Sabtu, 05 Juli 2008

GRACE IS GONE

Sabtu, 05 Juli 2008



Berbeda dengan War, Inc yang terasa vulgar dalam mengkritik kebijakan luar negeri pemerintah Amerika, Grace is Gone tampil dengan segala kesederhanaannya, namun mampu menghadirkan tontonan yang inspiratif, namun tetap menyentuh tanpa tampil cengeng. Grace is Gone berusaha menyentil dengan halus, namun focus dan efektif dalam menyampaikan pesan
Disini John Cusack berperan sebagai seorang ayah dengan dua anak, Heidi (Shélan O'Keefe) dan Dawn (Gracie Bednarczyk). Tanpa kehadiran ibu mereka, Stanley (John Cusack) menghidupi kedua anaknya dengan bekerja sebagai supervisor di sebuah swalayan. Ibu mereka, Grace (Dana Lynne Gilhooley), bukannya meninggal ataupun lari dengan orang lain, namun sedang menunaikan tugas dari negara sebagai tentara di Irak.
Stanley berusaha mendidik anak – anaknya dengan baik, meski cenderung tidak komunikatif, posesif dan terlalu banyak aturan. Sama dengan yang dialami oleh Steve Carrel di Dan In Real Life, hal tersebut tidak membuat Stan dekat dengan anak – anaknya, malah terbentuk jarak yang memisahkan mereka. Sampai sebuah berita tentang kematian Grace datang menghampiri Stan.
Seperti halnya dengan keluarga lain yang salah satu anggotanya tewas di medan perang, Stan merasa shock dan tidak siap menerima kabar tersebut, meskipun dia sadar sepenuhnya resiko yang bakal dihadapi ketika seorang tentara terjun ke medan perang. Dia juga dihadapkan pada ketidaksiapan menyampaikan hal tersebut kepada anak – anaknya. Ditengah kebingungan tadi, dia mengajak anak – anaknya untuk jalan – jalan, kemanapun mereka mau.
Seperti umumnya sebuah road movie, film ini mulai mengurai permasalahan demi permasalahan sepanjang jalan. Kita dihadapkan pada informasi bahwa dulunya Stan juga masuk kedalam militer, karena dirinya seorang patriot. Namun dia dikeluarkan ketika dia ternyata melakukan kecurangan agar masuk ke dalam militer yang mempertemukannya dengan Grace. Karena mempunyai latar belakang militer, maka tidak mengherankan dengan penggambaran pola asuh yang dia terapkan kepada anak – anaknya.
Stanley adalah gambaran pihak yang terluka oleh negaranya. Luka pertama timbul ketika dia dikeluarkan dari militer. Padahal patriotismenya tidak akan berkurang hanya karena dia tidak memenuhi syarat – sayarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini dia merasa dikhianati oleh negaranya. Luka selanjutnya timbul karena kematian istri tercintanya di medan perang yang tidak jelas apa tujuannya. Kebahagiaan keluarganya serasa dicabut oleh kebijakan pemerintah yang cenderung bodoh. dan lewat perjalanan dengan anak –anaknya, Stanley berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bangkit kembali untuk menciptakan hidup yang lebih bahagia bagi anak – anaknya.
Film ini mungkin terasa menjemukan bagi penonton yang terbiasa dengan film penuh hingar bingar, serta tampilan efek visual yang dominan. Namun film ini terasa indah dan sayang untuk dilewatkan. Film ini intinya ingin menampilkan efek perang bagi keluarga yang ditinggalkan salah satu anggota keluarganya karena tewas di medan perang. Apakah perang merupakan jalan terbaik untuk menciptakan perdamaian?
Berbeda dengan film sejenis sebelumnya, film ini terasa orsinil dari segi cerita, karena kalau pada film – film sebelumnya yang pergi ke medan perang adalah seorang ayah, dalam film ini ibu adalah pihak yang meninggalkan keluarganya demi tugas dari Negara. Betapa lucu dan ironisnya ketika dalam sebuah adegan, Stanley menghadiri perkumpulan para istri tentara untuk berbagi cerita.
Tanpa bermaksud cengeng, sutradara James C. Strouse berhasil menghadirkan beberapa adegan yang lumayan menyentuh. Adegan ketika Stanley menelepon ke rumah hanya untuk mendengar suara istrinya, terasa sangat menyesakkan dan mampu merangkum rasa kehilangan Stanley. Begitupun adegan di sebuah gerai mainan anak – anak, ketika mereka bertiga berangkulan di sebuah ruamah – rumahan. Akhir cerita disajikan terasa pas dan tidak berlebihan. Tidak menampilkan tangisan yang berlebihan, namun tetap membuat penonton ikut meneteskan air mata.
Selain cerita, kekuatan film ini ada pada acting dari John Cusack yang kuat. Dia mampu mempresentasikan dengan baik sosok ayah tunggal yang kehilangan istri tercintanya. Disisi lain dia juga menyimpan kemarahan kepada negaranya. Bisa dibilang penampilan John Cusack disini merupakan yang terbaik sepanjang karirnya. Perhatikan perut buncit dan cara berjalannya yang seperti keberatan membawa beban. Menarik juga melihat interaksi John Cusack dengan dua bintang belia yang berperan sebagai anaknya. Hubungan mereka terasa pas dan natural. Film makin terasa sendu dengan alunan Jamie Cullum yang melantunkan Grace is Gone (nice song!). 3,5/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket