Senin, 18 Januari 2010

TAKE OFF ( GUKGA DAEPYO )

Senin, 18 Januari 2010

Ketika dirilis, Take Off berhasil menempatkan diri di posisi dua film terlaris Korea di tahun 2009 dibawah Haeundae dan berhasil mengalahkan pendapatan film – film heboh produk Holly semacam Transformers: Revenge of the Fallen , 2012, Terminator Salvation dan Harry Potter and the Half Blood Prince. Keberhasilan Take Off merengkuh banyak penonton tidak bisa dilepaskan dari berhasilnya sutradara Yong-hwa Kim dalam mengangkat isu nasionalisme dan patriotisme, selain menawarkan sesuatu yang tampaknya belum banyak diangkat yakni olah raga lompat ski (sky jump). Gilasinema sendiri belum pernah melihat sport movie yang mengangkat lompat ski. Hanya sempat melihatnya di acara semacam extreme sport.


Meski berembel – embel berdasarkan kisah nyata, Kisahnya sendiri sebenarnya sangatlah klise, dengan pakem cerita layaknya sport movie lainnya. Para pecundang dengan berbagai masalah dikumpulkan menjadi satu tim, kemudian muncul gesekan dan juga tantangan, namun di akhir kisah mereka digambarkan menjadi pemenang. Namun, untungnya di tangan sutradara yang pernah menghasilkan 200 Pounds Beauty, Take Off menjadi sport movie yang sedikit berbeda dengan dimasukkannya konflik dan humor khas Korea serta memberi kejutan dengan ending yang diluar dugaan.


Dengan durasi yang lebih dari 2 jam, Take Off sedikit membosankan dengan pengenalan karakter yang hampir 30 menit. Namun setelah 30 menit tersebut, kita mulai disuguhi momen-momen menarik ketika para anggota tim tersebut mulai dilatih dengan cara-cara yang terlihat aneh yang justru berhasil memancing tawa penonton. Cara-cara aneh tersebut ternyata tidak untuk sekedar memancing tawa, karena pada akhirnya penonton dibuat paham mengapa pelatihannya seperti itu. Untuk memaniskan suasana, dihadirkan sosok perempuan yang merupakan anak dari si pelatih. Si gadis ini sangatlah manipulatif hingga kita dibuat tersenyum melihat tokoh yang menjadi korbannya. Untungnya, kehadiran pemanis ini bukanlah tempelan semata karena kehadirannya menjadi penting ketika situasi genting melanda tim lompat ski.


Sutradara Yong-hwa Kim, yang sekaligus merangkap sebagai penulis naskah, patut diacungi jempol berkat keberhasilannya mempermainkan emosi penonton. Gilasinema sendiri dibuat takjub sekaligus gemas dengan kelihaiannya menyelipkan humor di tengah-tengah sebuah adegan yang serius. Jadi teringat dengan pendekatan Sam Raimi yang sukses menghadirkan senyum diantara adegan horor. Dan karena ini film Korea, tidak lengkap rasanya tanpa adegan-adegan penguras air mata yang mungkin akan terasa sangat berlebihan bagi penonton di luar Korea. Kadang, kita jadi disuguhi tontonan layaknya film produk Bolly. Dan memang, menyaksikan Take Off, Gilasinema (sekali lagi) teringat dengan film produk Bolly bejudul Chakde India!


Gilasinema seringkali menggelengkan kepala tanda takjub setiapkali selesai melihat film produk Korea Selatan, terutama sekali film-film hebohnya. Perkembangan sinema disana nyata luar biasa pesat sekali yang ditunjukkan dengan tampilan visual film-filmnya, seperti yang terlihat di Haeundae, The Host atau The Good, The Bad and The Weird. Take Off semakin menambah kekaguman betapa Korea Selatan berhasil mengadopsi Holly dengan baik sekali,dilihat dari segi penceritaan ataupun efek visual. Take Off menyajikan adegan-adegan lompat ski yang menawan, dan terlihat sekali di beberapa bagian sangat terbantu dengan efek visual yang cukup rapi. Adegan-adegan lompat ski yang dihadirkan rasanya mampu membuat beberapa penonton ingin ikutan melompat lebih tinggi.


Take Off tidaklah terlalu memfokuskan kepada kemenangan seperti kebanyakan sport movie. Jiwa Patriotisme dan Nasionalisme lebih dikedepankan dengan kerja keras yang ditunjukkan olah para anggota tim. Dan rasanya tidak perlu mempertanyakan patriotisme dan nasionalisme seseorang yang telah berjuang keras demi mengangkat harkat dan martabat negaranya. Intinya, Atlet yang berprestasi adalah seorang pahlawan yang karenanya paatut mendapatkan penghargaan yang semestinya. Selain kedua isu tadi, sekali lagi Take Off membuktikan, olahraga bisa dijadikan sarana sebuah negara untuk lebih dihargai oleh negara lain. Tema seperti ini bisa didapatkan juga di film Invictus. Take Off sangat sayang sekali untuk dilewatkan dan nantikan endingnya yang cukup berbeda. 3,5/5


1 komentar:

galih mengatakan...

ada jg bronze medalist yang jg ok mang gape korean bikin film olahraaga

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket