Sabtu, 11 April 2009

I’VE LOVED YOU SO LONG (IL Y A LONGTEMPS QUE JE TA’IME)

Sabtu, 11 April 2009


At the clear of mountain
While I was strolling by
I found the water so nice
That I went in to bathe
So long I’ve been loving you ( il y a longtemps que je ta’ime )
I will never forget you….


Lima belas tahun sudah Juliette Fountain (Kristen Scott Thomas) mendekam di balik terali besi setelah didakwa membunuh anaknya sendiri. Kini, setelah bebas dia dipertemukan kembali dengan adik perempuannya, Léa (Elsa Zylberstein) yang pada saat kejadian tragis tersebut masih sangat belia dan kesulitan untuk mengingat apa yang terjadi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sikap kedua orang tua mereka yang “membuang” Juliette dari lembaran hidup mereka berkaitan peristiwa lima belas tahun yang lalu.
Karenanya, pertemuan keduanya terasa canggung dan dingin. Dengan kondisi yang ada, mau tidak mau Juliette untuk sementara waktu terpaksa tinggal bersama Léa, meski sempat diprotes oleh suami Léa, Luc (Serge Hazanavicius). Kekhawatiran ini cukup beralasan mengingat dalam rumah mereka ada dua anak belia hasil adopsi. Luc tidak ingin kejadian lima belas tahun silam terjadi lagi, apalagi Juliette kukuh menyimpan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
Léa tetap pada pendiriannya, karena bagaimanapun ada hubungan darah antara dirinya dengan Juliette. Perlahan-lahan Léa mulai mendekati kakaknya agar hidup Juliette menjadi lebih baik, meski selalu membentur tembok yang Juliette bangun. Dalam usahanya tersebut, Léa berusaha menjalin kembali emosi dan kenangan yang sebelumnya terputus. Pada akhirnya, Juliette pun mulai terbawa dalam arus kehidupan Léa dan keluarganya serta beberapa relasi dari Léa, tetap dengan teguh memegang rahasia yang dia simpan rapat dengan bersikap amat defensive ketika ada yang menyinggungnya.
Selanjutnya kita diajak untuk melihat perkembangan hubungan dua bersaudara tersebut. Kenangan mulai muncul dan bagaimana kejadian yang menimpa Juliette sangat berpengaruh pada diri Léa. Bahkan keputusan Léa untuk mengadopsi anak terkait erat dengan peristiwa lima belas tahun yang lalu. Dan yang namanya rahasia pada akhirnya terungkap juga. Léa shock berat mendapati apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang selanjutnya dia lakukan berkaitan dengan kenyataan tersebut?
I’ve Loved You So Long mungkin berjalan terasa lamban, namun oleh sutradara sekaligus penulis cerita, Philippe Claudel, penonton diikat untuk bertahan hingga akhir. Philippe Claudel begitu rapat menyimpan apa yang sebenarnya terjadi pada Juliette lima belas tahun silam yang membuat penasaran di benak penonton, dan Philippe Claudel baru membukanya menjelang film berakhir. Namun dengan berbagai petunjuk, penonton yang cerdas tentu sudah bisa menebak apa yang terjadi. Gambaran Juliette yang begitu elegan, kedekatannya dengan keponakannya serta kenyataan kalau Juliette mempunyai latar belakang pendidikan yang sangat menyakinkan sudah cukup meyakinkan penonton bahwa Juliette tidak sepenuhnya bersalah.
Sepanjang layar kita disuguhi karakter dari Juliette dan Léa, karenanya secara konstan kita disuguhi aksi dari Kristin Scott Thomas dan Elsa Zylberstein. Sebagai Juliette, Kristin Scott Thomas bermain amat meyakinkan dan patut mendapat acungan jempol. Perhatikan wajahnya yang kosong, dingin namun menyimpan sebuah kekerasan yang sulit ditembus. Perrhatikan juga kecanggungan dan keenggannya berinteraksi, setelah sekian lama terputus hubungan dunia luar.Belum lagi bungkus penderitaan akibat peristiwa silam yang terus menghantui. Intinya, wajahnya begitu berbicara dan tanpa balutan make up, justru memancarkan sebuah kecantikan yang memikat.
Penampilan Kristin makin kuat ketika dikontraskan dengan ekspresi bingung penuh pertanyaan yang dihadirkan oleh Elsa Zylberstein. Dan seperti karakter Juliette, Léa juga menyimpan penderitaan yang seringkali membuatnya tak berdaya. Kombinasi kedua peran tadi, boleh jadi merupakan kekuatan dari film ini.
Dari segi cerita, Philippe Claudel memasukkan beberapa sub plot demi mempertajam balutan drama dalam kisah ini. Sayangnya, beberapa sub plot terkesan bias dan kurang penting, seperti penggambaran kehidupan Léa di kampus yang pada beberapa bagian terasa keluar jalur dan agak panjang. Argumennya tentang dunia buku (sastra) meski mungkin untuk menggambarkan kekalutan pikiran Léa, terlihat seperti opini pribadi dari Philippe Claudel yang nota bene seorang penulis kondang di Perancis sana.
Selain itu juga memunculkan gugatan, terutama tentang keadaan si buah hati Juliette yang hanya diketahui oleh Juliette. Bagaimana mungkin yang lain, paling tidak suaminya, tidak mengetahui kondisi anak kecil tersebut. Namun sebagai sebuah karya perdana, I.ve Loved You So Long sungguh sebuah pencapaian yang sangat menjanjikan. Dan ada satu gambar yang sangat kuat dan berkesan yakni ketika Juliette berdiri di bawah patung angel. Sebuah gambar yang memancarkan optimisme.
Dalam I’ve Loved You So Long, sutradara dan penulis cerita Philippe Claudel mengajak penonton untuk memaknai sebuah kenangan. Kenangan yang berusaha disimpan dan kenangan yang ingin diungkap. Kenangan yang menyakitkan, sekaligus kenangan yang membahagiakan. Kenangan pahit, kenangan manis. Apapun wujud kenangan itu, pada akhirnya yang membentuk hidup kita di masa sekarang. Kenangan pada akhirnya harus disikapi sebagai sebuah bekal (kekuatan) untuk menjalani hidup yang sekarang, seperti yang diungkapkan oleh Juliette di penghujung film, “ I’M HERE…..” 4/5

3 komentar:

Fariz Razi mengatakan...

jadi pengen nntn nih hehe

AndoRyu mengatakan...

Film ini udah lama nongkrong dalam komputerku, tp nggak ada wkt buat nonton. Jadinya dianggurin melulu, malah mas gil yg ngeriview duluan. Baca resensinya sih, kayaknya hrs nyari waktu khusus buat nonton.

gilasinema mengatakan...

@yasahrizal : iya, aku nunggu reviewnya Bang Yusahrizal kok gak nongol-nongol. Dah lebih sebulan kan punya film ini. Sayang lho Bang. Buruan....
@fariz: buruan juga...

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket