Selasa, 25 Mei 2010

THE GRUFFALO : KESETIAAN ADAPTASI

Selasa, 25 Mei 2010

Demi menenangkan kedua anaknya, seekor induk tupai (Helena Bonham Carter) menceritakan sebuah kisah tikus (James Corden) yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan. Dalam rantai makanan, tikus termasuk ke dalam mata rantai terbawah hingga tidak mengherankan kalau perjalanan tersebut terasa sangat membahayakan nyawa si tikus. Benar saja, belum jauh perjalanan si tikus, dia sudah harus berhadapan dengan rubah (Tom Wilkinson). Demi bertahan hidup, tikus mengarang cerita kalau dia akan bertemu dengan sosok yang dari penggambarannya, mampu membuat si rubah segan untuk melahap si tikus. Cara serupa tikus pakai ketika bertemu dengan burung hantu (John Hurt) dan ular (Rob Brydon). Ketika merasa sudah merasa terbebas dan aman, tikus dikejutkan sosok yang wujudnya persis dengan ilustrasi kebohongan sebelumnya (disuarakan Robbie Coltrane)! Kelangsungan hidup tikus makin terancam ketika ketiga makhluk pemangsa yang dia temui sepanjang perjalanan menyadari mereka telah dikelabui. Cara apa yang akan dipakai tikus untuk bisa bertahan hidup?


Cerita The Gruffalo sangatlah pendek dan singkat mengingat materi aslinya berupa buku anak-anak yang hanya terdiri dari sekitar 700 kata kreasi Julia Donaldson dan Axel Scheffler. Ceritanya sangat sederhana dan menghadirkan pengulangan-pengulangan dialog. Maklum, buku The Gruffalo ditujukan untuk anak usia di bawah lima tahun. Dengan durasi hanya sekitar 30 menit, duo Max Lang dan Jakob Schuh berusaha untuk setia dengan materi aslinya. Pendekatan ini mungkin dimaksudkan agar The Gruffalo bisa dinikmati oleh anak-anak, terutama oleh mereka yang merupakan penggemar fanatik. Jumlahnya tidak main-main lho. Bukunya mampu menyihir lebih dari 10 juta pembaca dan juga diedarkan di lebih dari 31 negara.


Selain dibuat versi animasi, kisah The Gruffalo juga dibuatkan pertunjukkan musikal dan pernak-pernik yang menampilkan figur Gruffalo. Saat ditayangkan tepat pada perayaan Natal 2009 di BBC, The Gruffalo ditonton lebih dari 8 juta penonton/rumah/televisi. The Gruffalo juga sukses menjadi salah satu unggulan dalam BAFTA Film Award 2010 untuk kategori Best Short Animation.


Kesetiaan para kreator The Gruffalo terhadap materi aslinya patut di apresiasi positif karena kadang sebuah improvisasi bisa merusak kekuatan materi asli. Namun disatu sisi, hal tersebut bisa dilihat sebagai ketakutan melakukan langkah-langkah kreatif, yakni bagaimana menjadikan materi asli yang sudah bagus menjadi semakin berkilau. Spike Jonze saya anggap berhasil ketika menjabarkan Where the Wild Things Are menjadi kisah panjang yang menarik dengan tetap menjaga roh cerita asli didalamnya. Kisah dalam buku The Gruffalo meski singkat dan padat, membuka banyak kemungkinan menarik dalam pengembangan cerita. Perjalanan si tikus di dalam hutan belantara menjanjikan petualangan seru yang mendebarkan sekaligus kaya nilai. Setelah menyaksikan film ini, saya mengharapkan kedepannya bakal ada The Gruffalo versi panjang layaknya Where the Wild Things Are. Kayaknya khayalan ini suatu saat bisa terwujud.


Untuk sementara, nikmati saja dulu The Gruffalo versi pendek ini. Nikmati sumbangan suara aktor/aktris beken dari Inggris, terutama suara Helena Bonham Carter yang sangat menyejukkan. Kalau kamu punya kerabat bocah (anak/ponakan/cucu dll), The Gruffalo bisa dipilih sebagai tontonan buat mereka. Aman dan menghibur. Meski tidak sehalus garapan Pixar, para animator di Magic Light Pictures rasanya cukup berhasil menghadirkan tampilan visual yang memikat. Pemilihan warnanya sangat nyaman di mata. Telinga kita juga bakal dibuai oleh musik yang diaransemen oleh René Aubry. Sebagai bonus, ada behind the scenes yang sedikit mengupas proses produksi. 4/5



Catatan : sebelum menerima hujatan, perlu saya tegaskan kalau saya tidak tahu sama sekali tikus menjadi tokoh utama dalam film animasi pendek ini. Tertarik nonton karena cover terlihat memikat.

3 komentar:

eka nugraha mengatakan...

wah baru aja saya bikin tulisan soal film adaptasi, tapi kayaknya baca review ini film ini lebih untuk anak2 ya mas. kalo where the wild things are lebih suram ya?

GILASINEMA mengatakan...

@eka : iya, The Gruffalo buat anak-anak banget. Jadinya gak sesuram kayak Where the Wild Things Are

Anonim mengatakan...

film yang bagus banget, saya tonton bareng anak-anak saya, ada filosofi sederhana yang bisa dipahami oleh anak anak saya, bahwa menjadi kecil bukan berarti selalu kalah.

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket