Jumat, 24 Oktober 2008

IN BRUGES

Jumat, 24 Oktober 2008



Ingin masuk surga atau neraka? Sebuah pertanyaan bodoh yang pastinya akan banyak yang memilih surga sebagai jawabannya. Lalu bagaimana wujud surga itu? Bagi Ken (Brendan Gleeson), surga itu adalah Bruges, sebuah propinsi di Belgia. Namun tidak bagi rekannya, Ray (Collin Farrel) yang menganggap Bruges sebagai kota yang membosankan. Bahkan mengumpamakannya dengan neraka.
Kedua orang dengan kepribadian yang sangat bertolak belakang ini sengaja “diungsikan’ ke kota Bruges tersebut. Meski keduanya beda karakter, ternyata keduanya mempunyai profesi sama yakni pembunuh bayaran, dan kepribadian mereka tersebut pada akhirnya malah saling melengkapi. Bos mereka, Harry Waters (Ralph Fiennes) sengaja “membuang” mereka untuk sementara waktu berkaitan insiden yang terjadi saat kedua pembunuh bayaran tadi melaksanakan tugas mereka.
Kenapa Bruges? Karena tempat tersebut dianggap tempat yang representative untuk menyembunyikan diri. Coba kalau ada yang bertanya dimanakah letak Bruges itu, dapatkah kamu menunjukkannya? Di tempat yang tenang dan adem tadi Ken dan Ray berusaha mengisi hari – hari mereka dengan aktivitas yang berbeda. Ken memanfaatkannya sebagai sebuah wisata rohani, sedang Ray sibuk dengan seorang gadis yang mengaku sebagai pekerja film, yang akhirnya terbuka kedoknya sebagai pemalak para turis.
Sampai sebuah tugas baru dari Harry datang kepada Ken. Tugas tersebut adalah melenyapkan Ray karena insiden yang terjadi sebelumnya. Insiden yang dimaksud sebenrnya sebuah peristiwa tak terduga yang terus menghantui mereka berdua, terutama Ray. Ditengah kebimbangan Ken, Harry memutuskan untuk juga mengunjungi Bruges. Manakah yang akan dipilih oleh Ken? Melaksanakan tugas atau melindungi Ray?
Selanjutnya film semakin menarik dan lucu karena sutradara memang membalut darah dalam film ini dengan humor satir yang lumayan menyentil kesadaran penonton. Adegan paling konyol namun asyik terjadi di penginapan ketika Harry mengejar Ray. Konyol memang, tapi sungguh lucu. Selain beberapa adegan kekerasan, film ini bertaburan bahasa kasar, terutama kata FUCK. Tak terhitung berapa ratus kali kata tersebut diucapkan.
Kembali ke masalah surga/neraka tadi. Sutradara Martin McDonagh tampaknya ingin mengajak penonton untuk memahami bahwa surga/neraka bisa tercipta dimana saja, tergantung bagaimana manusia itu menyikapinya. Ray yang pada awalnya hidup bagai di neraka, pada akhirnya merasa menemukan surga setelah menemukan wanitanya (klise!) serta membayar perbuatannya di masa lalu. Berbeda dengan Harry yang pada akhirnya memperoleh “hadiah” neraka dan ketika dia menyadarinya, tahulah dia apa yang harus dia lakukan, yakni…. Simpelnya, surga bagimu bisa saja neraka bagiku.
Sekedar tambahan pengetahuan, Bruges adalah salah satu propinsi di Belgia sana. Dengan populasi sekitar 120.000 jiwa kota ini ditasbihkan sebagai salah satu World Heritage City oleh UNESCO di tahun 2000. Kota ini banyak mempunyai bangunan bersejarah semacam Church of Our Lady yang mempunyai tower yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, hasil karya perupa terkenal Michelangelo berjudul Madonna and Child juga berada di kota ini. Dan masih banyak peninggalan penting lainnya.
Menyaksikan In Bruges dibutuhkan kesabaran, mengingat gaya bertuturnya yang British banget, sedikit mirip dengan Lock, Stock and Smoking Barrels dalam lingkup yang lebih kecil. Maka bersabarlah kalau didalamnya banyak bertaburan dialog panjang dan terkesan tidak penting. Namun bagi yang ingin mencoba film dengan pendekatan humor yang sedikit lain (terutama dengan produk Hollywood), film ini sayang untuk dilewatkan. Plus permainan ketiga pemeran utamanya yang santai, namun pas. 3,5/5

1 komentar:

Anonim mengatakan...

niy film favorit gw sepanjang masa,gk tau siy koq gw suka bgt ma film2 dark comedy kayak gini,trus lg ma short filmnya Martin McDonagh yg Six Shooter itu,gw lbh suka adegan dialognya ketimbang aksi dar der dornya,Lucu n bkin org sinis..sedep deq pokoknya.

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket