Kamis, 23 Juli 2009

BEN X

Kamis, 23 Juli 2009

“Someone always has to die first before anything happen”

Ben (Greg Timmermans) seorang pemuda yang dinilai oleh orang-orang disekitarnya berperilaku tidak lazim. Karena ketidaklaziman inilah, Ben seringkali mendapatkan perlakuan kekerasan, bahkan pelecehan dari teman-temannya di sekolah. Merasa tidak aman di dunia nyata, Ben mencari pelarian ke dunia maya, dimana dia menciptakan karakter (avatar) yang penuh gagah berani dan penuh percaya diri, Archlord. Di dunia maya ini, dia berteman dengan karakter lain, Scarlite, yang menjadi satu-satunya “sosok” yang bisa membuatnya merasa aman dan hidup.
Hingga suatu hari, Ben mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari teman-temannya. Dia di telanjangi di tengah kelas, dan ketika ada temannya yang berusaha membantu Ben dengan merekam aksi tersebut untuk dijadikan bukti, yang terjadi justru semakin memperburuk kondisi kejiwaan dari Ben. Bahkan di dunia maya pun, tidak lagi menjadi tempat yang aman, ketika video memalukan tersebut disebarkan.
Setelah kejadian tersebut, Ben makin tak terkendali dan susah ditebak pikiran dan perilakunya, yang membuat ibunya (Marijke Pinoy) kesulitan menghadapi Ben. Namun berkat “kopi daratnya” dengan Scarlite, perlahan Ben mulai bangkit dan menyusun aksi pembalasan yang mencengangkan semua pihak (termasuk penonton). Kalimat diatas menjadi pedoman untuk menghadirkan akhir kisah dengan cerdas.


Sutradara dan penulis cerita, Nic Balthazar, dengan gaya penceritaan yang unik dan penyajian gambar yang atraktif, berhasil mengulik apa yang menimpa pada seorang penderita Asperger Syndrome, suatu bentuk autism, dimana penderitanya sangat kesulitan merespon lingkungan sekitarnya. Nic menggunakan filter yang memberi efek kabur gambar sekitar Ben untuk memperkuat cerita, serta ditampilkannya avatar di sela-sela kisah Ben. Penderita Asperger Syndrome memang kebanyakan tertarik dengan game. Dalam Ben X, apa yang dialami Ben didunia nyata diparalelkan dengan nasib Archold di dunia maya.
Ben X sendiri diambil dari frase "(ik) ben niks" yang berarti "(I) am nothing". Penderita Asperger Syndrome yang kesulitan bersosialisasi cenderung asyik dengan dunianya sendiri, hingga kesannya hidup terpisah dengan manusia lain (invisible). Hal ini tampaknya belum bisa dipahami oleh sebagian orang karena minimnya pengetahuan tentang Asperger Syndrome, sehingga seringkali mereka (khusunya para muda) menyikapi para penderita Asperger Syndrome dengan perlakuan kurang baik.
Kenyataan ini tampaknya memunculkan keprihatinan pada Nic Balthazar. Ben X selain menjadi tontonan yang menarik, juga mampu membuka mata penonton (muda) untuk lebih memahami sebuah perilaku yang berbeda. Seseorang yang “berbeda” tetaplah seorang manusia yang patut diperlakukan layaknya manusia. Nic Balthazar seakan ingin menyadarkan penonton (muda) bahwa mereka yang tidak bisa menerima sebuah perbedaan, tak ubahnya penderita Asperger Syndrome, karena kesulitan mereka untuk merespon sesuatu yang tidak lazim.


Kebanyakan film-film yang mengangkat mereka yang berkebutuhan khusus, meninggalkan kesan dan pesan mendalam bagi Gilasinema. Forrest Gump, I am Sam, Sling Blade dan Rain Man bisa dijadikan contoh. Ben X dengan gayanya sendiri mampu tampil menghibur, menuntun dan memikat dengan tampilan visual (opening title-nya bagus) dan beberapa twist. Film semacam ini rasanya masih perlu banyak dibuat, terutama untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat. Karena, sekali lagi, minimnya pengetahuan bisa mendorong perlakuan yang tidak semestinya, sehingga seringkali harus ada tragedy sebelum muncul kesadaran.3,75/5

4 komentar:

hakimicture mengatakan...

Kebanyakan penonton muda bukan ngeh dengan kekurangan Ben di film ini. Mereka bilang ini film keren, kayak videogame RPG... duh .. Kayaknya beda ya ... Walaupun tidak mengidap sindrom Asperger ini, sebagian besar orang memang bertingkah berbeda di dunia maya ^_^

gilasinema mengatakan...

Sayang ya, padahal niat sutradaranya baik banget. Tapi game nya memang bagus sih.
Soal perilaku yang beda, Bang Hakim gak gitu kan hehehe...

Anonim mengatakan...

film ni baguuus bgt.....
bikin penonton membolak balik pikiran....
4 jempol buat film ni ^_^;

Anonim mengatakan...

film nya bagus !!! top

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket