Kamis, 23 Juli 2009

DUPLICITY

Kamis, 23 Juli 2009

Claire : If I told you I loved you, would it make any difference?
Ray : If you told me or if I believed you?


Dalam hubungan percintaan, kepercayaan merupakan salah satu pondasi demi terciptanya sebuah hubungan yang sehat dan (insya allah) langgeng. Kepercayaan yang dibangun dengan mengutamakan kejujuran. Namun apa jadinya bila dua orang yang hidup di dunia penuh intrik dan selalu berprasangka jatuh cinta?
Ray (Clive Owen) dan Claire (Julia Roberts) terlibat hubungan layaknya Tom dan Jerry. Keduanya dipertemukan ketika dalam sebuah tugas demi Negara masing-masing. Sebuah pertemuan yang meninggalkan kesan kurang baik dan berpengaruh terhadap hubungan keduanya kedepannya. Meski saling terpikat satu sama lain, gara-gara kesan pertama tadi, hubungan yang seharusnya bisa mulus berjalan, malah penuh aksi saling telikung. Makin rumit ketika keduanya bekerja pada dua perusahaan besar yang saling berseteru.
Sama dengan hubungan Ray dan Claire, Duplicity sebenarnya mempunyai inti cerita yang lumayan simple. Namun gara-gara otak Tony Gilroy yang sepertinya terlalu banyak dipenuhi kisah penuh intrik, Duplicity menjadi sebuah tontonan yang membutuhkan konsentrasi tinggi kalau tidak ingin membuat bengong. Apalagi dengan gaya bertutur yang maju mundur (mengingatkan pada gaya bertutur The Story of Us nya Bruce Willis dan Michelle Pfieffer), lumayan membuat bingung penonton yang tidak intens memandang layar.


Meski berbalut dunia intelijen, Duplicity sebenarnya menyoroti hubungan pria-wanita. Sedikit mengingatkan kisah-kisah Harlequin. Ada pertemuan yang berlanjut ke ranjang, terus putus-nyambung-ranjang-putus-nyambung dst. Masuknya beberapa kepentingan ternyata membuat hubungan dua insan beda jenis kelamin menjadi rumit dan kompleks. Tidak mudah memang menjalin sebuah hubungan, bahkan kadang melelahkan. Akal dan pikiran yang dianugerahkan kepada manusia bukannya menjadi solusi, malah menjadikan manusia terlalu banyak pertimbangan, hingga apa yang dirasakan oleh hati, terselip entah dimana. Ujung-ujungnya, jadi pusing sendiri.
Tony Gilroy lewat Duplicity makin mengukuhkan posisinya sebagai sineas yang fasih mengangkat cerita penuh intrik yang penuh kejutan. Lihat saja Devil’s Advocate, Michael Clayton hingga State of Play. Trilogi Bourne sengaja tidak disinggung, mengingat bukan Tony Gilroy yang menulis materi aslinya. Namun masalahnya, di tengah situasi yang makin tidak mudah, tontonan sejenis Duplicity bisa kesulitan menggoda penonton, apalagi mereka yang berpikiran, “kalau bisa mudah, kenapa diperumit”.


Namun untungnya Duplicity menghadirkan kejutan demi kejutan yang memikat dan membuat penonton menggelengkan kepala tidak percaya, karena selain cerdas juga lucu. Dialog-dilaognya juga segar menghibur. Simak adegan di dalam van yang memunculkan dialog “Because you’re the biggest swinging dick I’ve ever seen”. Musik olahan James Newton Howard juga lumayan “memperingan” film ini. Paling suka dengan closing song, Being Bad yang dibawakan Bitter Sweet (susah nyari lagu ini).
Julia Roberts yang lama tidak nongol ternyata tetap mampu memperlihatkan performa terbaiknya, yang untungnya bisa (agak) diimbangi oleh Clive Owen. Cantik, cerdas dan seksi memang bisa dipresentasikan dengan baik oleh Julia Roberts. Selain kejutan di akhir film, opening title film ini menurut Gilasinema sangat mengesankan dan lucu. Terima kasih kepada sinematografer Robert Elswit yang menyajikan pembukaan yang berkelas. Salut juga buat Tom Wilkinson dan Paul Giamatti yang meluangkan waktu berlatih gerakan di studio tari selama 4 hari! Adegan ini diakui Tony Gilroy sebagai adegan tersulit, karena butuh persiapan matang, yang otomatis membutuhkan lebih banyak waktu. 3,5/5


Sedikit saran : jangan menerima sesuatu (pekerjaan) yang tidak kita ketahui apa sebenarnya yang kita terima kalau tidak ingin malu pada akhirnya.
Dick! Dick!Dick!Dick!Dick!Dick!Dick!Dick! Dick! Dick!Dick!Dick!Dick!Dick!Dick!Dick!

2 komentar:

hakimicture mengatakan...

Eh, kayaknya reuni kedua nih buat Julia Roberts dan Clive Owen setelah hubungan berantakan dalam Closer. Komedi itu genre sulit, kalau enggak lucu pasti norak dan enggak ada yang bakal ketawa. Tapi, Duplicity yang niatnya enggak terlalu melucu malah bikin kita tertawa lepas. Sama kayak karya Mike Leigh (Vera Drake) Happy-Go-Lucky yang bikin saya tertawa terus karena dialog-nya bukan slapstick-nya.

awya mengatakan...

wah mas saya baru selese buat revie film ini. surprisingly, i loved it! film terbaik bagi saya sejauh ini. hahahahaha! saya ketawa, saya tegang, pokoknya segalanya! keren deh!

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket