Jumat, 23 Mei 2008

EARTH

Jumat, 23 Mei 2008


Cara apa yang paling ampuh untuk memberi peringatan kepada orang lain. Sutradara Alastair Fothergill dan Mark Linfield mempunyai cara tersendiri dalam memperingatkan pentingnya menjaga lingkungan lewat film documenter yang mereka tekuni selama 5 tahun berjudul Earth.

Tidak berbeda dengan film documenter sejenis tentang alam, kita disuguhi berbagai keindahan yang ada di muka bumi ini. Para pekerja film ini berhasil menangkap momen – momen terbaik persembahan alam. Film documenter ini lebih enak dinikmati dibandingkan film documenter sejenis dengan cara bertutur yang bak sebuah film cerita. Dengan balutan drama yang lumayan kental, film ini mampu mengikat emosi penonton untuk kemudian hanyut dan mampu tersentak kesadarannya (walau sejenak) lewat pesan yang ingin disampaikan oleh orang – orang yang berada di belakang layar dari film ini.

Ada tiga pemeran utama dalam film ini, yakni beruang kutub, gajah Afrika dan paus humpback. Secara runut dipandu narasi suara dari Patrick Stewart, lewat pergantian musim dalam rentang waktu satu tahun, kita terpaku melihat ketiga jenis binatang tersebut dalam usahanya bertahan hidup di tengah alam yang terus berubah akibat ulah manusia yang serakah.

Bagaimana beruang kutub bertahan hidup dan keberadaannya yang makin terancam karena semakin menipisnya salju di Antartika. Perjuangan beruang kutub memberi makan anak – anaknya yang terasa begitu dramatis dan berakhir tragis membuat hati menangis (walau kemudian lupa dengan kesedihan itu). Paus humpback yang berkelana ribuan mil lautan yang sulit ditebak untuk mencari makanan yang makin sulit didapat karena suhu air laut yang meningkat serta usaha gajah Afrika mencari sumber air ditengah bentangan gurun Kalahari yang kering lagi tandus dan incaran predator lain dihadirkan dengan ketegangan yang cukup memacu jantung.

Disela – sela drama di alam yang makin buas dan tidak bersahabat tersebut, kita digempur dengan rangkaian visual yang indah tiada tara seperti burung yang berada di hutan Papua Nugini yang elok salah satunya (terima kasih Tuhan menciptakan makhluk indah ini). Usaha ketiga binatang yang menjadi sorotan juga digambarkan dengan elegan. Banyak momen dramatis dalam film ini, terutama visualisasi anak kijang yang dikejar oleh serigala yang begitu menegangkan.

Pada akhirnya, sutradara mengajak kita untuk menghargai bumi ini karena didalamnya terdapat berjuta keindahan yang hendaknya kita bagi dengan generasi di masa mendatang. Belum terlambat untuk menciptakan bumi ini sebagai tempat hidup yang lebih layak. Seperi visualisai di akhir film, masih ada harapan jika manusia mau menjaga kelestarian keindahan lingkungan dimana dia tinggal.

Ajakan sutradara tersebut dihadirkan secara halus dan elegan. Tidak sekalipun sutradara menunjuk secara langsung manusia sebagai biang kerusakan yang terjadi. Sutradara seakan sadar, cara tersebut tidak akan efektif dalam membangun kesadaran manusia. Sutradara lewat visual yang dihadirkan seakan – akan mengajak audiens untuk berfikir “Relakah apabila sesuatu yang indah milik kita yang kita cintai hancur begitu saja, apalagi jika kehancuran tersebut sebagai akibat perbuatan kita sendiri?”

Earth mungkin terasa lebih menghentak dari pada An Inconvenient Truth garapan Al Gore yang bagi sebagian orang terlalu ilmiah. Terima kasih yang tak terhingga patut dialamatkan kepada orang – orang yang terlibat di balik pembuatan film Earth ini. Karena berkat ketekunan serta kerja keras mereka, film ini mampu dilahirkan. Keberhasilan mereka menangkap momen – momen indah dan dramatis patut diacungi jempol. Rasa – rasanya usaha mereka selama lima tahun dengan budjet mencapai $ 40 juta (terbesar untuk sebuah film documenter) terbayar dengan hasil akhir dari film yang melibatkan 45 orang kameraman yang bekerja dengan kesabaran selama 2.000 hari di lapangan dengan 204 lokasi di 62 negara ini.

Film ini sangat direkomendasikan di tengah gencarnya seruan menjaga lingkungan. Dan juga film ini patut untuk dikoleksi. Siapa tahu menjadi tontonan yang berharga kedepannya bagi anak cucu kita, ketika kemungkinan terburuk dari pemanasan global menimpa bumi tempat kita berjuang hidup, namun kurang mendapatkan balasan cinta dari manusia. 4/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket