Senin, 21 Januari 2008

13 TZAMETI

Senin, 21 Januari 2008

Kita seringkali melihat orang lain lebih beruntung daripada kita. Pemikiran ini seringkali muncul dalam benak kita manakala kita dihadapkan pada satu situasi yang kurang mengenakkan ( kesialan ). Lewat film ini kita diajak melhat bahwa keberuntungan dan kesialan hanyalah seperti satu keeping uang logam. Yang namanya beruntung dan sial sebenarnya hanyalah masalah sudut pandang semata. Keberuntungan bisa menjadi sebuah kesialan, begitupun sebaliknya, kesialan bisa jadi sebuah keberuntungan.
Hal inilah yang dialami oleh Sébastien (George Babluani ), seorang imigran muda dan miskin yang mencari uang dengan memperbaiki atap rumah. Hidupnya berubah ketika lelaki yang atap rumahnya sedang dia perbaiki melakukan bunuh diri karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Tanpa sengaja dia menemukan surat yang dikirimkan kepada lelaki tua tersebut. Tanpa menyadari apa yang terjadi di balik pengiriman surat tersebut, dia mengikuti apa yang diinstruksikan dalam surat tersebut.
Ternyata surat tersebut mengarahkan dia ke sebuah tempat dimana sebuah permainan judi semacam Rolet Rusia diadakan. Yang mengejutkan dirinya adalah ternyata yang dipertaruhkan adalah nyawa dari 13 orang termasuk dirinya. Dan parahnya lagi, ketika dia menyadari apa yang terjadi dia tidak bisa mundur.
Judi tersebut mengharuskan para petaruh untuk menyediakan orang yang mau membak dan ditembak dan terbagi atas beberapa babak. Babak pertama ketiga belas orang tersebut dengan pistol berisi satu peluru, berdiri melingkar dengan menodongkan pistol ke kepala orang yang berada di depannya. Pada saat yang telah ditentukan mereka harus menarik pelatuk pistol tersebut. Yang namanya judi, mereka hanya berharap pada keberuntungan. Babak – babak selanjutnya, jumlah peluru yang dimasukkan semakin ditingkatkan sampai pada akhirnya mereka memasuki sebuah babak yang dalam olah raga dinamakan babak semi final dan saat penentuan, yakni babak final.
Dari ilustrasi permainan tersebut, tentu akan muncul bayangan adegan yang berdarah – darah serta visualisasi kepala yang hancur meledak. Untuk menetralisis kekejaman tersebut, sutradara Géla Babluani, membuat film ini dengan warna hitam putih, sehingga film terlihat lebih “nyaman” meskipun tetap saja menyesakkan melihat para orang kaya yang kurang kerjaan dengan mempertaruhkan nyawa orang lain demi sebuah kesenangan. Cerita seperti ini hampir sama dengan apa yang ditampilkan dalam film Hostel, hanya saja hasil akhir dari film ini terasa lebih mengusik rasa kemanusiaan kita.
Kembali ke cerita Sébastien tadi yang ternyata dewi keberuntungan selalu menyertainya hingga dia tetap hidup hingga permainan tersebut. Keberuntungan lagi – lagi datang padanya pada saat dia diinterograsi oleh polisi. Bedanya kali ini dia menggunakan akalnya. Tapi apakah keberuntungan tersebut akan selalu hinggap pada diri kita? Sutradara mencoba menjawabnya di akhir film. Intinya kita tidak bisa bergantung dengan apa yang dinamakan keberuntungan. Dan lewat film ini sekali lagi ditegaskan bahwa hidup itu seperti permainan judi, sebuah pertaruhan, ada yang sial dan ada yang beruntung. Tetapi lewat Sébastien, kita akan belajar untuk lebih siap menghadapi kedua hal tersebut.
Film ini berhasil berjaya di ajang Festival Film Sundance 2006. Patut ditunggu versi Hollywoodnya karena Brad Pitt telah membeli hak pembuatannya. Dan sebagai sebuah karya perdana, film ini sungguh sebuah pencapaian yang menakjubkan. Sutradara benar – benar berhasil menghadirkan sebuah tontonan yang mengusik perasaan. Sebuah film yang “menampar” ( bukan sekedar menyentil ) tentang rasa kemanusiaan. Memang terasa lebih “sakit”, tetapi yang penting lebih “menyadarkan” 3,5/5

English

13 TZAMETI

We are often to see the lucky people than our self. The thought is often to come up in our mind when we faced on a situation that not we want. Through this film we will take to see that luck and bad luck just like a coin, that have double side. The matter is on the point of view. Luck can be a bad luck, and it’s occur opposite.
This is what happen to Sebastien (George Babluani), a poor young immigrant that looking for living by fixing the roof. His live is about to change when he found the owner of the house he fixed suicide because of the unwell illness. Accidently he found the letter that sent to the old man. Without knowing what he does behind the send of that letter he follow the instruction that written on that letter.
Apparently the letter is direct him to a Russian Roulette gamble place. What a surprise that he found him self on a bet a long twelve other better. And he could not pulling out, that’s the bad thing.
On the game the player must be provide a person that willing to shot and to be shot and it’s divide on several round. In first round the thirteen person is standing circle and they have the single loaded gun. By the way, the have to pointed the gun on to the man in front of him. At the same time they have to shot the gun. And they just counting on luck. The next round the bullet is added more. Until enter the final round.
From the game illustration it is sure that will be shown the mess bloody scene. But to neutralize violence the director Gela Balbuani make this film in black white so it will be look more comfortable. But still it very breath taking to see the rich people is wasting live of others just for fun. Story that look alike Hostel, the film is just more touching our humanity.
Back to Sebatien’s story that have the god of fortune on his side so keep him alive in that game. His luck once again saved him from the police’s interrogation. But the different here is that he use his brain this time. But is it the luck will stay with us all the time? The director is trying to answer at the end of film. But the point is we can not always depend on luck. Trough the film we are once again remind that live is like a gamble, a bet, and there is luck and bad luck. Trough Sebatien we will learn to prepare our self to face both.
This film has its glory in Sundace Film Festival in 2006. It’s worth to wait the Hollywood’s version because Brad Pitt is bought the license to remake it. And for a debut this is become a magnificent achievement. The director is did well to bring the film that very touching. It’s like slap on the face about the humanity feel. It’s pain but the important thing is that to realizing. 3,5/5



0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket