Sabtu, 30 Mei 2009

VIRGIN 2 : BUKAN FILM PORNO

Sabtu, 30 Mei 2009


Tina (Christina Santika) diusir dari rumah ketika ibunya mendapati dirinya dalam pelukan cowok ibunya. Tanpa mau tahu yang sebenarnya terjadi, Ibu Tina langsung mengenyahkan anak gadisnya dari rumah. Tidak tau harus pergi kemana, Tina menginap di rumah teman satu sekolahnya, Steffi (Wichita Satari). Pertemuannnya dengan Steffi justru makin membuat hidupnya tidak karuan, karena tanpa berdosa Steffi mengumpankan Tina kepada Yama (Yama Carlos) yang setelah merenggut kegadisannya, menjual Tina kepada para lelaki hidung belang. Untung Tina pada akhirnya mampu melepaskan diri.
Selanjutnya Tina dipertemukan dengan Nadya (Joanna Alexandra), seorang DJ yang tinggal dengan Mitha (Smitha Anjani), seorang pecandu yang kesulitan lepas dari jerat narkoba. Masalah makin meruncing ketika Mitha terlibat masalah dengan bandar narkoba. Demi menyelamatkan Mitha, Nadya yang sedang mengandung janin akibat benih yang ditanam oleh Raymond (Ramon T Yungka) rela mengobral tubuhnya. Tidak sampai disitu, karena demi kesembuhan Mitha dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kali ini bersama Tina, keduanya terpaksa ”dinikmati” sekumpulan pria hidung belang. Belum cukup, tanpa sengaja Tina dipertemukan lagi dengan Yama. Dan selamat menikmati adegan berdarah-darah nan brutal yang menghiasi menit-menit akhir film yang disutradarai oleh Nayato Fio Nuala ini (tumben tidak ganti nama).
Virgin (ketika keperawanan dipertanyakan) mungkin bukanlah film yang bagus, namun berkat penggarapan yang serius film tersebut lumayan enak dinikmati (kala itu). Cerita yang lincah dan cepat, akting para pemainnya yang total serta pesan yang jelas menjadi nilai plus Virgin seri pertama. Di tangan Nayato, Virgin 2 tampaknya memang harus dilepaskan dari seri pertamanya, karena selain setting dan pemain yang berbeda, Virgin 2 jauh lebih kelam, brutal dan terus terang agak kurang tersampaikan pesan yang ingin disampaikan.
Kalau maksudnya menghindarkan remaja dari perilaku seks bebas, kenapa harus ada adegan dimana Nadya tidak menyesali kehamilannya. Justru dia terkesan senang dengan kehamilan tersebut dengan mengabaikan permohonan maaf dari Raymond. Sikap Nadya yang menerapkan perilaku ”safe sex” dengan menolak hubungan tanpa kondom terasa menggelikan, mengingat dirinya sudah bunting. Memang sih pada akhirnya Nadya mengalami nasib tragis, namun ketika nasib yang sama menimpa pada Tina yang ”rusak” bukan karena keinginannya, bisa saja ada yang menyimpulkan, ”lha wong gak ada bedanya, mending nglakuin yang dilarang sekalian’. Bandingkan dengan Virgin 1 yang meniupkan aura optimisme lewat sosok yang diperankan oleh Laudya Cintya Bella. Dan rasanya aneh ya, memakai judul Virgin, kok tokohnya tidak ada yang perawan. Mending judulnya jadi Virgin2 (ketika keperawanan hilang...)


Virgin 2 : Bukan Film Porno memang bukan film porno, namun bagi pecinta bokep, akan sangat dimanjakan dengan pameran ”daging segar” hampir sepanjang durasi. Kamera dengan nakalnya, menempatkan diri di tempat-tempat strategis hingga mampu menangkap ”momen-momen” mengundang. Namun ketika kamera banyak membeberkan tubuh dari Christina Santika dengan wajah polosnya, tak pelak malah memunculkan rasa jengah. Duh...itu anaknya siapa sih kok dapat ijin mengumbar banyak daging.
Dibandingkan assamble cast Virgin pertama, para pemain di Virgin 2 juga kalah solid meski tidak kalah cantik. Penampilan Christina Santika masih mentah, namun untungnya terbayang dengan aksi dingin yang cukup memukau di akhir film. Sayang sekali sosok Neyna Lisa Bartlet yang memerankan Kenny hanya muncul sebentar dan terkesan tempelan, padahal tampilan fisiknya oke banget. Pemunculan Ramon T Yungka sebenarnya juga tidaklah penting-penting amat.
Nayato sekali lagi sukses di segi teknis dengan menyajikan gambar-gambar yang menghadirkan suasana menekan dan menyesakkan. Seperrti biasa Nayato kreatif mengolah gambar. Nayato lumayan detail menyoroti sudut kehidupan malam yang kelam, dan kotor. Penonton seakan menyaksikan film karya sineas Hongkong, yang tampaknya memang menjadi acuan Nayato. Hanya saja, pemilihan lokasi yang itu-itu saja menimbulkan kesan menekan biaya produksi. Selain itu, saking atraktifnya kamera, seringkali kontinyuitas gambar kurang diperhatikan.
Seperti dikemukakan diatas dan juga tercetak di posternya, Virgin 2 merupakan tontonan yang brutal. Sejak awal kita disuguhi jalinan cerita tragis nan gelap yang mencapai puncaknya ketika dihadirkan adegan penuh darah di akhir film. Pada bagian ini, terkesan Nayato ingin menyajikan sebuah adegan yang mendekati riil hingga mengabaikan nilai estetis. Benar-benar brutal. Akibatnya, sukses membuat beberapa penonton miris dan memalingkan muka. Nilai plus atau minus? Pada akhirnya semua kembali kepada penonton. 2,25/5


NB : dalam banyak adegan, Nayato ”memamerkan” film-film favoritnya, seperti My Blueberry Night, Happy Together dan The Dreamers.

5 komentar:

hakimicture mengatakan...

Baru liat trailernya kemarin-kemarin.Sub judulnya -BUKAN FILM PORNO-itu 'poin' banget. Di terjemahkan dalam berbagai bahasa pun akan terdengar menggelikan. Nayato mulai dulu memang punya kekuatan di segi pengambilan gambarnya dan tidak memusingkan cerita. Kalau disuruh bikin klip musik pasti bagus. Sejak dulu keliatan kok ciri khas Wong Kar Wai di film-filmnya (dari segi sinematografi maksudnya). Eh tapi liat deh posternya, tone warnanya juga mirip My Blueberry Night (apalagi lampu-lampu fluorescence-nya itu). Coba deh film indie Inggris London To Brighton (produksi tahun 2006) yang tegang habis, yang punya kisah sekitar dunia yang ditampilkan Virgin ini. Mas, pose Anda diatas itu loh...^O^

gilasinema mengatakan...

Iya..kayaknya memang terpengaruh ma gaya Wong Kar Wai.
London to Brighton bagus banget tuh. Dari dulu dah pengen bikin reviewnya belum sempet-sempet. Adegan penyiksaan terhadap dua perempuan dalam film tersebut sukses membuat miris.
Ketegangannya juga terasa banget.

Soal pose diatas, sekedar penyegaran, semoga terhibur (atau muntah) hehehe...

Anonim mengatakan...

Bukan film porno?
Ooooo.... Jadi, ini film semi-porn yah hehehe....
Ada adegan topless dong wakakak...

gilasinema mengatakan...

Gak ada Bang. Ntar ada laskar yang ngamuk bisa gawat hehehe

ieraiera mengatakan...

uih...ada selipan The Dreamers???asikkkk....

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket