Kamis, 25 Desember 2008

CRONICA DE UNA FUGA (CHRONICLE OF AN ESCAPE / BUENOS AIRES, 1977 )

Kamis, 25 Desember 2008


Di tahun In 1977, Claudio Tamburrini (Rodrigo de la Serna) hanyalah seorang pemuda yang gemar bermain bola dan ikut sebuah klub bola kecil yang hidupnya berubah drastis, ketika pulang dia ditangkap (tepatnya diculik ) oleh segerombolan orang yang diketahui sebagai pasukan rahasia dari pemerintah Argentina yang pada waktu itu sedang berkuasa. Tidak diketahui secara jelas alasan apa yang mendasari penangkapan tersebut. Dengan mata tertutup, Claudio dibawa di sebuah tempat bernama Sere Mansion untuk mendapatkan “penanganan” lebih lanjut.
Di tempat ini, Claudio beserta tahanan lainnya mengalami siksaan demi siksaan demi mengorek informasi berkaitan dengan kaum yang dinilai membangkanga pada saat itu. Suatu hal yang mustahil didapatkan, mengingat kebanyakan yang tidak tahu dan tidak terlibat sama sekali. Disekap dalam ruangan dengan perlakuan yang jauh dari kesan manusiawi, mereka mendapati kenyataan kalau mereka bisa saja dibunuh kapan saja.
Setelah kurang lebih empat bulan menghadapi siksaan demi siksaan secara simultan, Claudio beserta tahanan lainnya menyusun rencana untuk meloloskan diri. Dengan tanpa berbalut sehelai benangpun, karena mereka diikat telanjang, pada suatu malam ditengah guyuran hujan lebat, mereka melaksanakan aksi pelarian tersebut. Berhasilkah mereka?
Film ini mendasarkan cerita pada otobiografi Claudio Tamburrini yang berjudul Pase libre – la fuga de la Mansion Seré. Untuk memperkuat cerita, Adrián Caetano samapai harus menyambangi Claudio yang menetap di Stockholm. Dan biar lebih otentik, mereka juga meminta bantuan dari salah satu teman pelarian Claudio, Guillermo Fernández. Sekedar informasi, pada pertengahan 1970-an, Argentina mengalami sebuah kekacauan politik. Kekacauan tersebut memuncak setelah militer melakukan kudeta pada 24 Maret 1976. Junta militer dengan membabi buta menyingkirkan merek yang dianggap mengancam. Banyak korban berjatuhan, terutama hilang. Ada yang mencatat korban mencapai 30.000 jiwa. Peristiwa ini dikenal dengan nama Dirty War.
Secara keseluruhan, film ini tidaklah istimewa. Dengan kisah yang sebenarnya luar biasa, sayangnya sutradara mengemasnya menjadi sebuah tontonan standar dan kurang kuat segi dramanya. Penonton terlalu banyak disuguhi adegan di rumah tempat penyiksaan berlangsung. Film akan lebih dramatis kalau misalnya juga diberi sub plot mengenai keluarga yang “ditinggalkan”. Bahasa gambar yang dihadirkan juga terlalu biasa. Dengan tema yang hampir mirip, film Hunger jauh lebih dramatis dan lebih menohok. Kalau Chronicle of an Escape lebih merupakan sebuah rekonstuksi, Hunger hadir dengan bahasa gambar yang seolah-olah menyuarakan sebuah jeritan (protes). Untungnya Chronicle of an Escape menghadirkan sebuah adegan pelarian yang cukup memancing ketegangan. Bayangkan usaha pelarian diri mereka ditengah penjagaan ketat, guyuran hujan lebat dan telanjang pula!
Namun, kelemahan film ini seperti yang diungkapkan diatas bukan alasan untuk melewatkan film ini. Terutama bagi mereka pecinta film “based on true story” yang paling tidak bisa menambah sedikit pengetahuan kita mengenai sejarah sebuah negara yang kebanyakan mempunyai sejarah yang kelam. Sekali lagi, film ini juga perlu ada untuk mengingatkan kepada kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. 3,25/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket