Sabtu, 25 April 2009

INSPIRING MOVIE : PAY IT FORWARD

Sabtu, 25 April 2009


(Is it possible for one idea to change the world? Sometimes The Simplest Idea Can Make The Biggest Difference.)

What did you ever do to change the world?
Dunia ini sudah memberikan banyak hal kepada kita, namun apa yang telah kita berikan kepada dunia yang makin tua dan makin tidak ramah ini? Pertanyaan filosofis ini diberikan oleh Eugene (Kevin Spacey) kepada murid-muridnya. Berangkat dari pertanyaan, Eugene memberikan tugas kepada para muridnya untuk membuat sebuah program nyata, demi mewujudkan dunia yang lebih baik. Berbagai ide dikemukakan, namun ide Trevor (Haley Joel Osment) yang mampu menarik minat Eugene.
Idenya simple, dimulai dengan sebuah memberikan bantuan kepada orang yang dirasa membutuhkan. Bantuan tersebut bukannya tanpa pamrih. Sebagai balasannya, orang yang telah dibantu tersebut diharapkan membalas bantuan yang diberikan kepada tiga orang lain yang membutuhkan bantuan.

Thorsen: I thanked him and there were some very specific orifices in which I was told to shove my thanks. He told me, "Just pay it forward." Three big favors for three other people. That's it.

You don’t pay back a favor, you pay it forward.
Berkaitan dengan idenya, Trevor mempunyai tiga orang menjadi sasaran proyek Pay it Forward tersebut. Pria tuna wisma yang kumuh (James Caviezel), berusaha menjalinkan ikatan cinta antara gurunya, Eugene, dengan ibunya, Arlene (Helen Hunt) dan membantu temannya yang selalu mendapatkan penganiayaan. Namun ternyata, apa yang dia programkan satu demi satu menemui kegagalan. Bukti bahwa, kadang sebuah niat baik tidak selalu mendapatkan hasil positif. Hal ini menyebabkan Trevor sedih dan frustasi.
Namun tanpa Trevor sadari, gerakan Pay it Forward tersebut, secara perlahan mulai menyebar ke kota lain. Hal ini menarik minat seorang wartawan, Chris (Jay Mohr). Nalurinya sebagai wartawan merasa terusik dan dimulailah investigasinya untuk menemukan orang yang mencetuskan Pay it Forward tadi.
Selama ini kita mengenal konsep MLM di bidang ekonomi (penjualan). Apa jadinya kalau konsep tersebut diterapkan kepada sesuatu yang sifatnya humanis? Pay it Forward lah jawabannya. Bayangkan kalau setiap manusia di dunia melipat gandakan kebaikan yang mereka terima? Konsep ini mungkin dirasakan terlalu idealis (atau utopis?) bagi sebagian orang, namun bukannya tidak mungkin untuk diwujudkan. Dibutuhkan sebuah kemauan, keberanian serta keyakinan untuk sebuah dunia yang lebih baik.

I guess it's hard for people who are so used to things the way they are - even if they're bad - to change. 'Cause they kind of give up. And when they do, everybody kinda of loses.

Bahkan, Trevor yang mencetuskan konsep Pay it Forward pun sempat mengalami keraguan akan keberhasilan konsep tersebut. Namun setelah melihat hasilnya di akhir film, penonton diajak untuk memahami satu hal penting yakni, bahwa sebuah niat baik pasti berbuah kebaikan pula pada akhirnya. Kalaupun kebaikan belum memperlihatkan hasil, kita hanya bisa bersabar dan yakin, kebaikan kita tidak akan sia-sia.
Pay it Forward kalau dicermati mengisahkan orang-orang yang terluka (tersakiti), dan bagaimana usaha mereka dalam menyembuhkan luka tersebut, karena sebuah luka/sakit yang tidak segera ditangani hanya akan membuat beban dunia makin berat. Dibutuhkan sebuah usaha bersama untuk menyembuhkan sebuah dunia yang sakit.

Do me a favor… save my life.

Pay it Forward menjadi salah satu film yang patut ditonton, terutama bagi mereka yang sedang mengalami kegamangan akan hidup. Siapa tahu setelah melihat film ini akan mendapatkan pencerahan dan memandang dunia dengan lebih optimis. Meski terkesan tragis, akhir film ini menyiratkan aura optimisme, bahwa kebaikan masih akan bisa bertahan di atas bumi, sehingga mereka yang hidup diatasnya tidak perlu lagi bertanya “Is the world shit?”

NB : menyaksikan lagi film ini (23/4/2009) masih saja menimbulkan sedu sedan :)

9 komentar:

Bang Mupi mengatakan...

Hmm, gua kurang suka film ini karena solusi akhirnya yang menurut gua malah jadi ga nyampe. Memang peristiwa itu mungkin terjadi di kejadian nyata. Tapi ga pas aja keliatannya. Gua masih lebih suka Simon Birch.

timo mengatakan...

film lama yang udah gue tonton berkali-kali...
totally inspiring dan memperlihatkan kepada penonton akan apa yang masih bisa kita lakukan untuk dunia dan orang-orang didalamnya...
jadi, daripada MLM jual2 barang, mending sebarkan kebaikan...
ahahahahaha...

gilasinema mengatakan...

Iya sih bang, endingnya memang sedikit mengecewakan. Cuman menurutku agak terbayar dengan mereka yang datang memberikan penghormatan.

ieraiera mengatakan...

tiap kali gw nonton film ini selalu sebel sama endingnya...(sebel karena mengahrukan..hikhikhik)

Anonim mengatakan...

ya. memang film bagus. apalagi adegan pemakamannya. mantap. BTW, udah nonton wathcmen belum? ditunggu komennya hehe...

peps mengatakan...

wah iya, dulu saya nangis kejer liat endingnya.
terlebih yang adegan pawai lilin itu :)

gilasinema mengatakan...

@ semua review : belum liat Watchmen. Kapan bisa liat wong bioskop deket rumah (yang perlu 2 jam tempuh itu) masih sibuk dengan setan.
SETAAAAANNN!!!

omoshiroi mengatakan...

wah,, dah lama banget nonton ni film. mpe lupa sama adegan2nya..
yang jelas gw masih inget banget setelah nonton ni film setiap gw mbantu temen, gw slalu bilang "jgn trima kasih ke gw, sebage gantinya lu mesti nolongin orang selain gw",, tapi itu juga cuma beberapa hari.. setelahnya engga ngomong gitu lagi..
hehehe,,

gilasinema mengatakan...

Yaah...namanya juga manusia...
penyakitnya itu-itu saja....LUPA :D

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket