Sabtu, 28 Juni 2008

PULAU HANTU 2

Sabtu, 28 Juni 2008


Dalam Scream seri dua, salah satu tokoh dalam film tersebut menyebutkan ada beberapa pakem yang bias muncul dalam film bagian kedua dari sebuah trilogy. Jilid kedua biasanya akan menghadirkan cerita yang lebih seru (heboh), lebih banyak bintang dan akan lebih banyak korban yang berjatuhan. Meski soal kualitas kebanyakan mengalami penurunan, trilogy Bourne dan Godfather bisa dijadikan perkecualian, namun secara kuantitas makin membuat senyum produser makin lebar.

Muncul pertanyaan ketika Pulau Hantu beredar di bioskop. Dengan materi yang lumayan cekak di seri pertama, apakah film tersebut layak untuk dibuat sekuelnya? Jika produser film tersebut yang diberi pertanyaan tadi, tentu dengan mantap akan menjawab “ABSOLUTELY!” mengingat lebih dari 700 ribu penonton berhasil diraih film Pulau Hantu. Sebuah jumlah yang diakui oleh produsernya cukup mengejutkan.

Cerita yang ditawarkan dalam Pulau Hantu 2 hampir tidak berbeda jauh dengan Pulau Hantu jilid pertama. Sekumpulan pemuda – pemudi berlibur di sebuah pulau di tengah laut. Mereka adalah Aura (Wiwid Gunawan yang wow), Tya (Garneta), Marsha (Astrid Satwika yang wow juga), Brian (Nicky Tirta) dan Joe (M.Riza). Keberadaan mereka di pulau berhantu tadi adalah untuk merayakan pernikahan teman mereka, Michael (Reza Rahadian) dan Kayla (Uli Auliani yang selalu siap tampil “lepas). Agar ada kaitan dengan seri pertama, dihadirkan Dante (Ricky Harun) dan Nero (Abdurrahman Arif).

Seperti seri pertama, para pemuda – pemudi tadi yang dilarang memasuki kawasan terlarang di belakang pulau, dengan acuhnya melanggar larangan tadi. Selanjutnya mudah ditebak, si setan mulai melancarkan aksinya tanpa adanya penjelasan yang cukup kenapa dia begitu kurang kerjaan menunjukkan dirinya. Tanpa etika, si setan mulai menebarkan terror di tengah balutan komedi konyol, yang konyolnya terasa lucu.

Cerita film ini memang amat sangat sederhana dan terkesan membodohi logika, seperti adegan lari di tengah hutan yang terlalu lancer, padahal kondisinya terjadi di waktu malam hari. Wujud hantu yang terkesan terlalu sering melakukan (maaf) oral, serta pemunculannya yang tidak terlalu mengejutkan seperti halnya di Pulau Hantu seri awal. Belum lagi adegan pembantaian di akhir cerita, dimana disisi yang lain para figuran sibuk berpesta pora seakan terpisah dari cerita.

Namun untungnya film ini lumayan memberikan beberapa penebusan dosa yang lumayan segar. Duet kocak Ricky Harun dan Abdurrrahman Arif mengalir dengan enak dan menghibur, meski kekonyolan mereka hadir terlalu berlebihan hingga akhirnya membuat sedikit muak. Secara visual, terlihat digarap dengan lebih serius oleh Jose Purnomo. Dari gambar – gambar yang dihasilkan, terlihat betapa terampilnya Jose dalam mengolah gambar. Penggunaan GPS oleh para tokohnya merupakan sebuah langkah cerdas dan kreatif.

Namun tidak ada yang lebih menyegarkan dari kehadiran Wiwid Gunawan dan Astrid Satwika. Mereka berdua tampil begitu “menonjol”. Kamera tampaknya menyukai “potensi” mereka, hingga mampu menangkap momen – momen hebat dengan jitu. Sayang mereka tampaknya tidak akan hadir lagi di seri ketiga. Uli Auliani memang tampil mengejutkan, terutama untuk adegan di kolam renang, namun maaf, dia kurang “menonjol” dan tidak terlihat segar di layar.

Pulau Hantu 2 memang sibuk menghadirkan humor konyol dan “potensi yang menonjol” para pemain ceweknya. Akibatnya Jose seakan menafikkan unsure utama sebuah film horror yakni menakut – nakuti penonton. Dibandingkan seri pertama, efek kejut dari pemunculan sang hantu sangat jauh berkurang. Tanpa ekspektasi berlebihan, film ini mampu menghadirkan hiburan yang cukuplah. Sekedar saran apabila memang akan dibuat seri ketiga, lebih banyak menghadirkan mereka – mereka yang “menonjol”. Seru juga kalau nantinya ditampilkan segerombolan cewek sexy dan bodoh yang mendatangi Pulau hantu tersebut. Kurangi humor konyol dan agar lebih kreatif lagi dalam memunculkan sang hantu. Akan lebih baik lagi kalau wajah sang hantu dipermak terlebih dahulu agar lebih menyeramkan. 2,5/5

Catatan:

Khusus untuk Wiwid Gunawan yang menonjol dan menggemaskan, saya kasih 7/10.

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket