Senin, 11 Februari 2008

ACROSS THE UNIVERSE

Senin, 11 Februari 2008

Rasa – rasanya tidak pernah bosan mendengarkan lagu – lagu yang pernah dipopulerkan The Beatles. Kini hadir film yang mengahdirkan lagu – lagu band yang berasal dari Liverpool tersebut. Berbeda dengan film I Am Sam, dimana lagu – lagu The Beatles hadir untuk menguatkan cerita, dalam film Across The Universe ini lagu – lagu The Beatles merupakan nyawa dari cerita yang dihadirkan. Tidak kurang 30 lagu The Beatles hadir di film ini. Bukan itu saja, sutradara Julie Taymor juga menghadirkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan The Beatles, mulai dari setting, pemilihan nama para tokohnya sampai beberapa kejadian yang pernah ada dan terjadi pada saat The Beatles masih utuh.
Cerita mengalir berdasarkan lagu. Kalau dalam film lain lagu menyesuaikan dengan cerita yang ada, film musical ini menempatkan cerita untuk menyesuaikan diri dengan lagu – lagu yang sudah ada. Sebuah langkah inovatif, meskipun di beberapa bagian terkesan dipaksakan.

Cerita berkisar pada dua remaja Jude ( Jim Sturges ) yang berasal dari Liverpool dengan Lucy ( Rachel Evan Woods ), seorang gadis cantik dari Greenwich Village, Amerika Serikat. Kisah mereka menjadi menarik karena diletakkan pada setting tahun 1960-an, tahun dimana sedang gencar – gencarnya Perang Vietnam. Kisah cinta mereka tidak dikemas menjadi kisah cinta murahan layaknya film percintaan remaja ala Hollywood, karena mereka juga dihadapkan pencarian akan makna dan tujuan hidup mereka.
Sebenarnya film ini bukanlah film tentang percintaan remaja. Film ini lebih pengembaraan para tokoh yang ada di film ini terutama pada Jude dan Lucy. Bagaimana ide – ide mereka dihadapkan pada kondisi dunia yang dipenuhi dengan kekerasan ( baca ; perang ). Masing – masing tokoh yang ada membawa ide – ide yang berbeda. Pada awalnya mereka dapat hidup damai dan rukun, tetapi pada akhirnya mereka harus saling “bertarung” membela ide – ide mereka ketika dihadapkan pada kepentingan yang berbeda. Pergesekan ini membuat hubungan yang ada menjadi hancur dan hanya cinta yang bisa menyatukan mereka kembali. All you need is love.
Across the Universe secara visual sangat menarik. Sangat menarik sekali. Terkadang film ini terlihat seperti lukisan. Gambar – gambar yang disajikan sangat imajinatif dan tidak membosankan. Sutradara banyak menggunakan symbol – symbol untuk memaparkan ide – idenya. Menarik melihat sutradara dalam menggambarkan proses wajib militer dan juga gambaran betapa berdarah dan menyedihkannya sebuah perang.
Langkah kreatif ini berimbas pada cerita yang ada. Karena terlalu sibuk bermain – main dengan gambar, sutradara melupakan keutuhan cerita. Cerita yang ditawarkan memang masih enak untuk dinikmati, namun kesan tidak utuh masih terasa menganggu. Banyaknya tokoh dengan latar belakang ras yang berbeda memang membuat film ini makin berwarna, namun juga membuat kebingungan dalam membagi porsi cerita. Tokoh – tokoh yang ada di sekitar Jude dan Lucy yang sebenarnya mempunyai karakter yang tidak kalah menarik kurang ditampilkan utuh dan menjadikan film menjadi kurang focus.
Kelemahan film tersebut untungnya tertutupi oleh primanya penampilan para pemainnya. Jim Sturges dan Evan Rachel Wood tampil manis dan meyakinkan. Tapi penampilan Dana Fuchs dengan vokalnya yang sangat bertenaga mampu mencuri perhatian. Penampilan dari Joe Anderson, Martin Luther dan TV Carpio juga cukup mengesankan. Semua pemain disini benar – benar menyanyi dengan suara mereka sendiri. Lagu – lagu The Beatles makin enak dinikmati berkat aransemen ulang dari Elliot Goldenthal.
Film asyik ini anehnya kurang mendapatkan atensi yang bagus dari penonton di Amerika. Hal ini mungkin disebabkan film ini terlalu tanggung dalam memilih sasaran. Meskipun menghadirkan remaja sebagai tokoh utamanya, cerita yang ditawarkan sedikit tidak lazim dan agak berat. Belum lagi adanya beberapa adegan ketelanjangan. Sedangkan dari mereka yang sudah agak berumur, akan sedikit kesulitan dalam menerima gambar – gambar yang ada. Film hadir dengan potongan gambar – gambar yang mengalir cepat dan dengan warna – warna permen yang cerah ceria. Sejatinya film ini memang didedikasikan bagi penggemar The Beatles.
Tapi film ini intinya sangat sayang dilewatkan karena mampu membawa kita ke dunia yang imajinatif. Belum lagi pemilihan kostum yang bagus. Jangan lewatkan juga penampilan Bono, Eddie Izzard dan Salma Hayek yang tetap sexy. 3,25/5



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Beatles fans should be ashamed..

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket