Senin, 04 Februari 2008

HULA GÂRU ( HULA GIRLS )

Senin, 04 Februari 2008


Menyaksikan film Hula Girls mampu menghadirkan semangat tersendiri. Semangat dalam menykapi perubahan. Kadang sulit sekali menghadapi sebuah perubahan, apalagi kalau hidup kita sudah terpola sedemikian rupa dengan pemikiran – pemikiran yang melekat sejak usia dini. Perubahan tersebut makin sulit diterima bila agen yang membawa angina perubahan tersebut adalah kaum minoritas atau mereka yang terpinggirkan.
Hula Girls mengisahkan perjuangan para perempuan di lingkungan pertambangan batu bara dalam usahanya mewujudkan hidup yang lebih baik buat semua. Tambang tersebut akan ditutup karena sudah tidak produktif lagi, dan sebagai gantinya akan dibuka tempat wisata dengan nuansa Hawai. Sebuah proyek ambisius mengingat daerah tersebut merupakan daerah dingin, dimana jarang mendapatkan sinar matahari. Banyak yang menentang proyek tersebut, mengingat banyak penduduk di kawasan tersebut sudah sejak lama hidup dari keahlian mereka menambang. sebuah pekerjaan yang membuat nyawa mereka sebagai taruhannya.
Namun tidak demikian dengan dua sahabat, Kimiko (Yû Aoi ) dan Sanae (Eri Tokunaga ). Mereka beranggapan bahwa satu – satunya cara menyelamatkan kawasan tersebut dari keterpurukan adalah dengan belajar tari Hula. dalam usahanya tersebut, banyak sekali hambatan yang mendatangi mereka, mulai dari tantangan dari keluarga sendiri, pandangan sinis dan merendahkan dari guru tari mereka, Madoka (Yasuko Matsuyuki ) sampai pandangan sebagian besar orang yang melihat tari Hula sebagai tarian cabul.


Namun keduanya tidak pantang menyerah. Mereka terus berusaha mewujudkan hal tersebut. Dalam perjalanan mewujudkan hal tersebut, banyak hal mereka temui, mulai dari peristiwa lucu, bahagia, mengharukan dan juga menyedihkan yaitu ketika kedua sahabat tersebut pada akhirnya harus berpisah. Pada perkembangannya Kimiko tidak sendirian, ada banyak perempuan yang ikut bergabung.
Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi di tahun 1960-an, jadi sudah bisa ditebak bagaimana akhir dari film ini. From zero to hero. Film ini mengajak kita untuk melihat, bahwa tidak selamanya perubahan itu membawa dampak nigatif. Kadang yang terpenting bukan perubahan itu sendiri, namun apa yang terjadi sesudahnya dan bagaimana kita menyikapinya. Satu hal yang penting adalah agar dampak positf lebih besar, ada baiknya kita siap sebelum perubahan itu terjadi. Berubah untuk perubahan.
Bisa dibilang film ini sebagai film yang feminis, karena perempuan disini digambarkan punya semangat dalam membawa perubahan kearah lebih baik. Kadang kita memandang sinis peran perempuan dalam sebuah aksi, terutama pada daerah dimana system patriarki tertanam dengan kuat. Kadang kita lupa bahwa mereka juga punya semangat.
Semangat disini juga tercermin dari usaha para pemain dalam menghadirkan tontonan yang menghibur dan bermakna. Para pemain di film ini tidak mempunyai dasar menari, dan mereka dilatih selama 3 bulan penuh. Melihat aksi mereka di akhir film, tercermin semangat mereka yang besar. Aksi mereka benar–benar……………...wow! Sebuah akhir yang patut ditunggu. Semangaaaaaaaaaaaaaaatttt!!!!!! 3,5/5



0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket