta itu idealnya disikapi secara bersahaja dan tak perlu over dramatisasi yang malah menjengkelkan. Lagian, segala sesuatu yang terlalu kan memang tidak baik.


Dengan pola pikir seperti diatas, terus terang Gilasinema kurang bisa menikmati A Single Man. Kesedihan George Carlyle Falconer (Colin Firth) yang ditinggal mati kekasihnya, Jim (Matthew Goode) disajikan dengan amat mendayu-dayu dengan pergerakan kamera yang pelan dan halus serta beberapa slow motion. Kisahnya berlangsung selama satu hari. Dimulai dengan terbangunnya George dari mimpi buruk hingga fajar menjelang kembali. Berprofesi sebagai dosen, George menjalani hidupnya seperti biasa. Hari tersebut menjadi hari luar biasa bagi George karena dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah merasa berduka dan kesepian sejak kematian Jim. Di sela-sela persiapan bunuh diri tersebut, George bersinggungan dengan beberapa sosok. Mulai dari tetangganya, sahabatnya (Julianne Moore) hingga salah satu muridnya yang ternyata menyimpan rasa terhadapnya. Untuk meyakinkan penonton, kita juga disuguhi rangkaian kenangan keintiman George dengan Jim. Apakah George tetap akan melanjutkan niat mengakhiri hidupnya?


Puyeng rasanya melihat A Single Man. Oleh Tom Ford kita dibawa memasuki dunia sendu dari George dan sesekali layar terlihat lebih berwarna ketika menghadirkan momen yang membahagiakan bagi George. Ya, Tom Ford menggunakan pewarnaan yang berbeda untuk menggambarkan emosi George. Ketika George tidak berkoneksi dengan lingkungan sekitarnya, visual terlihat kelabu yang akan berubah terang dan cerah ketika Geroge merasa bahagia. Misalnya ketika George melihat anjing atau ketika bertemu dengan anak perempuan. Dan tentu saja, ketika dia sreg dengan cowok yang mendekatinya. Selain sendu, A Single Man juga terasa datar karena minimnya letupan konflik. Yang mengherankan, selain meromantisasi kesedihan, film ini diselipi lumayan banyak perbincangan berbau filosofis. Untungnya, ada adegan George mencari tempat dan posisi enak untuk bunuh diri yang terlihat lucu sekaligus menyedihkan.


A Single Man is so gay. Bukan dalam pengertian yang buruk. Maksudnya adalah kamera diposisikan seolah-olah mata dari seorang pria pecinta sesama jenis. Keindahan fisik itu penting bagi mereka, hingga kamera bekerja dengan detail dalam menangkap keindahan ragawi. Tidak hanya pria, namun juga wanita. Dan jangan mengharap mendapati adegan persenggamaan antar pria. Meski menampilkan beberapa scene pria telanjang, Tom Ford tampaknya berusaha mengeksploitasinya secara elegan dan … indah mungkin? Untuk soal keindahan ini, kinerja divisi artistic serta make-up/kostum patut diacungi jempol. Menyaksikan A Single Man kadang seperti menyaksikan sebuah fashion photo shot di majalah. Mungkin sedikit terpengaruhi dengan pengalaman kerja Tom Ford di dunia fashion.


Lewat perannya sebagai George, Colin Firth menuai banyak pujian. Dan memang, lewat A Single Man, Colin Firth berhasil menunjukkan kapasitasnya sebagai actor dengan keberhasilannya menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan peran sebelumnya yang sering mengharuskannya bersikap ala pria aristocrat. Sebagai sosok George yang gay, yang pertama terlihat oleh mata, Colin Firth menggunakan tata rambut yang rapi jali dan tidak ikat seperti biasanya. Goerge juga berbalut busana berkelas yang tampak licin. Dan kalau kamu perhatikan, tubuhnya terlebih liat dan mulus. Colin Firth juga piawai menghadirkan bahasa tubuh seorang pria gay yang berkelas dan intelek. Lihat saja bagaimana posisi dia berdiri atau duduk. Meski lebih sering memancarkan kesenduan, mata Colin Firth pada satu kesempatan mengerling menggoda.


Julianne Moore menjadi scene stealer lewat vitalitas peran yang dia bawakan. Setiap kehadirannya yang sayangnya tidak begitu banyak, entah mengapa suasana jadi lebih punya greget. Ah…kapan ya aktris hebat ini bisa dapat Oscar?! Performa Colin Firth dan Julianne Moore yang prima inilah yang sanggup membuat Gilasinema bertahan dengan ke-mellow-an serta dramatisasi yang bagi Gilasinema sedikit berlebihan. Kurang tahu ya mengapa Gilasinema kurang begitu suka dengan kisah jatuh cinta serta putus cinta yang terlalu didramatisasi dan diromantisir. Untuk semua jenis kelamin. Mungkin masalah peradigma saja. Sebagai sebuah debut dan minimnya pengalaman di dunia sinema, hasil yang ditunjukkan oleh Tom Ford berdasar kisah novel tulisan Christopher Isherwood ini sangatlah pantas diacungi jempol. Tidak terlihat kalau A Single Man adalah sebuah karya perdana.Tapi ... oh tapi, mengapa endingnya seperti itu! 3,5/5

12 komentar:

Movietard mengatakan...

Wow! akhirnya ada yang review Single Man, aku belum nonton sih om, cuma ini masuk most awaiting movie versiku, bahkan score yang clok ticking aku jadiin nada dering diHP
awaiting buatku karna ini Tom Ford-pieces,dan dia bener2 berjuang buat bikinnya,so yea, kalo baca review om tampaknya emang film ini bener" jadi subjective experience buat Ford,
anyway, kalo Om gak sreg dengan betapa mellownya film ini, artinya masih normal tuh.hehehe....
setuju banget film ini emang citarasanya gay banget,dan Ford kayaknya puas banget menexpose model" kesukaanya,ahahaha Jon Kortajarena is here! :D

gilasinema mengatakan...

Bukan tipe mellow sih kalo lagi dapet hal-hal buruk, apalagi kalo sekedar putus cinta. Makanya aku juga susah buat menikmati In the Mood for Love.

Scorenya memang mantap ya. Eh, emangnya si Tom Ford itu gay? Si Jon Kortajarena itu di film ini masih berpakaian komplet kok :P

iin mengatakan...

saya.mau.banget.nonton.single.man. !!! ===> kabur ke lapak DVD!!!

eh eh kok Colin Firth disini guanteeng yaaa.. hihihi..

btw, Om suka Brokeback Mountain gak sih?

Awya mengatakan...

Saya suka film ini, seperti filmnya wong kar wai.

@iin: om gila suka banget sam brokeback mountain kayknya, nomer 3 di tahun 2005 bukan?

GILASINEMA mengatakan...

@iin : aku suka sama Brokeback Mountain soalnya bagiku film itu mengobrak-abrik konsep maskulinitas. Pokoknya,kalau film yang mengejek hal-hal klise dan stereotype, aku suka. Kalau kisah cinta mellow dan dipuitis-puitiskan atau meromantisir perselingkuhan malah bikin aaaarrrgghhh....

Anonim mengatakan...

om jahat nonton duluan..aku belon dapet dvd nya nih..tuh uda keluar di cineplex jakarta ya????iri* mode on::: saya penasaran ama aktingnay colin firth alna...penasaran ampe gentayangan wakakakakkakakakaka..uda sangat penasaran memuncak ke ubun2 hahahha

Movietard mengatakan...

#Delupher Belon keluar dijakarta, kalau udah aku pasti uda nonton, no one can resist to see Firth and besties at big screen :lebay:

#Om Gilasinema
Ford emang gay omm,udah come out dari kapan tau kok, Marc Jacobs juga, Lagerfeld masih bikin curious sih tapi dia juga punya anak kesayangan macem Ford juga :gak penting:
Kortajarena masih komplet ya? kalo Hoult? dia juga dijadiin model Ford nih

Awya mengatakan...

Lah, terus itu Brokeback Mountain juga bukannya romatisme kemachoan yang didayu-dayukan? Bukannya Brokeback Mountain juga merupakan sisi perselingkuhan yang begitu liar dan kurang ajar? saya selalu meringis liat ekpresi istrinya.
*pembelaan yg gak mau kalah* *kabur aja deh sebelum dilempar penggorengan* lol.

gilasinema mengatakan...

@delupher : kan versi ora - nya dah ada. Awya saja sudah dapet.

@movietard : hahahaha...update banget ya. Makasih...makasih...Kalau si Hoult dilucuti pakaiannya :P

@awya : aku tidak seanarkis orang yang senang lempar batako! Brokeback masih enak dinikmati karena tidak over slow motion. Brokeback lebih dari sekedar kisah cinta

arcan mengatakan...

COLIN FIRTH WAS STUNNING ACTOR... I LOVE HIM

Me and colin mengatakan...

I love colin Firth. He is fantastic, cara mandangnya nusuk ke hati bgt. Matanya ohh bodynya aksen suaranyaa oooooo.. nga kuat bgt. Ganteng bangeettt

Anonim mengatakan...

Padahal bagus. Tapi review ini kok kesannya terlalu egois ya? And yeah, itu masalah paradigma.

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket