Minggu, 31 Mei 2009

KLEPAS – KLEPUS .... MAMPUS!

Minggu, 31 Mei 2009


(World No Tobacco Day, 31 Mei)

Menyaksikan TV mendapati berita hasil laporan dari WHO yang menyebutkan setidaknya lebih dari 4 juta jiwa melayang tiap tahunnnya gara tembakau (rokok). Di Indonesia, diperkirakan tiap harinya ada sekitar 1.000 orang meninggal akibat racun yang terkandung didalamnya. Semua sudah tahu bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas merokok. Pengetahuan tersebut sayangnya tidak diikuti dengan kesadaran untuk menjauhinya, atau paling tidak menguranginya.
Mengapa demikian? Gilasinema tidak akan membahasnya, namun tertarik dengan makin berkembangnya gugatan untuk mengurangi atau menghilangkan adegan merokok atau cigarette image dalam bentuk apapun dalam sebuah film. Beberapa penelitian membuktikan bahwa film mempunyai peran mendorong para remaja untuk mulai mengkonsumsi rokok, karena remaja hidup di masa dimana mereka suka dengan hal-hal baru serta cenderung meniru (imitatif) perilaku figur yang mereka anggak keren, cool, gaya atau apalah.. Entah sengaja atau tidak Pedro Almodovar mengamini hal ini. Salah satu tokoh di film All About My Mother (bagus banget nih film) mengaku merokok gara-gara melihat aksi Bette Davis.
Dalam hal ini rokok diposisikan sama dengan adegan kekerasan ataupun adegan berbau seksual. Namun berbeda dengan dampak dari adegan kekerasan yang masih banyak disangkal dan didebat, dampak dari adegan merokok dalam film, banyak didukung oleh penelitian ilmiah dan banyak institusi yang mendukung gerakan Smoke Free Movies.


”World Health Organization, the American Medical Association and the American Academy of Pediatrics support policies that will limit or eliminate smoking on the screen,” (Cheryl Healton, Dr. PH, President and CEO of the American Legacy Foundation.)

American Medical Association tahun ini meluncurkan program “Which Movie Studios Will Cause the Most Youth to Start Smoking This Summer?” sebagai control demi menekan adegan merokok di film. Film yang terbanyak menampilkan rokok akan ditampilkan di billboard-billboard September nanti. X-Men Origins: Wolverine menjadi salah satu film kandidat “tampil” di billboard tersebut.
Gerakan Smoke Free Movies telah mendapatkan respon positif dari beberapa pekerja film dan institusi lain yang terkait. British Board of Film Classification (BBFC) telah lama memutuskan bahwa adegan merokok akan menjadi salah satu poin penentu sertifikat (rating). Begitupun dengan Motion Picture Association of America (MPAA) yang telah memberlakukan kebijakan ini sejak dua tahun lalu, meski banyak disorot karena seringkali tidak konsisten. Langkah MPAA ini telah ditindaklanjuti oleh beberapa studio besar di Holly, seperti Disney (yang pendirinya meninggal karena racun ryang terkandung dalam rokok), Warner hingga The Weinstein Company.
Baru-baru ini, Departemen Perhubungan Perancis menolak pemasangan poster film Coco Chanel. Pose Audrey Tautou sebagai Coco Chanel yang memegang rokok dianggap sebagai "unhealthy and inappropriate." Bagaimana dengan di perfilman Indonesia? Belum ada kesadaran tentang hal ini. Terlihat dari bebasnya karakter dalam film (gak cowok, gak cewek) klepas-klepus dengan (sok) gaya. Coba saksikan Virgin 2 yang para pemeran ceweknya seakan menikmati asap beracun tersebut. Belum lagi beberapa film yang disponsori oleh merk rokok tertentu.


Rokok dihadirkan biasanya untuk menguatkan gambaran karakter yang memberontak (melawan system). Perempuan bebas dan independent, karakter yang neurotic dan frustasi serta pria macho atau antagonis seringkali dilengkapi aksesoris bernama “rokok”. Padahal tidak perlu rokok untuk menunjukkan jiwa pemberontak. Tidak perlu rokok untuk terlihat macho atau sangar.
Dan rokok sangat tidak dianjurkan hanya supaya tampak lebih gaya atau stylish. Sebuah pendekatan yang BASI, serta tidak cerdas karena tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkannya. Para actor/aktris juga setali tiga kutang. Atas nama profesionalisme, mereka kadang menerima sebuah peran tanpa mempertimbangkan tanggung jawab social sebagai konsekuensi menjadi figure kondang.
Industri rokok memang penting bagi perekonomian, namun perlu dipertimbangkan dampak (kesehatan) bagi generasi muda. Yah..paling tidak ada upaya untuk menunda konsumsi rokok bagi mereka yang masih muda dengan melakukan control terhadap beberapa hal yang dianggap sebagai pemicu.
Sebagai orang yang sangat membenci asap dalam bentuk apapun dan dalam rangka WORLD NO TOBACCO DAY, kalau boleh Gilasinema berpesan :


Hingga di depannya tidak ada orang yang kita kasihi, berkata :


……dan akhirnya

6 komentar:

hakimicture mengatakan...

Wah, saya juga termasuk cowok yang enggak bisa ketagihan sama rokok (thank god). Oh, iya kalau mau gabung dengan kampanye anti rokok dalam film ada di Facebook tuh dengan nama Movie Smoking Scorecard. Artikel yang sama tentang 'tampilnya' rokok difilm yang menjadi perhatian badan kesehatan bisa dilihat disini :http://www.nytimes.com/2009/05/28/movies/28smoke.html?_r=1

gilasinema mengatakan...

Kayaknya artikelnya termasuk yang aku baca deh. Suka lupa nyimpen sumbernya hehehe...
Makasih infonya

Anonim mengatakan...

Aku dulu mulai ngerokok gara2 apa yah? lupa tuh. Tp terus terang aja nggak ada hubungan sama film, tp lbh krn lg stress.
Brenti ngerokok jg nggak ada hubungan sama film, bisa brenti gara2 puasa ramadhan. artinya kalau bisa brenti ngerokok selama sebulan = bisa brenti setaun = stop 10 tahun dst.

NB. Harusnya ada warning buat penonton X-Man. Wolverine itu mutan yg punya kemampuan sembuh dgn cepat. kena kanker jg bakalan sembuh sendiri koq. Soalnya bakalan aneh kalau liat Wolverine ngemut permen kojek sbg ganti cerutu hehehe....

gilasinema mengatakan...

Ya itu Bang, aktor merokok di film terlihat keren karena gak ngliatin dampaknya. Soalnya butuh durasi panjang (nunggu karakternya tua, kecuali untuk para mutan) hehehe...

Anonim mengatakan...

wah, keren nih ulasannya.

sebenernya meskipun aku anti-rokok, tp kalo udah masalah yang satu ini sih agak sensitif, apalagi kalo udah jawabannya "hak masing-masing". sulit deh untuk dibantah.

mengenai para artis yg mau aja meranin peran perokok, jawabannya sih klise, profesionalitas semata. sebenarnya semua itu bisa diakali dengan rating yang ada. kalo memang mpaa sudah komit dengan rating dipengaruhi oleh adegan merokok, jelas dong tidak lagi jadi masalah bagi remaja, film yg berating R sudah tentu tidak akan ditonton oleh remaja.

tp kembali lagi karena tujuannya baik, menjaga kesehatan, kita dukung saja. tp kalo di indonesia, waduh lha wong beasiswa aja paling banyak dari sponsor rokok, gimana dong. ironis sekali. Kepintaran berasal dari barang yang mebunuh orang banyak. sayang sekali

Gilasinema mengatakan...

Ironis memang.Merokok sih boleh-boleh aja,asal pake aturan.Sering megap-megap kena asap rokok orang sebelah.
Rokok diperfilman nasional,sekali lagi dibutuhkan kebijaksanaan semua pihak (pelaku film)

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket