Jumat, 23 Mei 2008

BEE SEASON

Jumat, 23 Mei 2008



Eliza (Flora Cross) seorang anak yang pendiam dan digambarkan kurang menonjol. Sejak awal dia digambarkan sulit untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan dan apa yang dia inginkan. Dalam keluargapun begitu. Ayahnya, Saul (Richard Gere), lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada anak laki – lakinya, Aaron (Max Minghella). Sedangkan Miriam (Juliette Binoche) seakan hidup dalam dunianya sendiri.

Hidup Eliza berubah drastic ketika Eliza memenangkan sebuah kejuaraan mengeja (spelling contest). Ayahnya akhirnya menyadari anak gadisnya mempunyai sesuatu. Dengan maksud “membentuk” Eliza yang lebih baik, karena Eliza berhak masuk ke kekejuaraan yang lebih besar, Saul mulai memberikan perhatian penuh kepada Eliza. Saul mulai mengajari bagaimana memahami kata. Selain itu, dia juga berusaha mengajarkan apa yang menjadi kepercayaannya kepada anaknya yang baru berusia 11 tahun.

Di saat Saul dan Eliza asyik dengan huruf dan kata, timbul sedikit kecemburuan dalam diri Aaron, karena Saul yang biasanya memberi atensi lebih kepadanya sekarang waktunya tercurah untuk Eliza. Seakan kehilangan pegangan, dia mulai mencari apa yang hilang di luar rumah. Hingga dia bertemu dengan seorang gadis, Chali (Kate Bosworth) yang membuka matanya ada banyak pilihan di dunia.

Sedangkan Miriam digambarkan makin terasing dan gelisah. Ada yang dia takutkan ketika melihat perkembangan anak gadisnya di bawah arahan Saul. Namun dia tidak dapat berbuat apa – apa, mengingat begitu dominannya Saul. Keluarga yang terkesan harmonis ini perlahan – lahan mulai mengalami keretakan dan bisa hancur kapan saja. Puncaknya adalah ketika Saul mengetahui kegiatan luar rumah yang dilakukan oleh Aaron yang membuatnya marah besar. Pada saat yang sama, Miriam melakukan sebuah perbuatan yang menyebabkan dirinya dimasukkan ke sebuah panti rehabilitasi.

Eliza yang mengamati perkembangan keluarganya, timbul rasa bersalah dalam dirinya. Dia menganggap apa yang terjadi merupakan akibat dari keberhasilannya dalam kejuaraan mengeja. Apakah Eliza akan tetap maju ke kejuaraan nasional dan memenangkannya? Apa sebenarnya yang menimpa Miriam? Dan bagaimana Saul menyikapi kondisi keluarganya? Akankah keluarga tersebut bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bersatu kembali? Semuanya diurai dan disajikan secara perlahan oleh sutradara Scott McGehee dan David Siegel. Penonton harus sabar menikmati film ini hingga ke detik terakhir.

Untuk sebuah film keluarga, secara mengejutkan film ini hadir dengan muatan yang sangat berat untuk diikuti dan dinikmati. Butuh perhatian penuh untuk bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Film yang diangkat dari novel karangan Myla Goldberg ini hadir dengan muatan filsafat yang lumayan kental. Pertanyaan essential tentang hidup dan kebahagiaan banyak dihadirkan dalam film ini.

Semuanya dikaitkan dengan usaha Eliza dalam kejuaraan mengeja. Kita diajak untuk memahami apa rahasia di balik sebuah kata yang tersusun dari beberapa huruf. Dan betapa dahsyatnya efek dari sebuah kata. Butuh kekuatan untuk mencerna kata yang kita baca. Karenanya butuh kebijakan dalam menyikapinya, sama seperti ketika kita menyikapi kehidupan. Dan semuanya dilalui melalui sebuah proses, tidak bisa dipaksakan.

Mungkin inilah yang ingin disampaikan oleh penulis naskah film ini. Biarkan semuanya mengalir melewati sebuah proses. Tidak bisa dipaksakan. Dalam film ini Eliza digambarkan paling berhasil melewati proses ini. Tidak Saul yang pandai bermain kata dengan refernsi yang luas. Dia hanya sekedar tahu, namun kesulitan dalam implementasinya. Sesuatu yang banyak menimpa kita manusia kebanyakan.

Kita bisa belajar dari Eliza. Memahami hidup bisa diibaratkan dengan pengejaan yang dilakukan oleh Eliza. Pertama tama dia mengucapkan kata, diam sejenak sambil menutup mata, lalu dengan perlahan dan penghayatan dia mengurai kata tersebut menjadi rangkaian huruf untuk kemudian dia rangkai huruf – huruf tadi menjadi kata yang utuh kembali. Seperti menyusun sebuah puzzle. Dan sekali lagi, jangan lupakan proses. Seperti yang tergambar di awal film ini, ketika sebuah huruf terombang – ambing di udara, pada akhirnya akan menemukan tempat yang tepat untuknya. Begitulah hidup.

Sebuah film yang patut ditonton (dengan kesabaran). Meskipun demikian, rasa – rasanya membaca novelnya akan lebih bisa menikmati dan lebih memahami isi ceritanya. Menarik memperhatikan pemilihan pemain. Wajah – wajah mereka begitu mirip dan pas sebagai sebuah keluarga. Permainan mereka tidak istimewa, namun terasa pas. Salute untuk divisi casting. 3/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket