Senin, 16 Maret 2009

LET THE RIGHT ONE IN (LÅT DEN RÄTTE KOMMA IN)

Senin, 16 Maret 2009


Sungguh mengibakan nasib Oscar (Kåre Hedebrant). Di usianya yang masih 12 tahun, hidupnya sungguh sunyi. Kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah, dan Oscar tinggal bersama ibunya yang sibuk bekerja. Di sekolah dia sering mendapatkan tekanan dan kekerasan dari anak yang lain. Sebagai bentuk pelarian akan kesepian dan kemarahan dia mengumpulkan berita seputar serangkaian pembunuhan sadis.
Pada suatu malam yang dingin dan sunyi dia berkenalan dengan Eli (Lina Leandersson), yang baru pindah ke apartemen dekat tempat tinggal Oscar dan ibunya. Eli ini menunjukkan kepribadian yang amat jauh berbeda dengan anak kebanyakan. Keanehan ini bukannya membuat Oscar menjauhi Eli, karena kemudian keduanya terlibat hubungan yang cukup erat dan makin lama makin intim. Eli bahkan memberikan solusi berkaitan tekanan dan kekerasan yang diterima oleh Oscar di sekolah. Kehadiran Eli yang mempunyai banyak pantangan, membuat Oscar lebih berani dalam bertindak.
Hingga terkuaklah siapa Eli sebenarnya, yang ternyata berhubungan dengan kasus yang menarik perhatian Oscar. Apakah Oscar lantas menjauhi Eli setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya? Ternyata Oscar mampu menerima Eli dan bahkan menemaninya saat pria yang memelihara Eli meninggal dunia. Namun ketika Oscar melihat hasil “karya” Eli, nuraninya mulai terusik, dan memutuskan untuk mundur. Cerita belum berakhir, karena masih akan dihadirkan puncak kengerian yang terjadi di kolam renang yang membuat penonton bergidik.
Sudah banyak kisah vampire yang diangkat ke layar perak, namun entah mengapa kehadirannya tetap menghadirkan sensasi tersendiri. Let The Right One In garapan sutradara Tomas Alfredson berdasarkan naskah yang ditulis John Ajvide Lindqvist (yang juga menulis novelnya) ini berhasil menghadirkan kengerian yang tak terperi karena tokohnya yang digambarkan masih begitu belia. Keganasan yang dihadirkan membuat merinding dan betul-betul menghadirkan perasaan horror. Anak kecil gitu lho.
Kesan horror makin pekat dengan setting cerita yang dibalut hamparan salju yang menguatkan kesan dingin yang menyimpan kengerian. Kisah vampire kurang afdol tanpa dibumbui kisah cinta terlarang antara dua tokoh utamanya. Kalau rajin mengikuti film berbalut kisah vampire pasti menemukan kisah cinta terlarang ini. Mungkin masih banyak yang menganggap kisah cinta terlarang semagai sesuatu yang romantis, selain untuk memancing suasanan tragis.
Dan atas nama cinta, para tokoh di dalam film ini melakukan aksinya. Pria yang memelihara Eli rela menyembelih manusia lain demi mendapatkan darah untuk “dinikmati” oleh Eli yang sangat dia cintai meski dengan nyawa sebagai taruhannya. Pria yang berusaha menuntut balas atas kematian perempuan yang dia cintai yang disebabkan oleh Eli, serta aksi terakhir yang brutal dari Eli merupakan wujud rasa cintanya kepada Oscar.
All fair in love and war begitu pepatah orang (tidak) bijak. Namun apakah mencabut nyawa orang lain menjadi sebuah pemakluman hanya karena dilakukan atas nama cinta? Gugatan inilah yang tampaknya ingin dihadirkan lewat film ini. Oscar dan Eli seakan mewakili jawaban akan gugatan tersebut. Mereka seakan dua kepribadian yang hidup di dalam satu individu. Oscar merupakan pribadi yang menerima kekerasan, dan tidak mampu (takut) mengeluarkan sisi keras dalam dirinya, meski terlihat jelas dia memilikinya lewat kegemarannya mengumpulkan berita kekerasan (pembunuhan). Sedang Eli sungguh pribadi yang berbeda. Dia merupakan pelaku kekerasan demi mencapai apa yang diinginkannya. Meski tidak bisa dipungkiri ada sisi lemah sekaligus lembut dalam dirinya.
Kenapa kedua orang tersebut ditampilkan dalam dua jenis kelamin yang berbeda? Karena setiap individu memang memiliki dua sisi, maskulin dan feminim. Dan kekerasan ternyata kekerasan tidak memandang jenis kelamin. Baik untuk pelaku maupun bagi korbannya. Di akhir cerita, ternyata jalan Eli lah yang dipilih. Hal ini mungkin karena kekerasan yang terjadi sudah tidak bisa ditolerir lagi.
Let The Right One In sangat sayang untuk dilewatkan, karena menjadi sebuah film bertema vampire yang tidak lazim. Bagi pecinta film horror, dijamin mendapatkan kepuasan dengan menyaksikan film ini. Sebelum versi Holly-nya keluar, ada baiknya melihat versi aslinya. Dan Let The Right One In akan lebih bermakna kalau disikapi lebih dari sekedar film horror berkaitan gugatan moral yang dihadirkan didalamnya. Kalau dicermati, plot cerita mempunyai kemiripan dengan film Carrie, dimana mereka yang melakukan kekerasan akan mendapatkan balasan yang brutal di akhir cerita. Elephant-nya Gus Van Sant juga bisa digunakan sebagai tambahan referensi. 3,75/5

10 komentar:

Fariz Razi mengatakan...

wah nntn dimana nih? dari dulu gw pengen bgt nntn film ini..

AndoRyu mengatakan...

Aku nonton film ini selang satu hari dengan film Twilight yang booming itu. Temanya sama2 cinta terlarang antara dua spesies berbeda (bener nggak ini kalimat??) tapi bikin efek nonton yg beda.

Paling suka adegan ciuman pertama Oscar dgn Eli yg mulutnya berlumuran darah korbannya. creepy.... hiiiii....

Anonim mengatakan...

Belum liat Twillight, jadi belum bisa bandingin. Tapi penyebutan "spesies" lumayan menggelitik :)
Kalau menurutku, bagian paling horor ya pembantaian di tengah salju.

Fariz Razi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
peps mengatakan...

au juga udah nonton, setuju! film ini keren!
suka endingnya pas eli dimasukin ke travel bag, trus si oscar ngajakin dia berkomunikasi lewat sandi yang mereka ciptain..

harusnya, kalau cast twilight liat film ini. mereka pasti malu :)

tapi biar gimana, aku masih tetep nunggu new moon juga hehehe

Anonim mengatakan...

iya suka banget sama film ini...
karena atmosfernya itu loh, kena banget! jarang banget ada film dengan atmosfer lambat-tenang-dingin-tapi-sadis kaya gini...ditambah dengan scorenya yang pas banget...
castnya juga pol, lewat dah cullen dkk ituh...ahahahaha...

Anonim mengatakan...

Nih pelem the best, masih kebayang2 nich chemistrynya :D

Unknown mengatakan...

film vampir terbaik yg pernah saya nonton. ceritanya seram tapi sangat menyentuh. saya tidak habis pikir ada orang yg bisa bikin film sekeren dan se-real ini. saya paling suka pemerannya terutama eli( lisa leanderrson) yg imut2 menggemasman. saya jadi ingin melindungi dan menemaninya selamanya. salut deh sama sutradara film ini, dan saya jadi suka film film swedia n eropa lainnya stelah nonton film ini. kereeeennn....

Alfian Zidny mengatakan...

si oscar lama2 juga jdi kyk yg melihara si eli... sampe akhirnya si eli nganggap oscar sbg ayahnya...

seperti kejadian di rumah sakit ...

Abdul Alghifari mengatakan...

waktu pertama nonton saya lega karena mereka akhirnya bisa hidup berdua, tapi waktu saya kepikiran si hakan.. Baru nemuin klimaks dari endingnya yg bleak banget !

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket