Senin, 29 Oktober 2007

BRAVE ONE

Senin, 29 Oktober 2007

Ada banyak cara untuk mati, tapi yang lebih penting beranikah kita menghadapi hidup? Demikian kira – kira yang ingin disampaikan film The Brave One. Film ini mencoba meneropong kehidupan seseorang setelah mengalami musibah. Sebuah peristiwa tragis yang menuntut kita untuk memilih langkah tertentu untuk bias bertahan hidup, meski dengan kepribadian yang baru. Dalam hal ini kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan situasi baru sangatlah diuji. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia bisa dikatakan mempunyai daya adaptasi yang paling kuat karena dibekali dengan akal pikiran.

Dalam menyikapi suatu hal kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang kadang sulit untuk dipilih. Padahal yang penting bukan benar atau salah pilihan yang kita ambil, tetapi lebih penting lagi bagaimana kita menyikapi pilihan kita tersebut, termasuk segala akibat yang ditimbulkannya.

Film ini menyoroti usaha tokoh yang diperankan oleh Jodie Foster untuk keluar dari ketakutannya. Ketika rasa aman sudah tidak bisa didapatkan lagi, apa yang harus dikerjakan? Rasa aman di kota yang ironisnya di klaim sebagai kota teraman di dunia, New York.

Film ini menurutku sebuah gambaran kecil tragedy 9/11. tanggal kejadian tragedi di film inipun dibuat mirip yakni, 6/11. Film ini mencoba mengusik benak kita dengan pertanyaan “Apakah tragedy harus dihadapi dengan tindakan yang menciptakan tragedy (kemanusiaan) ? Apakah penggempuran Irak oleh AS bisa dibenarkan secara hukum dan moral demi mendapatkan sebuah kesembuhan dari luka tragedy 9/11?

Dalam hal ini pembuat film lebih condong untuk menyelesaikan kekerasan dengan kekerasan, bahkan dengan mengakali hukum sekalipun. Film ini lumayan enak dinikmati berkat tampilan Jodir Foster yang laksana Robert DeNiro di Taxi Driver. Perhatikan adegan dia menatap dirinya di cermin setelah melakukan pembunuhan pertama. Top banget.Emosi takut, aneh dan kuat terpancar dari ekspresi dia. Terence Howard yang tampil meyakinkan di Hustle & Flow seakan tenggelam oleh kekuatan acting Jodie Foster. Penataan kamera secara efektif memberi gambaran ketidakstabilan emosi Jodie Foster. Salut juga dengan yang mendandani Jodie Foster. Penampilan dia terkesan orang biasa-biasa saja, selain terlihat lebih muda. Kadang terlihat seperti turis yang sedang jalan-jalan.

Sayang sekali eksekusi cerita yang diambil kurang cerdas dan sangat tidak meyakinkan. Mungkin bagi yang belum terbiasa membaca buku atau menonton film misteri, penyelesaian yang dipilih tidak mengganggu. Berbeda dengan Death Note yang produk Jepang. Dengan premis yang hampir sama, film ini memberikan penyelesaian yang jauh lebih cerdas dan meyakinkan.

Dan ada hal yang mengganggu lainnya, yakni ketika tangan Jodie Foster terluka oleh linggis. Rasanya dengan luka seperti itu, pergerakan tangan akan sangat terganggu. 2,5/5


English

The Brave One

There’re so many way to die, but the most of all is do we have the brave to live? This is would like to be the message of the Brave One. The film is trying to look a calamity person’s live. A tragedy that lead us to choose a particular step to survive, even with the new personality as the consequences. In this case, the ability of adaptation from mankind in the new circumtances is barely tested. Compere to the other living things, mankind have the strongest capable of adaptation because its have intelligence.


To demeanor something, we dealed with the choices which is difficult to choose. When the important thing is not about right or wrong for what step we’ve taken, but beyond that is how we can demeanor for what we choose, include all the consequences.


The film is focused on a character that starred by Jodie Foster, which is she want to out of her fear. When the feelling of safe had taken away, so what can we do about it? The feelling of safe in a city that claimed as the safest city in the world, New York.


The film is about the little picture of 9/11 tragedy. A day of tragedy in the film is likely made, 6/11. The film is trying to tease our mind with the question, whether the tragedy have to faced with the action that create tragedy? Whether the assault of Iraq by United States of America can be justifier by law and moral for the heal of 9/11 tragedy’s wound?


In this case, the film maker is leaning to end the violence with the violence, even with tricking the justice. The film is enjoyable because of the performance from the star, Jodie Foster, that is like Robert De Niro in Taxi Driver. Watch closely on the scene when she stares her self in to the mirror after she did her first murder. Very impressive. Scared emotion, odd and strong is come out from her expression. Terence Howard who on convincing performance in Hustle and Flow like to be drawn by the performance of Jodie. The Cinematography is efectively give the unstable of the emotion from Jodie Foster. Great job from the make up. She is looking ussual, younger but sometimes like a tourist that take a walk.


It’s pretty shame that from story execution is little unsmart and not convinced. Perhaps to the audience that not used to read mistery story in the book or see it on the film, the conclusion isn’t annoying. Differently from the Japan’s Death Note. With the same premise, the film gives the smarter and more convinced conclusion.


And there’s something that annoying, when Jodies Foster’s hand is wound by the crowbar. It’s feel with that such wound, the hand would be so annoying. 2.5/5.

0 komentar:

Posting Komentar

 
GILA SINEMA. Design by Pocket