Minggu, 05 Juli 2009

THE LAST HOUSE ON THE LEFT

Minggu, 05 Juli 2009


If Bad people hurt someone you love, how far would you go to hurt them back?

Tampaknya Holly makin kering ide dengan makin giatnya membuat ulang film yang pernah sukses di era sebelumnya, terutama dari genre horror. Di tahun 2009, selain ada My Bloody Valentine dan Friday the 23th, ada The Last House on the Left yang pernah dirilis di tahun 1972 dan sempat menghebohkan dengan konten kekerasan yang dihadirkan di dalamnya. Si maestro horror, Wes Craven, yang sebelumnya duduk di kursi sutradara, kali ini hanya berperan sebagai produser.
Keluarga Collingwood melakukan liburan di sebuah tempat peristirahatan di daerah yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Kisah klise sebenarnya, mengingat banyak kisah horror/thriller yang dimulai dengan kisah seperti ini. Coba deh tonton Funny Games. Tragedi yang menimpa keluarga Collingwood dimulai ketika Mari yang jago renang (diperankan oleh Sara Paxton) bermain ke tempat temannya. Meski awalnya ragu, Mari menerima ajakan temannya untuk mampir ke tempat pemuda yang baru mereka kenal, Justin (Spencer Treat Clark).
Ternyata Justin ini tinggal bersama ayah dan kerabatnya yang merupakan buron pihak berwenang akibat aksi jahat nan sadis. Ayah Justin, Krug (Garret Dillahunt) dalam melaksanakan aksinya dibantu oleh Francis (Aaron Paul) dan Sadie (Riki Lindhome). Meski berjenis kelamin perempuan, kekejaman Sadie tidak kalah dengan yang ditunjukkan oleh para lelaki.
Tidak mau mengambil resiko, ketiga criminal tadi berniat membantai Mari dan temannya di depan mata Justin yang tidak mampu berbuat apa-apa. Ternyata aksi tersebut tidak berjalan mulus dan bahkan menyebabkan Francis terluka parah yang membawa mereka ke tempat orang tua Mari. Kebetulan ayah Mari, John (Tony Goldwyn) seorang dokter. Dan karena kebaikan hati ibu Mari, Emma (Monica Potter), keempat orang tadi dipersilahkan untuk bermalam sejenak karena ada badai.
Ternyata Mari berhasil menyelamatkan diri meski tubuhnya tertembus timah panas dan mengalami pemerkosaan yang brutal. Menyadari bahwa pelakunya adalah tamu yang sebelumnya mereka sambut dengan baik, John dan Mari menyusun rencana penyelamatan. Namun, sebelumnya mereka melakukan pembalasan yang tak kalah brutal dengan aksi para criminal tadi.


Seperti telah dikemukakan sebelumnya, versi asli film ini sempat menimbulkan kehebohan dengan aksi kekerasan yang ditunjukkan didalamnya. Tidak berbeda dengan versi aslinya, The Last House on the Left juga menyajikan adegan-adegan kekerasan yang berdarah-darah, meski adegan perkosaannya katanya sudah diperhalus demi rating yang lebih aman. Namun tetap saja rangkaian adegan kekerasan yang dihadirkan, terutama saat aksi pembalasan, membuat penonton memalingkan muka. Bayangkan saja ketika ada adegan kepala yang ……..dan juda ada adegan kepala yang ……..(lihat sendiri deh hehehe…)
Secara keseluruhan, sutradara Dennis Iliadis mampu menyajikan tontonan yang lumayan rapi dan menegangkan. Ketegangan cerita seakan dikendalikan untuk kemudian diledakkan mendekati akhir film. Mungkin akan terasa lamban bagi mereka yang terbiasa dengan horror/thriller yang penuh terror dan berbalut musik jedar-jedor. Apalagi dibandingkan tontonan sejenis, musik yang dihadirkan dalam The Last House on the Left cenderung lebih bersahaja.
Dari segi acting, tidak ada yang terlihat lebih menonjol diantara para pemainnya. Semua cast tampil pas sesuai porsinya, kecuali ketenangan sosok John yang sedikit mengganggu. Sara Paxton banyak tampil di paruh awal dan terlihat sekali dieksploitasi tubuhnya, sampai-sampai ada detail adegan ketika dia berganti pakaian. Penampilan Garret Dillahunt lumayan meyakinkan sebagai sosok antagonis kejam, begitupun dengan Riki Lindhome yang tampak nyaman bertelanjang dada, bahkan dalam situasi bertarung sekalipun! Jadi maklum kalau film ini tidak diputar di bioskop Indonesia.


The Last House on the Left menghadirkan dua pemain yang lumayan lama tidak Gilasinema saksikan aksinya. Ada Monica Potter yang lumayan sibuk di pertengahan 1990-an, tiba-tiba muncul dengan peran emak-emak. Sedangkan Spencer Treat Clark yang pernah tampil di Gladiator dan Unbreakable ternyata sudah gede dan sempat membuat Gilasinema berpikir, nih cowok anaknya Julianne Moore bukan sih? Mirip banget.
If Bad people hurt someone you love, how far would you go to hurt them back? John dan Emma dibantu Justin, menjawabnya dengan aksi yang tidak kalah kejam dengan para ‘bad people” tadi. Bukti bahwa perilaku jahat itu muncul karena dipancing untuk keluar. Siapa sih yang mengira di akhir film John yang seorang dokter baik hati melakukan aksi balas dendam kepada Krug dengan…….2,75/5

5 komentar:

hakimicture mengatakan...

Wah, film aslinya sempat dilarang beredar di Inggris. Saya enggak mau nonton nih film, baik yang original atau remake, biar rasa penasarannya jadi hebat ...he...he...he... soalnya saya lagi ngumpulin duit buat beli dvd film versi 1972-nya yang spesial banget, TIGA DISCS! dan yang ngerilis adalah distributor dari negara yang sempat melarang peredaran filmnya, yaitu Inggris sendiri...loh?

gilasinema mengatakan...

Jangan lupa ntar aku dipinjemin :P

Anonim mengatakan...

download aja dari u tube

moviefreak mengatakan...

Gua beli yang urated di ITC Depok. Gile, adegan pemerkosaannya disturbing banget. Tapi sayang endingnya jelek, kesannya stupid gitu, masa (SPOILERS!!) Bapaknya manggang kepala si Krug di microwave sampe meledak.

Unknown mengatakan...

Di RCTI Tayang, tanggal 27-12-2015 jam 03:00 no cut, no sensor.. (kecuali yg. Adegan itunya..)

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket