Selasa, 10 Februari 2009

FROZEN RIVER

Selasa, 10 Februari 2009



Apa sih yang harta yang paling berharga bagi seorang ibu. Tidak bisa tidak, jawabannya adalah anak mereka. Harusnya sih anak menjadi harta tak ternilai dari seorang ibu, meski kenyataannya banyak ibu yang kurang memperlakukan anaknya dengan layak. Seorang ibu yang baik, tentu akan berusaha sekuat tenaga agar anaknya mendapatkan penghidupan yang layak.
Sungguh malang nasib Ray Eddy (Melissa Leo) ditengah ganasnya cuaca dingin, dia mendapati kenyataan ditinggal oleh suaminya yang brengsek. Hidupnya sungguh tidak mudah, karena dia harus menghidupi dua anak lelakinya. Penghasilannya sebagai karyawan toko sangatlah pas-pasan, rumahnya terancam direnggut karena terlambat membayar sewa. Hidupnya makin pelik ketika berhadapan dengan anak sulungnya yang beranjak dewasa. Meski terasa berat, dia menolak mentah-mentah ide anaknya yang ingin membanyu mencari uang.
Ditengah segala himpitan dia bertemu dengan perempuan keturunan suku Indian Mohawk, Lila (Misty Upham). Sebuah pertemuan yang tidak mengenakkan mengingat Lila membawa mobil yang ditinggalkan begitu saja oleh suami Eddy. Namun, siapa sangka kalau selanjutnya hidup Eddy akan sangat tergantung pada Lila. Bahkan terjalin semacam solidaritas diantara keduanya karena persamaan nasib yang menimpa mereka.
Demi bertahan hidup, Lila ini terlibat dalam kegiatan penyelundupan manusia. Suatu hal yang dianggap kejahatan oleh Eddy. Tekanan keuangan serta keinginan untuk mendapatkan hunian yang layak bagi anak-anaknya, Eddy pada akhirnya terlibat kegiatan yang dia anggap sebuah kejahatan tadi, mengingat hasil yang didapat cukup besar. Selanjutnya, kedua ibu tadi terlibat sebuah petualangan menegangkan di perbatasan Negara serta cuaca dingin nan ganas demi orang-orang yang mereka cintai, dengan nyawa sebagai taruhannya.
Frozen River sebuah film yang dihasilkan oleh perempuan dan untuk perempuan. Hasilnya, film ini sangat feminis. Lelaki di dalam film ini, sejenak diletakkan di pinggir, bahkan diposisikan sebagai seorang “asshole’. Sedangkan perempuan digambarkan sebagai sosok pejuang nan tangguh dan penuh cinta. Perjalanan hidup yang dilalui oleh kaum perempuan tak ubahnya perjalanan yang dilakukan diatas sungai beku, yang sangat rentan oleh pijakan, karena sewaktu-waktu sungai tersebut bisa saja retak, hingga akhirnya pecah menelan mereka.
Ibu (wanita) digambarkan sebagai sosok penuh cinta. Apa yang dilakukan oleh Eddy dan Lila, tak lain demi kehidupan yang lebih baik untuk anak mereka. Begitupun dengan perempuan Pakistan yang rela menantang bahaya memasuki Negara asing secara illegal demi masa depan anaknya yang lebih baik. Pada akhirnya keberhasilan yang dicapai berkat usaha mereka dan juga karena solidaritas yang kuat antar kaum perempuan. Maka dari itu, barsatulah wahai para perempuan :)
Sutradara sekaligus penulis cerita, Courtney Hunt, berhasil membuat tontonan yang memikat dengan menghadirkan ritme ketegangan yang sangat terjaga. Puncak ketegangan terjadi ketika Eddy dan Lila berusaha menyelamatkan nyawa orang yang belum mengenal dosa. Belum cukup, kita juga disuguhi aksi menegangkan ketika aksi kedua perempuan tadi mulai terendus oleh pihak yang berwenang. Belum lagi dengan sub plot, yang menggambarkan situasi yang dihadapi oleh kedua anak Eddy ketika ibu mereka sedang berjuang, hingga membuat penonton merasa gemas melihatnya.
Pada akhirnya, bagaimana nasib kedua perempuan tadi? Oleh Courtney Hunt, kita disuguhi sebuah eksekusi cerita yang masuk akal. Tidak terlalu membahagiakan namun cukup melegakan dan bijaksana. Cerita yang dihadirkan oleh film yang berhasil meraih predikat Best Dramatic di ajang Sundance 2008 serta masuk Top 10 versi AFI ini bukannya tanpa kelemahan. Kalau diperhatikan ada sedikit lubang yang cukup mengganggu (cari sendiri ya…tidak mau merusak kenikmatan menonton). Makanya timbul keheranan ketika naskah film ini berhasil menembus nominasi Naskah Asli Terbaik di Oscar 2009.
Penampilan Melissa Leo sangat memikat, berkat karakter Eddy yang kuat. Sayang sekali kurang diimbangi oleh Misty Upham yang pada beberapa bagian terkesan mentah. Akibatnya Melissa Leo begitu menonjol. Suatu hal yang sangat menguntungkan baginya karena dia bisa jadi ancaman yang serius bagi Kate Winslet dan Meryl Streep di ajang Oscar 2009. Penggambaran hamparan salju sepanjang film cukup efektif dalam memperkuat ketegangan yang dihadirkan. 3,75

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sepertinya sangat menarik ;)
nice review ;)

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket