Senin, 12 Mei 2008

THE GREAT DEBATERS

Senin, 12 Mei 2008

Film yang berkisah tentang orang kulit hitam cenderung meneriakkan kepedihan mereka akan diskriminasi yang mereka terima dan perjuangan mereka akan kesetaraan hak. Entah sudah berapa banyak film yang mengangkat tema seperti ini. Bagi penonton yang sudah bosan dengan kisah persamaan hak kaum kulit hitam, film ini mungkin akan dilewatkan begitu saja. Namun, pada kenyataannya film yang disutradarai oleh Denzel Washington ini adalah sebuah tontonan yang enak dan mulus untuk dinikmati, meski kita disuguhi adegan orang debat yang lumayan menyita durasi. Ya iyalah, judulnya saja The Great Debaters.

Wiley College merupakan salah satu sekolah kulit hitam yang lumayan bermutu dan tentu saja muridnya semua berkulit hitam. Sekolah ini atas usaha Melvin B. Tolson (Denzel Washington) bertekad membentuk tim debat yang kuat. Dari beberapa murid yang berminat, akhirnya dipilihlah 4 orang siswa : Henry Lowe (Nate Parker), James Farmer, Jr (Denzel Whitaker?), Samantha (Jurnee Smollett) serta Hamilton (Jermaine Williams).

Selanjutnya mereka berempat digodok oleh Tolson untuk menjadi tim debat yang kuat. Tak ketinggalan, Samanta yang satu – satunya cewek memunculkan percikan cinta dari anggota yang lain. Henry yang terbiasa hidup hidup dengan caranya sendiri, cenderung tidak menerima mentah dengan apa yang digariskan oleh Tolson. Sedangkan James, meski tidak bisa dipungkiri kecerdasannya, dengan usia yang masih 14 tahun mendapatkan porsi yang lumayan banyak dalam hal pengembangan karakter. Hubungannya yang kurang hangat dengan James Farmer, Sr (Forest Whitaker) menjadi modal penting di kemudian hari. Selain itu, pandangannya yang naïf dihadapkan dengan kenyataan yang menyesakkan yang menuntut kedewasaannya dalam menyikapi.

Dimulailah pertualangan tim debat Wiley Collage. Menyaksikan pertandingan yang mereka alami tak ubahnya menyaksikan sebuah film olahraga (sport movie). Disinilah kapasitas Denzel Washington sebagai sutradara diuji. Bagaimanan dia menghadirkan adegan perdebatan yang memikat dan lumayan menghadirkan ketegangan tersendiri. Perdebatan sendiri yang kadang terasa menjemukan untuk diikuti, namun lewat film ini perdebatan menjadi sebuah tontonan yang menarik. Belum lagi tema perdebatan yang dipilih sedemikian rupa. Untungnya Denzel Washington bermodalkan naskah yang rapat garapan Robert Eisele.

Seperti umumnya film perjuangan kaum kulit hitam, berbagai halangan menghampiri tim debat tadi. Keterlibatan Tolson dalam gerakan pekerja dan petani mendapatkan sorotan dari berbagai pihak yang kurang suka terhadap eksistensi kaum kulit hitam. Akibat persoalan ini, salah satu anggota tim debat memutuskan anggota keluar. Belum lagi konflik antar anggota tim debat yang mengancam kelangsungan tim itu sendiri. Halangan terberat mereka temui ketika dalam perjalanan mereka dihadang oleh sekelompok orang yang membakar orang kulit hitam tanpa alasan yang jelas.

Setelah semua tim debat dari sekolah kulit hitam berhasil mereka tundukkan, Tolson berusaha melawan tim debat dari tim kulit putih. Sebuah ide gila yang membuat gamang para anggota, namun pada akhirnya mereka menerima tantangan tersebut meski kini tinggal bertiga. Dan akhirnya datanglah tawaran untuk beradu debat dari Universitas Harvard yang kondang. Dari sini penonton disuguhi rangkaian adegan dengan tensi yang lumayan tinggi, karena Tolson mengambil sikap untuk tidak mendampingi anak asuhnya.

Meski penonton sudah mengetahui hasil akhirnya, namun pertarungan dua tim debat hebat tadi mampu hadir dengan menarik dengan tema yang sangat cocok dengan perjuangan kaum kulit hitam. Pada akhirnya kata – kata akan terasa lebih “tajam” dibandingkan dengan senjata sebagai alat perjuangan. Apalagi sebelumnya penonton disuguhi beberapa adegan yang mendukung kemenangan tim debat dari Wiley Collage. Kemenangan Wiley Collage terasa dibuat sedramatis mungkin, karena yang bertarung selain berkulit hitam juga karena yang satu berjenis kelamin perempuan dan satunya lagi pemuda berusia 14 tahun!

Kekuatan film ini memang terdapat pada naskahnya. Tidak mengherankan mengingat Oprah Winfrey berperan cukup besar di belakang layar. Penulis cerita cukup cerdik menyusun adegan demi adegan yang menggiring pemikiran penontonj. Begitupun dalam pemilihan tema debat. Namun bukan berarti tidak terdapat lubang dalam naskahnya. Tokoh Samantha kurang mendapatakan porsi yang cukup. Dia tiba – tiba hadir di Wiley Collage tanpa penjelasan yang cukup tentang latar belakangnya. Dari segi acting, tampak Denzel Washington dan Forest Whitaker memberi kesempatan kepada para bintang muda untuk unjuk gigi. Penampilan kedua bintang peraih Oscar ini tidak istimewa namun terasa pas. Nate Parker, Denzel Whitaker dan Jurnee Smollett bisa menjadi penerus mereka kedepannya.

Secara visual, film ini juga tidaklah terlalu istimewa, namun dalam beberapa adegan, Denzel Washington cukup piawai mengolah adegan dengan bahasa gambar yang tepat. Hasil akhir The Great Debaters setingkat lebih baik dibandingkan karya Denzel sebelumnya, Antwone Fisher. 3,5/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket