Senin, 08 Februari 2010

UPPERDOG

Senin, 08 Februari 2010

Axel (Hermann Sabado) dan Yanne (Bang Chau) adalah dua bersaudara keturunan Asia yang harus hidup terpisah karena diadopsi oleh dua keluarga yang berbeda di Norwegia. Axel hidupnya lebih sentosa dibandingkan dengan Yanne karena diadopsi oleh keluarga kaya. Ketika Axel yang cenderung sinis dan sombong serta terpenuhi segala keinginannya, Yanne harus bekerja keras menjalankan usaha rumah makan. Secara kebetulan teman Yanne, Maria (Agnieszka Grochowska), bekerja dirumah orang tua angkat Axel. Meski demikian, Yanne memutuskan untuk tidak lagi melibatkan diri dalam hidup Axel yang dilatarbelakangi oleh masa lalu kelam yang mereka hadapi ketika bersama orangtua kandung.
Maria memang awalnya tidak bermaksud memberitahukan keberadaan Yanne kepada Axel, namun ketika hubungan Maria dan Axel makin ”menghangat” dan merasakan penderitaan batin yang dialami Axel dan Yanne, Maria memutuskan untuk memberitahukan fakta yang sebenarnya. Gesekan mulai terjadi, apalagi Yanne sudah tidak begitu suka ketika Maria menjalin hubungan dengan Axel. O, iya, diluar ketiga tokoh tersebut masih ada Per (Mads Sjøgård Pettersen) yang terpaksa harus keluar dari militer karena sebuah insiden yang dianggap mempermalukan institusi. Per yang merasa dijebak, menyusun rencana pembalasan dendam dan kebetulan menyewa apartemen bersebelahan dengan Yanne dan sering mampir ke rumah makan yang dikelola Yanne.


Upperdog berkisah tentang orang – orang yang terpaksa tercabut dari akar dan berusaha berdamai dengan rasa teralienasi di tempat baru. Axel dan Yanne meski mendapat kehidupan yang lebih baik setelah diadopsi keluarga baru yang jauh lebih menyayangi mereka, digambarkan menjadi pribadi yang murung dan pemarah. Maria yang terlihat lebih ceria sebenarnya menyimpan kerinduan dan kesedihan karena harus meninggalkan buah hati di Polandia. Sedangkan Per ketika pulang dari misi negara terpaksa harus berusaha hidup tak terlihat.
Entah mengapa Gilasinema merasa kesulitan untuk terikat secara emosi dengan film ini. Konfliknya terasa kurang meyakinkan. Sara Johnsen terlihat ingin menitikberatkan kisah Axel dan Yanne, namun kehadiran Maria dan Per yang dimaksudkan untuk mempertajam konflik sayangnya malah membiaskan fokus penonton, karena kurang diolah dengan lebih detail. Ketika Maria berusaha ”diseret” dalam kisah Axel dan Yanne, kisah Per seakan berdiri sendiri dan hubungannya dengan Yanne jadinya terasa kurang meyakinkan.


Axel dan Yanne yang mendapat porsi lebih justru membuat Gilasinema sebal dengan situasi emosi mereka yang terasa berlebihan dibuat untuk menghadirkan kesan dramatis dan seakan tak ada perkembangan karakter. Masak sih sudah hidup lama dalam naungan kasih sayang masih saja membuat mereka menjadi pribadi yang pemurung dan pemarah. Mereka juga terkesan egois dengan tidak memikirkan perasaan orang tua angkat mereka. Tapi mungkin, bagi mereka yang senasib dengan Axel dan Yanne mampu berempati dengan keduanya. Hubungan cinta antara Axel dan Maria maupun Yanne dengan Per terasa dangkal hingga tidak menghadirkan chemistry yang kuat.


Adegan Axel yang bangun pagi dan berjalan dalam rumah dengan telanjang frontal membuat Gilasinema berfikir, ini adegan maksudnya apa sih kok kesannya mengeksploitasi raga Hermann Sabado. Penonton pemuja raga maskulin pastinya akan dibuat gemas dengan ”show” ini namun, sekali lagi, esensinya apa? Untungnya adegan ketelanjangan selanjutnya sedikit mengobati kekesalan karena menurut Gilasinema, mengingatkan pada adegan animal cracker-nya Ben Affleck dan Liv Tyler di Armageddon. Ending film ini, simbolisasi berupa adegan membersihkan kotoran anjing dan beberapa visual Per sewaktu di medan perang sedikit mengobati kejengkelan Gilasinema. 2,75/5

2 komentar:

Anonim mengatakan...

film tahun berapa ni mas????masih fresh kah???gag pernah tau akuuu....

gilasinema mengatakan...

Rilis tahun 2009 kemaren di Norwegia

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket