Senin, 04 Februari 2008

KAWIN KONTRAK

Senin, 04 Februari 2008

Film Kawin Kontrak seakan menegaskan bahwa sineas Indonesia masih harus banyak belajar untuk menghasilkan sebuah film komedi yang lucu sekaligus menghibur serta kuat dari segi naskah. Dengan tema cerita yang cukup kuat dan aktual harusnya film Kawin Kontrak bisa menjelma menjadi sebuah film yang sensual dan menggigit. Disini penulis cerita seakan – akan mengalami kebingungan dalam membawa cerita ke arah mana. Hasilnya, film ini hanya sebatas bermain – main dengan seks.
Ceritanya berpusat pada tiga orang remaja Rama ( Dimas Aditya ), Dika ( Harry Tjan ) dan Jodi ( Ricky ) yang ingin “mencicipi” seks secara halal, tetapi tanpa tanggung jawab yang besar.
Cerita sekelompok remaja putra yang bermain – main dengan seks cukup sering diangkat di Hollywood. Yang paling fenomenal tentu saja American Pie, dan juga Superbad.
Setelah memikirkan berbagai alternative, mereka akhirnya memilih kawin kontrak sebagai tempat pelampiasan nafsu mereka. Maka berangkatlah mereka ke sebuah desa yangmenawarkan kawin kontrak tersebut. Setelah masing – masing mendapatkan pasangan “resmi”, kecuali Rama, mereka dihadapkan pada situasi – situasi yang tidak terduga dan mengejutkan.
Sebenarnya dalam kawin kontrak banyak hal menarik yang bisa digali, namun entah mengapa hal tersebut kurang tersampaikan dalam film ini. Kawin kontrak hanya dijadikan sarana untuk memunculkan guyonan – guyonan seks yang kadang tidak lucu. Dalam film ini kurang digambarkan, apa dan bagaimana kawin kontrak. Yang namanya kawin kontrak pasti ada perjanjian tertulis yang didalamnya terdapat syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, namun disini kawin kontrak hanya digambarkan sebagai salah satu sarana penyaluran libido pria hidung belang.
Selain itu, sepertinya penulis cerita kurang dalam mengadakan survey untuk memperkuat cerita. Penulis cerita seakan –akan lupa ( atau belum tahu ), kalau pada tahun 2006 NU mengeluarkan fatwa yang menyebutkan bahwa kawin kontrak adalah perbuatan haram karena identik dengan pelacuran.
Hal ini diperparah dengan gaya bertutur yang dipilih. Ketika di awal kita disuguhi adegan – adegan yang dimaksudkan untuk membuat tertawa, melewati separuh film kita diajak mengikuti jalinan cinta mendayu - dayu antara Rama dengan Isa (Dinda Kanyadewi). Dan ketika kita disuguhi adegan yang maunya nggrantes, dibagian akhir film tiba – tiba kita disuguhi adegan – adegan yang bodoh dan tidak masuk akal.
Sayang sekali, padahal film ini sudah disukung dengan lokasi yang ciamik. Mungkin karena kita terlalu sering disuguhi adegan perkotaan, sehingga apa yang ditawarkan oleh gambar dalam film ini seakan – akan menghapus kerinduan kita akan sesuatu yang lain. sesuatu yang segar. Sesegar penampilan Wiwid Gunawan yang aduhai.
Dari segi acting, Likman Sardi sekali lagi menunjukkan kapasitasnya sebagai actor serba bisa. Gaya bicara dan olah tubuhnya “makelar” sekali. Dari barisan bintang muda, paling asyik melihat penampilan Harry Tjan yang berperan sebagai pemuda masochist, mengingat tampangnya yang lucu. Ricky Harun lumayan berhasil menampilkan potensinya, sedangkan Dimas Aditya masih harus banyak belajar, terutama untuk acting tertawa. Dan untungnya di film ini ada Wiwid Gunawan yang penampilannya begitu “menonjol”. Film ini makin enak dinikmati berkat iringan musik yang digarap oleh Naif. Pas banget. 2/5


English

KAWIN KONTRAK

Kawin Kontrak’s film is straighten that the Indonesian film maker has to learn a lot more to produce a comedy film that entertain and strong on script. With actual strong story theme, Kawin Kontrak should be a film that sensual and bite. The writer confused where the story is going to end. And the result is the film just like playing with sex.
Center of story is on three teenagers, Rama (Dimas Aditya), Dika (Harry Tjan) and Jodi (Ricky) that want to taste a legal sex, but without big consequences.
Story about a bunch of teenager that play with sex is often we see as a film in Hollywood. And the phenomenon is American Pie and also Superbad.
After figure some alternative way, they finally choose Kawin Kontrak as a place to release their desire of sex. So be it, they are going to a village that offered Kawin Kontrak. After each of them has the official partner, but not for Rama, then they have to face the surprise and unexpected situation.
Literally there are so many thing that can dig more in Kawin Kontrak, but some how the thing is not come up in this film. Kawin Kontrak just a media that come up the scene that sometimes isn’t funny at all. In the film, the describing of Kawin Kontrak it self is not detail. In kawin kontrak there should be a deal that written and there are terms that have to complete from both but in here kawin kontrak just become a media to release the desire of womanizer.
The script writer seem lack on survey to strengthen the story. The writer is forget (or do not know) that in 2006, NU (Nahdatul Ulama) is forbidden kawin kontrak because it’s the other word of prostitution.
It’s worse with the story teller style. The story that want to make the audience laugh were placed before at first, but then after a half we were taken to follow the love story of Rama and Isa (Dinda Kanyadewi). And suddenly we will see the stupid and not make sense scenes at the ending.
So unfortunate, because the film is supported with such location. Perhaps just because we are so often see the city scenes so what is in the picture release our miss sense to something that different, something fresh. As fresh as the performance of Wiwid Gunawan.
From the acting side Lukman Sardi is showing his capacity as talented actor. His style and the way he speak is so salesman. From the teen actor the coolest performance is showed by Harry Tjan that play as a masochist youngman, considered that he has a funny face. Ricky Harun is not to bad on his performance, but Dimas Aditya has to learn a lot more, especially for the laugh acting. Luckily there were Wiwid Gunawan that so come up. And the film is more enjoyable because the soundtrack from Naif. So fit. 2/5

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket